Beranda / Romansa / Suamimu Masih Mencintaiku / Kenapa Memaksa Menikah

Share

Kenapa Memaksa Menikah

Penulis: Borneng
last update Terakhir Diperbarui: 2025-05-27 15:31:07
Aslan menatapku dengan wajah serius, seolah dia menyakinkanku kalau tawarannya saat aku butuhkan.

“Hamil tanpa suami itu berat Sany.”

"Aku tahu," kataku lirih, "tapi aku tidak mau menikah dengan Pak Aslan. Aku tidak mau punya hubungan apa pun lagi dengan keluargamu."

"Nanti... aku akan mengurus keluargaku, mereka tidak akan ada masalah.”

"Lalu?" Aku menatap wajahnya tajam, sinis, menunggu jawaban yang selalu ia hindari.

“Begini, Sany... aku hanya ingin menikahimu dulu. Setelah kamu jadi milikku, baru kita pikirkan hal yang lain.”

Otakku seperti meledak. Jantungku berdetak kencang. Hati, kepala, dan seluruh tubuhku serasa remuk oleh tekanan dan paksaan ini. Dengan gerakan pelan, kuangkat tangan untuk memijat pelipis yang berdenyut.

“Tolong, jangan paksa aku, Pak Aslan. Aku sungguh lelah menjalani hidupku...” bisikku pelan, nyaris serak. Suaraku nyaris tak terdengar, tapi mata kami bertemu, dan dia tahu aku serius.

“Aku hanya ingin membantu,” ucapnya, lalu duduk di sofa di sampingku.

Borneng

Jangan lupa berikan dukungannya kakak, like, komen can berikan gem agar  authornya semain semangat terimakasih.

| Sukai
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci

Bab terbaru

  • Suamimu Masih Mencintaiku   Apa yang Aku Lakukan Karena Keadaan Mendesak

    Tangan besar itu menggenggam pundakku dengan kuat. Suara beratnya menggema, menggetarkan udara di sekitar kami.“KAMU IKUT AKU PULANG!”Aku menatapnya kaget, berusaha tenang. “Aku masih bekerja, Pak Aslan. Ini jam kerjaku.”Saat aku melirik kiri dan kanan, ternyata kami jadi tontonan. Tamu hotel, pelayan, bahkan resepsionis memperhatikan kami. Malu bukan main. Aku tidak mengira ajakanku untuk menikah pada Pak Bimo akan seheboh ini. Kenapa setiap kali aku ingin meyelesaikan satu masalah, bukannya selesai malah tambah besar.Aku tidak ingin jadi tontonan di banyak orang d yempat itu, apa lagi ini tempat kerjaku. Ingin rasanyaa ku menghilang detik itu juga saat melihat tatapan semua orang.“Oh … Sany, kamu jadi tontonan banyak orang’Ya ampun, ini sangat memalukan… Karierku dan kerja sama dengan Pak Bimo bisa dalam masalah besar, batinku. Aku menunduk, tak berani menatap siapapun.“JANGAN MEMANCINGKU LEBIH MARAH LAGI, SANY!” ucap Aslan, rahangnya mengeras, giginya nyaris bergemeretak.

  • Suamimu Masih Mencintaiku   Terkejut

    TerkejutMeminta Bimo menikahi salah satu cara yang aku pikirkan agar Aslan tidak memintaku menikah dengannya. Menikah dengannya untuk kedua kalinya membuatku takut. Saat menikah dulu degannya duniaku sudah seperti neraka. Apa lagi menikah untuk kedua kalinya. Tidak. Aku tidak ingin kembali ke rumah itu lagi. Tidak ingin berurusan dengan keluarga Aslan Fariz Gumala.Aku menatap Bimo dengan wajah serius berharap ajakanku menikah sesuatu yang serius. Untuk saat itu hanya Bimo orang yang bisa aku percaya, ia juga sudah tahu sebagian masalahku."Aku hanya ingin hidup sederhana, yang penting anak-anakku bahagia," ucapku pelan, mengalihkan pandanganku dari laut ke wajah Bimo yang menatapku dalam."Tentu saja, Sany. Siapa yang bisa menolak menikahi wanita secantik kamu? Aku mau, aku mau menikah denganmu. Ayo kita jalani semua seperti yang kamu mau," ujar Bimo dengan nada bersemangat, wajahnya tampak bersinar.Aku tersenyum, tetapi hatiku masih penuh keraguan. Aku takut dia berubah pikiran."

  • Suamimu Masih Mencintaiku   Mengajak Rekan Kerja Menikah

    Dengan segala bujuk rayu dan usaha keras pagi itu, akhirnya Aslan—lelaki yang katanya paling rasional di dunia ini—mengizinkanku kembali bekerja. Meski keputusannya terkesan setengah hati, aku menangkap ketegangan di wajahnya."Baiklah, aku akan mengantarmu... dan nanti, aku juga yang akan menjemputmu," ujarnya tegas, seolah ia adalah pemilik tubuh ini.Dalam hati, aku mendengus. 'Terserah kamulah. Mau jemput atau enggak, bodoh amat.'"Baiklah," ucapku singkat, lalu berjalan keluar dari villa dengan langkah yang kubuat seanggun mungkin, meski hati sedang berontak.Sesampainya di depan hotel tempatku bekerja, mobil berhenti. Aku bersiap turun. Tapi tangan Aslan mendadak menahan kedua pundakku."Ingat ya... Jangan coba-coba kabur dariku. Kamu tidak akan pernah bisa. Ingat itu baik-baik," katanya, matanya tajam menusuk."Terserahlah," balasku dingin, lalu menepis tangannya dan turun dari mobil tanpa menoleh lagi.Tapi jantungku tetap berdetak kencang. Ucapan Aslan bukan sekadar ancaman.

  • Suamimu Masih Mencintaiku   Kenapa Memaksa Menikah

    Aslan menatapku dengan wajah serius, seolah dia menyakinkanku kalau tawarannya saat aku butuhkan.“Hamil tanpa suami itu berat Sany.” "Aku tahu," kataku lirih, "tapi aku tidak mau menikah dengan Pak Aslan. Aku tidak mau punya hubungan apa pun lagi dengan keluargamu.""Nanti... aku akan mengurus keluargaku, mereka tidak akan ada masalah.”"Lalu?" Aku menatap wajahnya tajam, sinis, menunggu jawaban yang selalu ia hindari.“Begini, Sany... aku hanya ingin menikahimu dulu. Setelah kamu jadi milikku, baru kita pikirkan hal yang lain.”Otakku seperti meledak. Jantungku berdetak kencang. Hati, kepala, dan seluruh tubuhku serasa remuk oleh tekanan dan paksaan ini. Dengan gerakan pelan, kuangkat tangan untuk memijat pelipis yang berdenyut.“Tolong, jangan paksa aku, Pak Aslan. Aku sungguh lelah menjalani hidupku...” bisikku pelan, nyaris serak. Suaraku nyaris tak terdengar, tapi mata kami bertemu, dan dia tahu aku serius.“Aku hanya ingin membantu,” ucapnya, lalu duduk di sofa di sampingku.

  • Suamimu Masih Mencintaiku   Di Antara Ombak dan Janji yang Tak Aku Inginkan

    Sekeras apa pun aku mencoba menghindari lelaki ini, ia tetap saja berhasil menemukanku. Seakan semesta selalu membelanya. Sampai detik ini, aku masih tak mampu memahami alasan di balik sikapnya. Otakku terus saja berputar, mempertanyakan satu hal yang tak kunjung terjawab—kenapa Aslan selalu mengejarku?Aku ini siapa? Wanita yang tak sepadan dengannya—seorang janda dengan dua anak, masa lalu penuh luka, hidup yang pernah terseret dalam kelamnya dunia malam. Sedangkan dia? Seorang dokter muda dari keluarga terpandang dan kaya raya. Seharusnya aku adalah aib, noda yang tak pantas ia sentuh apalagi pertahankan.'Aku tidak pernah meminta dia bertanggung jawab atas kehamilanku. Kalau memang ingin punya anak, bukankah lebih jelas kalau ia mencetaknya bersama tunangannya? Bibitnya lebih jelas, statusnya pun tak akan membuatnya malu. Mungkin... kalau saja aku tidak mengandung anaknya, mungkin ceritanya akan berbeda. Mungkin... aku sudah dilenyapkan dari dunia ini, seperti rencana awalnya.'Pi

  • Suamimu Masih Mencintaiku   Luka yang Masih Menganga

    Tubuhku masih terjepit di dinding balkon hotel. Satu tangan Aslan menahan kedua lenganku di atas kepala, sementara tangan lainnya dengan lembut mengusap perutku. Tatapannya menusuk, sorot matanya seperti bara yang tak padam, dan lumatan bibirnya di bibirku semakin liar. Aku berusaha menolak, mengalihkan wajahku ke samping, tapi ia tak menghentikan perbuatannya. Justru kini, bibir panasnya mendarat di lekuk leherku.“Aslan, hentikan!” bentakku marah. “Aku bukan wanita yang bisa seenaknya kamu cium dan sentuh semau jidatmu!”Tawanya meledak, kecut, namun entah kenapa, seolah ia menikmati kemarahanku. Tawanya justru menyulut api yang sudah membara dalam dadaku.“Menjauh dariku!” teriakku, napasku memburu. Aku mengerahkan seluruh tenagaku untuk mendorong tubuhnya. Tapi, sama saja. Ia seperti tiang beton. Tidak bergeser sedikit pun.“Kamu tahu, Sany. Semenjak kamu hamil, kamu sangat cantik dan mengoda. Kemanapun kamu pergi, jangan pernah harap kamu bisa lepas dariku,” ucapnya dingin. “Aku

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status