Share

Bab 5

Penulis: Fahira Khanza
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-06 09:57:01

SUARA DESAHAN DI KAMAR IPARKU

BAB 5

"Kita lihat saja, Mas. Apakah ini hanya pradugaku saja ataukah memang benar kau ada main dengan adik iparmu itu. Kalau sampai benar terbukti kau ada main dengan nya aku pastikan akan membuatmu menyesal, Mas." 

***

Aku membelokkan mobil yang kukendarai tepat di depan toko yang menjual aneka cctv. Setelah mesin mobil kumatikan aku melangkah dengan pasti ke dalam toko tersebut. Derap langkah sepatu heelsku terdengar mengetuk-ketuk lantai yang aku lalui. 

"Selamat pagi, Ibu, ada yang bisa kami bantu?" sapa seorang karyawan laki-laki tapi dengan gaya yang kemayu padaku saat tubuh ini berhasil masuk ke dalam toko tersebut. 

"Pagi, Mas, saya mau cari cctv yang bentuknya sangat kecil tapi daya rekam gambar dan audionya jelas. Apa ada?" 

"Tentu saja ada kami menjual berbagai macam cctv mulai dari yang paling standar yang biasa dipakai di toko-toko, minimarket atau pun perkantoran hingga ke cctv yang biasanya dipesan oleh perempuan atau pun  laki-laki yang biasanya mereka gunakan untuk mengintai pasangannya karena dicurigai tengah berselingkuh, apa yang Ibu cari seperti itu? " terang karyawan toko padaku.

 Jujur saja aku cukup tertarik pada penjelasannya mengenai cctv yang katanya digunakan banyak para wanita atau pria yang mencurigai pasangannya selingkuh. .

"Coba aku mau lihat sama cctv yang Mas maksud tadi dong?" 

"Boleh, tapi kalau bisa jangan panggil aku mas. Panggil saja aku Miss Jeni," jawabnya centil dengan suara yang dibuat kemayu juga. Jujur aku sedikit geli melihat gayanya yang tidak sesuai dengan bentuk tubuh dan jenggotnya yang terlihat laki-laki tulen. tapi siapa yang tahu jika dibalik penampilannya yang macho justru gayanya seperti perempuan. 

"Baiklah, Miss, tolong aku mau lihat barang yang Mas sebutkan tadi." 

Tidak lama, miss Jeni tadi mengambilkan pesananku. Kini di hadapanku sudah ada beberapa bentuk dan model cctv dari yang bentuknya panjang seperti pulpen, seperti bohlam lampu, dan ada juga yang hanya seperti tahi lalat. Sangat kecil dan berwarna hitam. Tinggal ditempelkan pada benda yang berwarna hitam juga maka sudah beres dan biarkan benda itu bekerja sesuai fungsinya. 

Akhirnya pilihanku jatuh pada cctv berbentuk kecil seperti tahi lalat itu. Aku membeli sekitar empat buah cctv untuk aku pasang di mobil mas David dan di dalam rumah juga. Biarlah aku haru merogoh kocek yang tidak murah asalkan rasa penasaranku tuntas. Seandainya benar apa yang ada dalam benakku terjadi maka aku sudah mempersiapkan semuanya. 

.setelah melakukan pembayaran aku pun kembali menuju ke dalam mobilku dan bersiap untuk ke cafe sebentar sebelum aku kembali pulang. 

***

"Bagaimana cafe hari ini, Sin?" tanyaku pada Sinta salah satu orang yang kuberi amanah menghandle cafe jika aku tidak ada. 

"Sejauh ini aman, Bu. Penjualannya juga naik terus dan para pengunjung puas sama pelayanan kita dan menu-menu yang kita hidangkan untuk mereka."

 Aku tersenyum puas mendengar laporan dari Sinta. Sembari membolak-balikkan laporan keuangan penjualan kemarin aku kembali mengobrol dengan Sinta soal kemajuan cafe. 

"Bagus, Sinta. Kalau bisa selalu berikan inovasi-inovasi masakan baru pada menu-menu kita. Adakan promo tiap dua kali seminggu agar para pengunjung semakin banyak. Tetap jaga kebersihan dan kualitas rasa karena rasa tidak pernah bohong. Oh iya rencananya saya mau menambah satu lagi cabang di kota sebelah. Menurut kamu prospeknya di sana gimana?" 

"Menurut  saya di kota sebelah cukup bagus, Bu. Karena selai konta sebelah juga enggak kalah besar dari kota kita ini. Juga di sana belum ada cafe seperti tempat kita inj, Bu." 

"Lalu, kira-kira siapa yang akan menjadi penanggung jawab di cafe cabang nanti? Mungkin kamu punya teman yang jujur dan amanah bisa kamu rekomendasikan sama saya." 

"Siap, Bu. Nanti segera saya carikan secepatnya."

 Setelah kurasa cukup pengecekanku di cafe hari ini aku pun  bergegas untuk pulang. Kulihat jam di ponselku, waktu menunjukkan pukul dua siang. Aku harus cepat sebelum waktu keburu sore dan mas David keburu pulang. Entah kenapa aku punya firasat jika malam ini mereka kembali menjalankan sandiwara mereka. 

***

Aku mematikan mesin mobil saat sudah sampai tepat di depan halaman rumah. Rumah ibu mertuaku tidak memiliki garasi tapi, memiliki halaman yang cukup luas dan cukup untuk menampung tiga mobil milikku, milik mas David dan milik Kevin yang terparkir cantik di halaman ini dan hanya dipakai jika Kevin sedang di rumah saja. 

Aku membuka handle pintu yang kebetulan memang tidak pernah dikunci karena ada Bi Ratmi yang berjaga di rumah. 

"Mbak Raya baru pulang? Tadi Ibu nyariin Mbak," ucap bi Ratmi padaku saat kakiku baru akan menapaki anak tangga. 

"Ada apa Ibu nyariin aku, Bi? Terus Ibu di mana sekarang?" 

Aku menurunkan kembali satu kakiku yang sudah berada di anak tangga pertama dan mendekat ke arah bi Ratmi. 

"Ibu tadi dijemput sama keponakannya. Katanya ada hal penting yang ingin adiknya Ibu sampaikan sama Ibu tapi gak bisa lewat telepon. Ibu sekarang sudah berangkat ke rumah adiknya di kabupaten sebelah. Kemungkinan Ibu juga akan menginap di sana selama tiga hari, Mbak," jelas bi Ratmi panjang lebar dan aku hanya mengangguk paham pada bi Ratmi. 

Ibu mertuaku memang memiliki seorang adik dan kakak tapi, mereka tinggal di beda kabupaten. Jika adik ibu yang bernama om Ari tinggal di kabupaten sebelah yang hanya menempuh perjalanan satu setengah jam saja. Lain lagi dengan kakak ibu yang bernama pakde Hardi yang tinggal cukup jauh dari sini. Bisa memakan waktu lima jam jika menggunakan kendaraan pribadi. 

"Terus Nora kemana?" tanyaku karena aku mendapati rumah sedang dalam kondisi sepi. 

"Mbak Nora tadi keluar entah kemana enggak lama setelah Ibu pergi, Mbak." Aku mengangguk paham dan berpamitan pada bi Ratmi untuk naik ke atas. 

"Yasudah, Bi, ke kamar dulu ya." 

"Baik, Mbak." 

Sepertinya dewi fortuna berpihak padaku kali ini. Aku bisa dengan leluasa memasang cctv di tempat yang aku inginkan. Baiklah, sebelum Nora dan yang lainnya datang aku segera bergegas memasan cctv yang baru saja kubeli tadi. 

Aku menuju depan kamar Nora dan Kevin. Kutempelkan cctv yang kubeli tadi pada guci besar yang kebetulan berwarna hitam yang terpajang tepat di samping lemari pajangan yang ada di depan kamar Nora dan kevin. Setelahnya aku mencoba membuka handle pintu kamar Nora. 

Awalnya aku kira kamar Nora akan dikunci namun, nyatanya kamar ini tidak terkunci. Aku tersenyum sumringah karena lagi-lagi dewi fortuna berpihak padaku hingga memuluskan rencana dan aksiku. Kupandangi sekeliling kamar Nora yang terlihat rapi dan bersih mungkin saja bi Ratmi habis membersihkan kamar Nora yang tadi malam kulihat masih berantakan. 

Pandanganku tertuju pada satu benda di atas lemari. Boneka beruang berwarna coklat tua. Yups, aku meletakkan cctv itu pada boneka beruang di atas lemari yang kebetulan posisinya berhadapan dengan ranjang milik Nora dan Kevin. Setelah kurasa beres aku pun bergegas keluar kamar Nora dan menutupnya. Tinggal aku mengeksekusi cctv ini di mobil mas David nanti saat ia pulang. 

Namun, baru saja aku akan berbalik badan aku dikejutkan dengan suara seseorang yang ternyata baru saja menapaki anak tangga. 

"Lagi ngapain?" 

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (4)
goodnovel comment avatar
Lela Redmi
gercep untung sja
goodnovel comment avatar
Sarti Patimuan
Semoga raya tidak ketahuan
goodnovel comment avatar
Tuti Indrawati
good job raya
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 308. Ending

    Beberapa bulan kemudianSuara tangisan bayi itu menggema memenuhi ruangan kamar bersalin. Raya meraup udara dalam-dalam, napasnya tersengal-sengal setelah melakukan proses melahirkan secara normal. Ravi yang saat ini berada di samping Raya, menangis tersedu-sedu kala sang istri berhasil melahirkan keturunannya. Bahkan, kali ini Ravi sedang merengkuh kepala sang istri. Air mata mengalir dengan begitu derasnya di kedua manik mata sepasang suami istri itu. "Selamat ya, Bu Raya dan Pak Ravi, bayinya berjenis kelamin laki-laki." Ravi melepaskan rengkuhan pada sang istri, sejenak mereka saling berpandangan. Terpancar suatu kebahagiaan dengan jelas pada wajah Raya dan juga Ravi. "Terima kasih, Sayang ...." Ravi mengelus pucuk kepala sang istri. Tenang Raya yang sepenuhnya belum pulih itu hanya merespon Ravi dengan anggukan kepala. Seorang dokter yang menggendong bayi mungil itu mendekat ke arah keduanya. "Lihatlah, bayinya sangat tampan." Sang dokter menunjukkan wajah bayi mungil itu.

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 307

    Bab 307Nora tersentak saat menyadari ada seseorang yang menangkap tubuhnya. Ia berusaha meronta-ronta, dan meminta untuk dilepaskan. "Lepas! Lepas, nggak!" Nora berteriak keras tatkala menyadari kalau tubuhnya ditarik oleh seseorang.Mata wanita itu membola saat membalikkan wajahnya untuk melihat siapa yang melakukannya itu. Ia terbelalak, dan seketika rasa panik menggelayuti hatinya. Dia melihat ada delapan orang pria yang sudah mengerubunginya. Bau alkohol yang sangat menyengat langsung terhidu di hidungnya. Ya, orang-orang itu sedang mabuk rupanya. Dan, saat ini Nora adalah mangsa empuk dan lezat bagi mereka.Nora tak bisa membayangkan kalau malam ini dia akan menjadi pemuas nafsu bagi para lelaki mabuk itu. Ia tak pernah membayangkan akan digangbang masal oleh mereka."Pergi! Pergi kalian dari sini!" Nora berteriak setelah cukup lama mengumpulkan keberaniannya. Namun, teriakannya itu sama sekali tak berpengaruh pada mereka. Mereka hanya tertawa saja menanggapi teriakan Nora ya

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 306

    Bab 306Bryan melangkahkan kaki memasuki beranda rumahnya. Lelaki itu meletakkan kunci mobilnya pada meja hias yang terletak di bawah televisi kemudian melepaskan jaket kulitnya yang berwarna hitam.Kepalanya melihat ke arah lorong yang berjejer pintu-pintu kamar. “Nora,” panggilnya karena ingin segera melihat wajah wanita itu, lelaki itu merasa bosan seharian di luar dan dirinya ingin mendapat pelayanan dari Nora malam ini.Tak ada sahutan saat Bryan memanggil nama wanita itu. “Nora?” panggil Bryan lagi sambil berjalan menuju kamar wanita itu. “Nora? Kenapa dia tidak menjawab?” herannya mengetuk pintu kamar.Tok tok tok …Bryan mengetuk pintu itu sekali lagi dan memanggil-manggil nama wanita pemuas nafsunya itu. Karena lelaki itu tak kunjung mendapatkan sahutan, Bryan pun akhirnya membuka pintu kamar itu dengan paksa.Ketika pintu dibuka, Bryan mendapati ruangan kamar yang kosong tak ada orang. Barang-barang Nora tampak berceceran dan satu hal yang membuat kening Bryan mengkerut. “Pa

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 305

    "Tetapi sebelum itu, mungkin aku harus membersihkan diri dulu," gumam Nora saat menyadari tubuhnya sudah terasa begitu lengket. Tak ingin semakin membuang waktu, wanita itu pun segera mengambil handuknya yang masih tergantung di balik pintu kamar untuk kemudian melenggang memasuki kamar mandi.Sejenak Nora mengeluarkan senandungnya. Lalu, netra wanita itu tampak berkaca menanti kebebasan yang mungkin sebentar lagi akan dia rasakan."Seharusnya aku melakukan ini sejak lama. Aku benar-benar menyesal karena telah menghabiskan waktu dengan hal penuh dosa ini. Ya Tuhan, masih berkenan kah Engkau memberikan maaf padaku?" gumam Nora yang kini tengah berdiri tepat di bawah guyuran air showernya. Nora benar-benar tak sabar untuk memulai hidup baru yang akan dia isi dengan banyak hal-hal positif.Selesai melakukan ritual mandinya, Nora pun segera bergegas menuju ranjang tidur kemudian pakaian bersihnya untuk kemudian dia kenakan. Nora menatap ke arah kamarnya sesaat. Ruang berukuran sedang ini

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 304

    Nora tidak sadrakan diri karena apa yang di lakukan Bryan kepadanya. Karena di tidak tahan dengan perlakuan Bryan yang membabi buta kepada Nora, membuat wanita itu berontak, akibatnya kepalanya terbentung kepala ranjang.Bryan langsung meninggalkan Nora begitu saja dan menyuruh anak buahnya untuk memanggilkan tenaga medis untuk menangani Nora. Sedangkan Bryan sendiri pergi entah kemana. Setelah puas melampiaskan hasratnya kepada Nora, lelaki itu merasa fresh dan siap menjalankan aktivitasnya.Sebenarnya Bryan juga sedikit heran dengan dirinya sendiri, entah sejak kapan dia sangat menikmati rasa sakit Nora, apalagi ketika gadis itu berteriak-teriak meminta berhenti dan menyudari permainan mereka, Bryan malah merasa terpacu dan tidak ingin berhenti. Dia merasakan kenikmatan yang luar biasa.Keesokan harinya Nora siuman dalam keadaan tidak bisa berjalan, dia juga merasa tenaganya habis terkuras serasa habis berlari ratusan kilometer.“Aku di mana? Apa yang terjadi padaku?” batin Nora sem

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 303

    Malam ini, Nora tampil cantik dengan pakaian ketat dan belahan dada rendah. Dia menggunakan lipstik merah merona yang melapisi bibirnya, kalung cantik yang berkilauan, dan sepatu hak tinggi kulit hitam yang membuat kakinya terlihat berjenjang luar biasa.Rambutnya yang gelap dan tebal jatuh hingga ke tengah punggungnya. Sebatang rokok tergantung bebas dari antara bibirnya, sementara dia berjalan dengan sedikit berlenggak-lenggok. Ketika Nora melangkah memenuhi panggilan Brian, pinggulnya bergoyang sangat menawan.Sang Germo itu memandangnya seolah Nora berjalan dalam gerakan lambat. Nora memanglah sangat cantik dan tidak ada yang akan tahu tentang fakta bahwa dia adalah seorang wanita penghibur yang sebenarnya, jika mereka tidak melihatnya di tempat prostitusi.Seorang pelanggan dengan ekspresi wajah terlalu sumringah datang."Selamat malam, Pak?" sapa Brian tak kalah cerianya.Tentu saja dia menyambut dengan ramah sosok pria yang sudah pasti akan menyumbangkan pundi-pundi yang cukup

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 302

    Bab 302“Please, berhenti, Bryan.” Nora ngos-ngosan dan kesulitan mengambil napas karena sejak tadi Bryan meneruskan ritme goyangan pinggulnya hingga keperkasaan lelaki itu menusuk masuk ke dalam milik sang wanita.“Diamlah! Nikmati saja!” desah Bryan yang kian mempercepat temponya. Lelaki yang posisinya berada di atas itu menopang tubuhnya dengan kedua lengan kekar yang ada di kedua sisi bahu Nora. Bryan menatap wajah Nora dengan keringat yang mengalir di pelipisnya.“T-tapi, ini sudah ronde … ah entahlah, entah ronde keberapa dalam hari ini!” jerit Nora meremas bantal yang mengalasi kepalanya. Dia memicingkan mata menahan rasa perih yang mulai menjalar pada bagian miliknya. Barangkali miliknya akan lecet setelah pergerumulan ini.“Sudah aku bilang! Aku masih belum puas dan ingin terus kau puaskan,” tukas Bryan dengan nada baritonnya. Suaranya yang berat membuat Nora terpaksa menyerah dan membiarkan tubuhnya terus terlentang dengan Bryan yang mendominasinya.Sudah sejak tiga jam lalu

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 301

    Bab 301“Iya, cuih!” Mira melepeh makanan yang dibuat Amanda setelah sang ibu memaki masakan wanita itu. Dia mengambil tisu dan mengelap sisa makanan di mulutnya.Mira juga mendorong piringnya agar menjauhi pandanganya hingga membuat perasaan Amanda sangat tersakiti dibuatnya.“Maaf, Kak, Mama.” Amanda menunduk masih dengan mengenakan celemek dapur yang melilit pingganya. Dia terduduk di bangku meja makan dan tak mampu mengangkat wajahnya sama sekali.Sang ibu juga jadi tidak selera makan. Sejujurnya dia kesal bukan perkara masakan yang dibuat Amanda, namun omongan tetangga yang tadi dia dengar ketika arisan di rumah salah satu keluarga kaya.“Ibu benar-benar tidak tau lagi bagaimana harus menghadapi kamu, Amanda,” ujar sang Ibu menghela napasnya dengan kasar. Dia memukul-mukul dadanya yang terasa seksak. “Kamu bisanya bikin ibu menderita saja!”Air mata Amanda kembali berlinang. Terserah bila kakak-kakaknya terdengar begitu membencinya, tapi kini ibunya juga ikut kecewa padanya dan m

  • Suara Desahan Di Kamar Iparku   Bab 300

    Amanda memasang wajah sedihnya. Dia benar-benar tak tahu harus bagaimana lagi sekarang. Tak punya tempat tinggal dan harta. Sama sekali tak pernah terbesit di pikiran jika pada akhirnya nasib yang dia alami akan sesial ini.Amanda menatap kedua saudaranya secara bergantian. Hal itu justru membuat Rudi dan Mira merasa semakin muak. "Ada apa lagi? Mau bicara apa lagi? Masih mau mengelak dan mengatakan kalau semua ini adalah milikmu? Iya!" sentak Mira seolah tak ingin memberikan kesempatan bagi Amanda untuk bicara.Dulu dia sangat menyukai adiknya ini, bagaimana pun Amanda adalah mesin uang yang mudah dimanfaatkan. Amanda selalu siap sedia kala saudaranya membutuhkan pinjaman. Bahkan Amanda tak segan memberikan uang secara cuma-cuma untuk sanak saudaranya yang kekurangan.Namun nyatanya semua kebaikan Amanda itu tak membuat kedua kakaknya merasa harus berbalas budi dan bersikap baik pada Amanda yang sekarang sepertinya telah jatuh miskin. Justru mereka merasa muak dan tak sudi berbaur de

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status