Share

Bab 2

Penulis: Fahira Khanza
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-06 09:50:39

SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKU

Bab 2

"Apa jangan-jangan mas David ada di kamar Nora? Jadi, apa suara desahan yang saling bersahutan itu adalah suara mereka berdua?"

Aku harus memastikannya sendiri. Aku bergegas bangun dari posisi dudukku di ranjang. Tidak lupa aku menggunakan sweater untuk menutupi lenganku yang terbuka karena aku masih mengenakan baju tidur yang tanpa lengan. Cuaca pun belakangan hari ini terasa dingin. Aku pun tidak ingin nanti aku masuk angin. 

Saat aku sudah sampai di depan pintu kamar Nora dan Kevin. Aku kembali melakukan panggilan pada ponsel mas David. Aku ingin memastikan sekali lagi kalau apa yang aku dengar tadi itu adalah benar. Namun, lagi-lagi ponsel mas David tidak aktif. Hanya suara operator perempuan yang menjawab sambungan teleponku. Akhirnya aku memutuskan untuk mengetuk pintu kamar Nora. 

Satu kali ketukan. 

Dua kali ketukan. 

Tiga kali ketukan barulah Nora membukakan pintu kamarnya. Tidak lebar, hanya sebatas tubuhnya yang terlihat saja. Sedikit kepalaku mencuri penglihatan ke dalam kamar tapi, sayangnya pandangan mataku terbatas. Aku tidak dapat melihat apa pun. Ditambah lagi posisi pintu yang hanya terbuka setengahnya oleh Nora. 

"Ada apa, Mbak?" tanya Nora sembari menguap.

 Kutelisik wajah Nora dengan memicingkan mataku. Tidak ada yang aneh dari wajah dan tubuhnya. Persis seperti orang sedang bangun tidur. 

Apakah aku telah berpikiran terlalu jauh tentang mereka berdua? Tapi, aku tadi tidak salah dengar kalau suara ponsel mas David benar-benar terdengar di kamar Nora. 

"Mbak Raya? Ada apa? Kok malah bengong?" Aku tersentak saat tangan Nora mengibas di depan wajahku. 

"Ah, maaf, aku mau cari Mas David. Mana dia?" Kulihat kening Nora sedikit berkerut. 

"Mas David? Kok Mba cari kesini? Kan suaminya, Mbak. Ya mungkin ada di kamar Mbak lah," ucap Nora dengan nada sedikit ketus. 

Yah, mungkin kalau pikiran kita lagi normal tentu saja hal mustahil aku mencari suamiku di kamar iparku. Masalahnya, aku baru saja mendengar hal yang membuat otakku traveling hingga ke arah sana. Bukan salahku juga kan? 

"Aku mau lihat kedalam. Ada apa? Kok sepertinya ada yang kamu tutupi?" ucapku dengan menekankan kata-kata. Sengaja aku lakukan agar dia tahu kalau aku sedang dalam mode marah saat ini. 

"Apaan sih, Mbak? Malam-malam kok ngomong gak jelas begitu." 

"Yaudah minggir aku mau masuk. Kalau kamu beneran gak kasih aku jalan. Berarti memang benar ada yang kamu sembunyikan."

"Ck, yaudah sana masuk. Periksa sendiri ada apa di dalam." 

Nora menggeser tubuhnya sedikit ke belakang hingga tubuhku yang ramping ini dapat masuk ke dalam kamarnya. 

Kuedarkan pandanganku ke seluruh penjuru ruangan. Tidak kudapati hal yang mencurigakan di kamar ini. Apa iya aku yang terlalu overthinking? Tapi tunggu dulu, kamar mandi belum aku periksa. 

Aku memutar tubuhku dan berjalan perlahan menuju kamar mandi sembari mataku masih mencari-cari sesuatu yang memang sedang aku cari. Siapa tahu ada yang terlewat tadi saat aku brbalik badan. 

Namun, hingga kakiku sudah berada di depan kamar mandi mataku belum juga menangkap hal yang mencurigakan. Tanganku bersiap untuk membuka handle pintu kamar mandi hingga akhirnya aku mendengar sebuah suara dari dalam sana. 

"Ada apa Beib? Aku lagi nanggung nih! Tunggu sebentar ya!" Itu suara Kevin. 

Yah aku tidak salah Kevin ada di dalam kamar mandi. Aku pun mengurungkan niatku untuk membuka handle pintu tersebut. 

Akn tetapi, sejak kapan Kevin pulang? Kok aku tidak tahu? Apa waktu aku sedang ke cafe tadi pagi? Saat itu Kevin mungkin pulang makanya aku tidak tahu. Mungkin saja kan seperti itu. 

Aku menghela napasku. Ada sedikit kelegaan yang menjalar di hatiku. Akan tetapi, bukan berarti aku kembali percaya sepenuhnya pada mereka. Oh tidak, aku tetap masih menaruh curiga suara-suara desahan setiap malam yang aku dengar bukan hanya mimpi belaka. Itu kenyataan. Aku tetap harus mencari tahu, mungkin saja mereka mau bermain kucing-kucingan denganku. Its oke gak masalah, tetap akan aku cari tahu tentang semuanya. Kalau memang benar mereka berdua ada main di belakangku lihat saja apa yang akan aku lakukan. 

Bukankah insting seorang istri itu kuat? 

"Gimana? Ada nggak Mas David nya?" tanya Nora sembari tersenyum mengejek dan melipat tangannya di dada tatapan seperti mencemooh pun tak luput ia layangkan padaku. 

"Yah, mungkin saja saat ini kalian masih bisa terselamatkan dengan sandiwara kalian. Tapi, jika suatu hari nanti aku tahu yang sebenarnya. Aku pastikan kalian akan menyesal karena telah bermain-main dengan serang Narraya Okta." Aku pun pergi dari kamar Nora meninggalkan Nora dengan sejuta tanda tanya di benakku. 

Setelah dari kamar Nora tiba-tiba saja rasa haus menyergap tenggorokanku. Aku pun berniat untuk mengambil minum di dapur yang terletak di lantai bawah karena kebetulan minum di kamar sudah habis. 

Derap langkahku yang menuruni anak tangga terdengar di telinga. Karena memang ini sudah larut malam. Siapa pun pasti sudah tertidur di jam segini. Saat kakiku baru saja menapaki anak tangga terakhir, mataku tanpa sengaja melihat sosok yang sangat aku kenal tengah bersandar di sofa ruang tamu dalam kondisi lampu dimatikan. 

Meskipun kondisi ruangan cukup gelap namun, sorot lampu dari teras cukup memperjelas akan sosok yang aku lihat itu. 

"Mas David?" 

Yah, yang aku lihat barusan adalah suamiku. Suami yang aku curigai bermain gila dengan Nora istri adik iparku. 

"Raya? Kamu belum tidur?" ucap mas David sembari menoleh ke arahku lantaran aku memanggilnya. 

"Kamu dari mana, Mas?" Aku tidak menghiraukan pertanyaannya justru aku yang memberinya pertanyaan. 

"Lho, bukannya tadi siang aku sudah telepon kalau aku mau lembur malam ini." 

"Yah, aku tidak lupa karena aku belum pikun. Hanya saja, tidak seperti biasanya kamu pulang lembur di jam segini? Biasanya paling malam juga antsra jam 10 hingga jam 11 itu juga sudah sangat larut. Dan lagi kenapa teleponmi tiba-tiba tidak aktif padahal aku baru menghubungimu satu kali."

"Aku banyak kerjaan yang harus diselesaikan hati ini juga, Raya. Makanya aku baru pulang jam segini. Soal telepon, ponselku tiba-tiba habis baterai saat aku mau mengangkat telpon darimu."  

Aku memicingkan mata dan menatapnya dengan seksama. Ingin melihat apakah ada kebohongan di sana. Nihil, wajah itu begitu tenang seolah-olah apa yang ia katakan adalah benar. Namun, aku tidak boleh percaya begitu saja. Seekor buaya punya seribu cara untuk menipu mangsanya. Benar begitu bukan?

"Oh ya? Kerjaan apa?" 

"Kerjaan kantor lah Raya. Kamu kenapa sih? Pertanyaanmu kok aneh begitu?" 

"Oh aku kira ada pekerjaan yang lain yang tentunya jauh lebih penting dari sekedar pekerjaan lemburanmu di kantor," ucapku sarkas pada mas David. 

"Maksud kamu apa sih, Ray? Aku gak ngerti deh."

"Gak ada, aku hanya bergurau saja. Tidak usah terlalu dipikirkan." 

"Hemm, lalu, kenapa kamu belum tidur?" 

"Sedang mencari keberadaan seseorang yang mengganggu pikiranku." 

"Maksud kamu?" 

"Enggak ada, Mas. Yasudah kalau mau istirahat kamu duluan ke kamar. Aku mau ambil minum."

 Mas David hanya mengangguk menjawab ucapanku. Namun, bru satu langkah aku meninggalkan mas David, aku kembali berbalik bdan dan menanyakan hal yang juga membuatku terheran. 

"Betewe ani busway kalau kamu baru pulang kok aku nggak dengar suara mobil kamu, Mas? 

Aku sudah bangun dari jam dua belas kurang sepuluh menit lho. Sedangkan kamu baru saja pulang di jam dua belas lebih dua puluh menit. Mobil kamu kemana?"

  

Pias, satu kata itulah yang aku dapatkan dari wajahnya saat aku menanyakan perihal kemana mobilnya. 

"Ah, itu anu mobilku ada di ….

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Rosantirosa
suara kevin rekaman kyaknya .emang buaya dua manusia iti smga du crta in raya bnr2wnita yg tdk membuat darah tnggi sprti kbnyakan novel yg ku bc .trtindas .trhna tkoh utamanya..gak melwan aplgi in main am ifar ya ampun di mutilasi brngnya davit
goodnovel comment avatar
Salbiyah
KLO ngomong udah pake anu 99 prcn bohong
goodnovel comment avatar
Rina Dwi
moga² aja samoe akhir raya ttp ga menye²... berantas tuh perselingkuhan dan buang sampah pada tempatnya...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 308. Ending

    Beberapa bulan kemudianSuara tangisan bayi itu menggema memenuhi ruangan kamar bersalin. Raya meraup udara dalam-dalam, napasnya tersengal-sengal setelah melakukan proses melahirkan secara normal. Ravi yang saat ini berada di samping Raya, menangis tersedu-sedu kala sang istri berhasil melahirkan keturunannya. Bahkan, kali ini Ravi sedang merengkuh kepala sang istri. Air mata mengalir dengan begitu derasnya di kedua manik mata sepasang suami istri itu. "Selamat ya, Bu Raya dan Pak Ravi, bayinya berjenis kelamin laki-laki." Ravi melepaskan rengkuhan pada sang istri, sejenak mereka saling berpandangan. Terpancar suatu kebahagiaan dengan jelas pada wajah Raya dan juga Ravi. "Terima kasih, Sayang ...." Ravi mengelus pucuk kepala sang istri. Tenang Raya yang sepenuhnya belum pulih itu hanya merespon Ravi dengan anggukan kepala. Seorang dokter yang menggendong bayi mungil itu mendekat ke arah keduanya. "Lihatlah, bayinya sangat tampan." Sang dokter menunjukkan wajah bayi mungil itu.

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 307

    Bab 307Nora tersentak saat menyadari ada seseorang yang menangkap tubuhnya. Ia berusaha meronta-ronta, dan meminta untuk dilepaskan. "Lepas! Lepas, nggak!" Nora berteriak keras tatkala menyadari kalau tubuhnya ditarik oleh seseorang.Mata wanita itu membola saat membalikkan wajahnya untuk melihat siapa yang melakukannya itu. Ia terbelalak, dan seketika rasa panik menggelayuti hatinya. Dia melihat ada delapan orang pria yang sudah mengerubunginya. Bau alkohol yang sangat menyengat langsung terhidu di hidungnya. Ya, orang-orang itu sedang mabuk rupanya. Dan, saat ini Nora adalah mangsa empuk dan lezat bagi mereka.Nora tak bisa membayangkan kalau malam ini dia akan menjadi pemuas nafsu bagi para lelaki mabuk itu. Ia tak pernah membayangkan akan digangbang masal oleh mereka."Pergi! Pergi kalian dari sini!" Nora berteriak setelah cukup lama mengumpulkan keberaniannya. Namun, teriakannya itu sama sekali tak berpengaruh pada mereka. Mereka hanya tertawa saja menanggapi teriakan Nora ya

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 306

    Bab 306Bryan melangkahkan kaki memasuki beranda rumahnya. Lelaki itu meletakkan kunci mobilnya pada meja hias yang terletak di bawah televisi kemudian melepaskan jaket kulitnya yang berwarna hitam.Kepalanya melihat ke arah lorong yang berjejer pintu-pintu kamar. “Nora,” panggilnya karena ingin segera melihat wajah wanita itu, lelaki itu merasa bosan seharian di luar dan dirinya ingin mendapat pelayanan dari Nora malam ini.Tak ada sahutan saat Bryan memanggil nama wanita itu. “Nora?” panggil Bryan lagi sambil berjalan menuju kamar wanita itu. “Nora? Kenapa dia tidak menjawab?” herannya mengetuk pintu kamar.Tok tok tok …Bryan mengetuk pintu itu sekali lagi dan memanggil-manggil nama wanita pemuas nafsunya itu. Karena lelaki itu tak kunjung mendapatkan sahutan, Bryan pun akhirnya membuka pintu kamar itu dengan paksa.Ketika pintu dibuka, Bryan mendapati ruangan kamar yang kosong tak ada orang. Barang-barang Nora tampak berceceran dan satu hal yang membuat kening Bryan mengkerut. “Pa

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 305

    "Tetapi sebelum itu, mungkin aku harus membersihkan diri dulu," gumam Nora saat menyadari tubuhnya sudah terasa begitu lengket. Tak ingin semakin membuang waktu, wanita itu pun segera mengambil handuknya yang masih tergantung di balik pintu kamar untuk kemudian melenggang memasuki kamar mandi.Sejenak Nora mengeluarkan senandungnya. Lalu, netra wanita itu tampak berkaca menanti kebebasan yang mungkin sebentar lagi akan dia rasakan."Seharusnya aku melakukan ini sejak lama. Aku benar-benar menyesal karena telah menghabiskan waktu dengan hal penuh dosa ini. Ya Tuhan, masih berkenan kah Engkau memberikan maaf padaku?" gumam Nora yang kini tengah berdiri tepat di bawah guyuran air showernya. Nora benar-benar tak sabar untuk memulai hidup baru yang akan dia isi dengan banyak hal-hal positif.Selesai melakukan ritual mandinya, Nora pun segera bergegas menuju ranjang tidur kemudian pakaian bersihnya untuk kemudian dia kenakan. Nora menatap ke arah kamarnya sesaat. Ruang berukuran sedang ini

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 304

    Nora tidak sadrakan diri karena apa yang di lakukan Bryan kepadanya. Karena di tidak tahan dengan perlakuan Bryan yang membabi buta kepada Nora, membuat wanita itu berontak, akibatnya kepalanya terbentung kepala ranjang.Bryan langsung meninggalkan Nora begitu saja dan menyuruh anak buahnya untuk memanggilkan tenaga medis untuk menangani Nora. Sedangkan Bryan sendiri pergi entah kemana. Setelah puas melampiaskan hasratnya kepada Nora, lelaki itu merasa fresh dan siap menjalankan aktivitasnya.Sebenarnya Bryan juga sedikit heran dengan dirinya sendiri, entah sejak kapan dia sangat menikmati rasa sakit Nora, apalagi ketika gadis itu berteriak-teriak meminta berhenti dan menyudari permainan mereka, Bryan malah merasa terpacu dan tidak ingin berhenti. Dia merasakan kenikmatan yang luar biasa.Keesokan harinya Nora siuman dalam keadaan tidak bisa berjalan, dia juga merasa tenaganya habis terkuras serasa habis berlari ratusan kilometer.“Aku di mana? Apa yang terjadi padaku?” batin Nora sem

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 303

    Malam ini, Nora tampil cantik dengan pakaian ketat dan belahan dada rendah. Dia menggunakan lipstik merah merona yang melapisi bibirnya, kalung cantik yang berkilauan, dan sepatu hak tinggi kulit hitam yang membuat kakinya terlihat berjenjang luar biasa.Rambutnya yang gelap dan tebal jatuh hingga ke tengah punggungnya. Sebatang rokok tergantung bebas dari antara bibirnya, sementara dia berjalan dengan sedikit berlenggak-lenggok. Ketika Nora melangkah memenuhi panggilan Brian, pinggulnya bergoyang sangat menawan.Sang Germo itu memandangnya seolah Nora berjalan dalam gerakan lambat. Nora memanglah sangat cantik dan tidak ada yang akan tahu tentang fakta bahwa dia adalah seorang wanita penghibur yang sebenarnya, jika mereka tidak melihatnya di tempat prostitusi.Seorang pelanggan dengan ekspresi wajah terlalu sumringah datang."Selamat malam, Pak?" sapa Brian tak kalah cerianya.Tentu saja dia menyambut dengan ramah sosok pria yang sudah pasti akan menyumbangkan pundi-pundi yang cukup

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 302

    Bab 302“Please, berhenti, Bryan.” Nora ngos-ngosan dan kesulitan mengambil napas karena sejak tadi Bryan meneruskan ritme goyangan pinggulnya hingga keperkasaan lelaki itu menusuk masuk ke dalam milik sang wanita.“Diamlah! Nikmati saja!” desah Bryan yang kian mempercepat temponya. Lelaki yang posisinya berada di atas itu menopang tubuhnya dengan kedua lengan kekar yang ada di kedua sisi bahu Nora. Bryan menatap wajah Nora dengan keringat yang mengalir di pelipisnya.“T-tapi, ini sudah ronde … ah entahlah, entah ronde keberapa dalam hari ini!” jerit Nora meremas bantal yang mengalasi kepalanya. Dia memicingkan mata menahan rasa perih yang mulai menjalar pada bagian miliknya. Barangkali miliknya akan lecet setelah pergerumulan ini.“Sudah aku bilang! Aku masih belum puas dan ingin terus kau puaskan,” tukas Bryan dengan nada baritonnya. Suaranya yang berat membuat Nora terpaksa menyerah dan membiarkan tubuhnya terus terlentang dengan Bryan yang mendominasinya.Sudah sejak tiga jam lalu

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 301

    Bab 301“Iya, cuih!” Mira melepeh makanan yang dibuat Amanda setelah sang ibu memaki masakan wanita itu. Dia mengambil tisu dan mengelap sisa makanan di mulutnya.Mira juga mendorong piringnya agar menjauhi pandanganya hingga membuat perasaan Amanda sangat tersakiti dibuatnya.“Maaf, Kak, Mama.” Amanda menunduk masih dengan mengenakan celemek dapur yang melilit pingganya. Dia terduduk di bangku meja makan dan tak mampu mengangkat wajahnya sama sekali.Sang ibu juga jadi tidak selera makan. Sejujurnya dia kesal bukan perkara masakan yang dibuat Amanda, namun omongan tetangga yang tadi dia dengar ketika arisan di rumah salah satu keluarga kaya.“Ibu benar-benar tidak tau lagi bagaimana harus menghadapi kamu, Amanda,” ujar sang Ibu menghela napasnya dengan kasar. Dia memukul-mukul dadanya yang terasa seksak. “Kamu bisanya bikin ibu menderita saja!”Air mata Amanda kembali berlinang. Terserah bila kakak-kakaknya terdengar begitu membencinya, tapi kini ibunya juga ikut kecewa padanya dan m

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 300

    Amanda memasang wajah sedihnya. Dia benar-benar tak tahu harus bagaimana lagi sekarang. Tak punya tempat tinggal dan harta. Sama sekali tak pernah terbesit di pikiran jika pada akhirnya nasib yang dia alami akan sesial ini.Amanda menatap kedua saudaranya secara bergantian. Hal itu justru membuat Rudi dan Mira merasa semakin muak. "Ada apa lagi? Mau bicara apa lagi? Masih mau mengelak dan mengatakan kalau semua ini adalah milikmu? Iya!" sentak Mira seolah tak ingin memberikan kesempatan bagi Amanda untuk bicara.Dulu dia sangat menyukai adiknya ini, bagaimana pun Amanda adalah mesin uang yang mudah dimanfaatkan. Amanda selalu siap sedia kala saudaranya membutuhkan pinjaman. Bahkan Amanda tak segan memberikan uang secara cuma-cuma untuk sanak saudaranya yang kekurangan.Namun nyatanya semua kebaikan Amanda itu tak membuat kedua kakaknya merasa harus berbalas budi dan bersikap baik pada Amanda yang sekarang sepertinya telah jatuh miskin. Justru mereka merasa muak dan tak sudi berbaur de

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status