“Mas, mau minum dingin?” tanyaku lembut, menatap wajah Panji yang bersimbah peluh. Tanganku meraih tisu dan menyodorkannya dengan gerakan pelan.“Tidak. Aku mau langsung pulang. Besok, anak bungsukuingin liburan,” jawabnya sambil berdiri dan melangkah ke kamar mandi.Suaranya masih terdengar dari dalam, “Oh, iya. Jangan lupa minum pil-nya. Aku tidak mau kamu hamil.”“Iya, Mas. Besok gak mampir?” tanyaku hati-hati, menahan nada kecewa yang hampir keluar.“Enggak. Aku udah ada janji sama istriku.”“Baik, Mas,” jawabku singkat.Aku menarik pakaian bersih dari lemari dan memberikannya padanya. Pakaian kotornya kulempar ke tumpukan di pojok kamar, seperti biasa.“Eh, kemarin jadi beli seragam buat Falen?” tanyanya sambil menatap kaca, tubuh tegapnya terlihat sempurna mengenakan kaus putih polos yang kuberikan.Falen, putriku. Hasil dari pernikahan yang kini hanya tinggal kenangan pahit.“Belum. Mungkin besok,” jawabku, menahan getir.Ia mengeluarkan lima lembar uang seratus ribuan dari dom
Terakhir Diperbarui : 2025-04-14 Baca selengkapnya