“Ah, akhirnya dia datang.” Lovita menatap Vivia kembali dan berkata, “ Vivi, bukankah dia yang merancang gaun pestamu? Kalian pasti sudah banyak berdiskusi untuk gaun itu.”“Tidak.” Refleks Vivia menolak Shera menjadi desainernya. Rumah tangganya sudah membaik, tidak akan dia hancurkan kebahagiaan baru ini hanya karena kedatangan perempuan itu lagi! “Aku tidak akan berurusan dengan dia!”“Apa? Lantas, kau akan mencari desainer baru dalam satu hari? Ayolah, Vivia, aku tahu kau seorang yang perfeksionis, dan kau akan merusak tampilanmu dengan desainer yang belum pernah kau pakai jasanya? Sedangkan Nona Shera, kau sudah melihat hasil kerjanya, dan semua orang memuji gaunmu sangat cantik malam itu.”“Jika aku bilang tidak, kenapa kau memaksa? Apa kau yang akan memakai jasanya? Lantas, kau ambil saja dia untukmu!” sahut Vivia menatap tajam ke arah Shera.Semua orang tahu, bukan Vivia tidak menyukai hasil kerja Shera. Tapi hanya Shera yang tahu apa alasan perempuan itu berkeras tidak ingin
Lihatlah betapa memerah wajah Vivi sekarang. Hanya dengan Shera membalikkan semua ucapannya tempo hari saja, perempuan itu sudah terlihat sangat marah sampai matanya melotot akan keluar dari rongganya. Tapi entah lah... memandang wajah Vivia seperti ini... kenapa justru semakin membuat Shera ingin berbicara panjang? Ia tak bisa diam dan menunggu Vivi mengumpulkan alasan untuk menampik.“Astaga... aku tidak percaya. Seorang putri keluarga terpandang, memiliki karier cemerlang dan keluarga pemegang kuasa. Bisa-bisanya merasa takut suaminya akan berpaling pada perempuan miskin dan yatim piatu ini, bagaimana bisa? Aku ingat, bukankah kau berkata karier suamimu ada di tanganmu? Lantas kenapa kau harus takut dia akan tergoda hanya karena bertemu denganku?”“Tutup mulutmu!” sentak Vivi, tangannya melayang ke atas dan bersikap akan menampar. Beruntung Shera mundur lebih cepat, sehingga tangan itu tidak sempat mengenai wajahnya.Hanya begitu saja, dia sudah terlihat sangat marah? Apa kab
“Shera, apa yang kau bicarakan? Kumohon, segera keluar dari sana sebelum Vivi melihatmu.”Dia sangat khawatir, terdengar dari nada suaranya saat memperingatkan. Kenapa dia harus setakut itu? Seakan Vivia adalah hantu yang harus ditakuti. Ketika itu pun pintu kembali terbuka dan menunjukkan Vivia yang berdiri menatap Shera.“Kau datang ke sini untuk bekerja atau menelepon?” Vivi lemparkan agenda pada Shera. “Ini! Baca baik-baik jadwal itu dan siapkan pekerjaan yang belum diselesaikan oleh Lewin!”Bukannya memutus panggilan dari Albi, Shera dengan enteng berbicara di dalam telepon.“Sayang, atasanku sudah datang. Aku bekerja dulu, ya, nanti kita lanjutkan bicaranya.” Nadanya dibuat sangat lembut dan manja, sedang matanya lurus menatap Vivi.“Shera! Shera, apa yang terjadi di sana?”Suara Albi masih sempat terdengar oleh Shera sesaat sebelum memutus panggilan dari Albi. Ia kemudian fokus pada Vivi. Dua pasang mata mereka saling menatap tajam seakan mata itu tengah saling bicara.‘Siapa y
“She, apa yang terjadi di sini? Kau tidak bersungguh-sungguh bekerja dengan....”“Dia membutuhkan desainer yang baru, lalu kemudian memilih aku. Apakah itu salah?” sela Shera memotong kalimat Albi. Sangat santai ia letakkan agenda milik Vivia, lantas ia berdiri menghampiri Albi di dekat pintu. Sebelah tangannya mendarat di dada bidang Albian, menyentuh lelaki itu sangat lembut. Shera menatap mata Albi dalam, ada kerinduan yang ia pancarkan dari maniknya yang sayu.“Aku merindukanmu, Bi. Aku rindu sentuhanmu seperti malam itu.”Terasa ingin gila Albi mendengar kata-kata itu Shera ucapkan. Nadanya yang lembut dan sedikit mendesah tidak Albi pungkiri membuat hasratnya tergugah. Apalagi jemari Shera yang semakin menjalar ke atas, mampu menghilangkan kesadarannya sekejap.Akan tetapi, Albi segera tersadar. Saat ini keduanya di ruangan milik Vivi, tidak sepatutnya ia biarkan Shera merambatkan tangan sampai ke lehernya.“She, jangan aneh-aneh. Kau tahu ini ruangan Vivi, dia bisa saja tiba-ti
Albian sampai tersedak oleh napasnya sendiri. Vivia mendengar pembicaraan mereka dari luar?Benar. Sudah lebih dari lima menit Vivi berdiri di balik pintu dan mendengarkan perbincangan dua orang di hadapannya itu.Mengetahui Albi mencarinya, Vivi buru-buru ingin segera bertemu dengan Albi. Hatinya sangat berbunga-bunga, ada rasa bangga yang begitu besar Vivia rasakan kala mengetahui Albi merindukan dirinya. Tapi saat akan membuka pintu, tiba-tiba saja Vivia mengurungkan niat.Ada rasa ingin tahu yang tiba-tiba merongrong hati Vivi.Apakah dugaannya benar, bahwa selama tujuh tahun ini Albian tidak bisa melupakan Shera? Dan oleh rasa ingin tahu itu ia memilih diam di balik pintu, memastikan dugaannya pasti salah.Nyatanya, Vivi yang salah. Semua perlakuan Albi selama beberapa hari ini hanya kebohongan untuk menyembunyikan fakta bahwa sebenarnya Albi memang masih mengharapkan Shera. Bahkan... ingin bermalam di rumah perempuan itu? Dadanya sangat sesak menyadari diri diperbodoh oleh suami
“Katakan, kau tidak rela pelacur ini mati? Kau takut kehilangan dia?”“Dia bukan pelacur, dan kau tidak berhak mengambil nyawa seseorang—"“Dia pelacur! Perempuan ini hanya pelacur yang kau tinggalkan demi karier!” sambar Vivi mengingatkan Albi akan masa lalu. “Kau lupa? Kau membuangnya dan memilih aku, semua itu karena posisi yang kau dapatkan sekarang!”Jika bukan karena Vivia, Albi hanya seorang lelaki biasa. Mungkin dia akan lolos di tes kepolisian, tapi, apakah mungkin kariernya bisa secepat sekarang? Bahkan teman-teman seangkatan Albi saja, masih banyak yang hanya memiliki posisi Tamtama. Sedangkan Albi, berkat bantuan ayahnya Vivi, lelaki itu sekarang menduduki kursi komisaris besar dengan tiga lambang melati di pundaknya.“Ayahku bukan tanpa alasan memberimu posisi yang tinggi, dan aku bisa menjatuhkanmu kapan pun aku mau!” lanjut Vivia, memberi peringatan untuk Albi. “Kau masih ingin membela pelacur ini?”“Aku tidak membela siapa pun, cepat lepaskan Shera. Kau tidak berhak m
“Vivia, Vivia, tunggu!”“Vivia, kau harus mendengar penjelasnku.”Albian berusaha mengejar istrinya yang sudah lebih dulu keluar dari ruangan itu. Sejak tadi Vivi berteriak menyuruhnya keluar, tapi Albi tidak bergerak sama sekali. Lebih baik Vivi yang memilih pergi daripada melihat wajah dua orang yang sangat ingin ia bunuh detik ini juga.“Via, Vivia!” Albi tarik pergelangan tangan Vivi sampai perempuan itu terpaksa menghentikan langkahnya. “Vi, dengarkan aku dulu. Kau tidak bisa mengambil keputusan begitu saja, hanya karena aku menghentikanmu membunuh Shera.”“Lantas, aku harus menjadi saksi betapa menjijikkannya kalian berdua? Aku harus bertahan dengan suami yang hanya memanfaatkan diriku saja? Albi, sadar dirilah sedikit! Masih banyak laki-laki di luar sana yang berharap menikah denganku, tapi aku memutuskan memilihmu!” pungkas Vivia terus terang.Ia cantik, anak seorang jendral dan memiliki beberapa saham di dunia bisnis. Vivia juga anak tunggal, sudah tentu seluruh aset keluarg
“Apa yang kau bicarakan, Bi? Kenapa kau berkata seperti itu di telepon? Vivia setuju bercerai denganmu? Atau kau yang memaksa dia untuk bercerai?” Rentetan pertanyaan dari Shera sama sekali tidak dijawab lelaki itu. Albi sibuk menyetir mobilnya, menatap fokus ke depan sana seakan Shera tidak pernah berada di sebelahnya. Gadis di sisinya itu membutuhkan penjelasan atas ucapan Albi di dalam telepon tadi. “Albi, katakan sesuatu. Kau yakin akan menceraikan istrimu?” Bagaimana mungkin Vivi menyerah secepat itu? apakah benar perkataannya di ruangan tadi, bahwa Vivi akan bercerai dengan Albian? Melihat betapa gigihnya Vivi ingin menunjukkan bahwa Albi hanya miliknya, rasanya tidak akan secepat itu Vivia bercerai. Sampai rambutnya botak pun, Shera tidak yakin Vivia benar-benar mau bercerai dengan Albi. “Albi, jangan hanya diam. Kau harus menjelaskan padaku, apa benar kalian akan bercerai? Kau memaksanya?” “Aku tidak memaksanya, She, dia yang ingin bercerai dariku.” Albi sangat frustasi ak