Share

Tak sengaja

"Hai Hilma kamu baik kan?" tanya riri

"Aku baik, emang kenapa sih?" tanya balik keheranan

"Kamu gak ada masalah kan sama Lisa? tanya Riri berbisik

"Sumpah gak ada masalah, aku juga bingung"

"Ouh kayaknya kamu gak sengaja deh injak kaki Lisa"

"Ahhhh.. beneran aku gak nyadar, apa aku kecepatan lari yah"

" Ehmm makanya kamu hati-hati, ya udah aku ke sana yah mau gabung sama lainnya"

"Iya dahhh"

Setelah mereka beres ganti pakaian olahraga, menjelang istirahat. Hilma mencoba berani dekati Lisa mau minta maaf tapi malu, dia tunda dulu karena Lisa asyik bercanda ngerumpi dengan teman lainnya.

Dia malu di liat temannya yang lain, duduk ke kursi menoleh kebelakang Mulik dan Mila juga ngerumpi temannya Lisa, tambah malas khawatir dia jadi bahan gosip gak enak.

Dia jadi males mendengar kan seperti nya Lisa juga kurang di sukai mereka sifatnya mendayu manja, suka ngomong seenakanya tapi lebih bar bar lagi kalau ajak berantem. Dia buka hp dengar musik.

Lisa sering berantem sama teman laki-laki namanya Palo, anaknya memang suka mengejek Lisa, kalau dia tak mau gubris karena males aja ladeni Palo usil.

Dia kaget dapat chat di ajak ketemuan oleh Tomi, tapi dia malu mau gak mau harus yakin niat dia mau berteman saja. Kalau dia suka tak suka tak masalah. Siapa tau dia nanti jadi teman hidup kahayalannya.

Saat jam pulang dia mencoba berbicara berdua sama Mulik, malu kalau ngasih tau yang lainnya. Malu rasanya di bully dari cara bicara nya apalagi bicara asmara menurutnya mengingat masa lalu pahit nya dulu di bully dan di acuhkan lagi Sd atau Smp. Jadi mau cari teman cerita di percaya hanya dua orang atau tiga  orang saja dan malas di bandingkan dengan siapapun.

"Mulik, Tomi ajak ketemuan nih, kamu mau nemenin aku , katanya sih minggu ni" ucap Hilma sedikit kegirangan

"Aku gak bisa deh, kamu ajak ke rumah kamu aja"

"Aku malu sama Ortu aku"

"Yah gimana yah kalau ketemu di rumahku aku malu juga, lagian belum kenal, kamu aja coba sendirian, paling dia ajak temannya juga"

"Malu sih, apa kata orang tuaku nanti"

"Kamu bilang aja"

" Ortu ku tu sensitif kalau aku bicara, jadi "

"Jadi apa?"

"Malu gitu kalau bicara, kecuali aku ajak teman aku udah di rumah baru aku bicara"

"Lagian kamu mau ketemuan buat apa sih?"

"Mau kenal aja, siapa tau dia mau jadi pacar aku upss hhee"

"Belum tentu juga, lagian cuma penasaran aja palingan"

"Ia sih, mengagumi saja dalam diam"

"Ishh..."

"Udah yah kita berpisah, aku mau pulang dulu nanti kesorean aku jalan kaki aja, dadah dadah Mulik"

"Dadah"

Depan gerbang mereka berpisah karena beda arah, dia jalan kaki sedangkan temannya naik angkot. Dia lelah seharian sekolah pulang sekolah terkadang sore.

Pulang sekolah harus membantu ibu nya jualan dan kadang jaga adiknya yang cerewet.

Ibu bapaknya gampang sensitif. Dia kadang kesel sama keadaan Ibu bapaknya yang selalu bertengkar, tapi dia mencoba tenang dan ketawa tipis.

Dia malu rasanya kalau pacar nya tau ibu bapaknya cuma pedagang gorengan biasa, yang selalu ribut, yah sudah lah dia tepis perasaan itu toh kakanya bisa dapat pacar, yang penting dia happy mau mencoba pertemanan lelaki.

Tidur dia di toko bapak ibuk nya, sambil dia main sama adiknya kadang melayani pelanggan, sambil dia asyik main hp. Saat ketiduran  di toko dibangunkan untuk pulang ke rumah karena kaka nya datang pulang bekerja.

Dia takut sendirian di rumah karena tak ada siapa-siapa kecuali kakanya datang. 

"Woi bangun, tidur aja kerjaan nya" Panggil Ka Teri

"Aku ngantuk ka, nanti aja pulang" 

"Gak bisa lah, masa aku sendirian, mana Farhan jalan sama temannya" 

" Kalau kamu gak mau pulang, gak aku kasih uang jajan"

"Ia deh kak"

"Cepatan bangun dan cuci muka"

"Dingin"

"Dasar bego cepetan"

Pulang jam 9 malam dia harus berjalan tergopoh sambil ngantuk, pulang ke rumah bukannya dia merasa nyaman. Malah tambah di marahin.

"Kamu naruh pakaian di lantai asal saja, cepetan taruh di dapur, ini kenapa pulpen ku gak ada"

"Aku gak tau ka"

"Cepetan taruh, kenapa kamu masih di situ" bentak Kaka nya

Ka Teri pun asal geletak baju juga di lantai, tapi malah marahin adiknya asal taruh baju di lantai. Dia bingung kenapa diri nya begitu di salahkan jadi pelampiasan kakanya dan ortu nya, padahal dia malu selama ini nurut dan jarang melawan.

Ka teri telpoanan sama pacarnya, dia rasa jijiknya dengar ada ciuman call, tapi dia membayangkan apa pacaran seperti itu. Haruskah dia dapat lelaki idaman nya lelaki sholeh, tapi dia malu sama keadaannya, di tepis lagi toh kaka nya gak malu bawa pacar.

Kakanya suka gonta ganti pacar, ibu bapaknya selalu bertengkar, Ka Farhan Suka jalan-jalan atau mengejek dan adiknya yang cerewet. Dia bersabar jadi pelampiasan amarah mereka.

Bila musim dingin atau kecapean dia selalu nafas mengik, dia cuma bangun mencoba rileks menunggu 2 jam atau 3 jam baru dia bisa tertidur. Besoknya dia selalu di bangunkan ibunya.

"Hilma hilma ayo bangun nanti telat loh"

"Hilma cape ma, boleh gak hilma tidur di toko aja, nanti ibu bangunim tengah malam"

"Cape bangunin kamu, kasian kakak kamu kadang sendirian di rumah, masa pulang sendirian"

"Ka Farhan jangan Pulang malam mulu ma"

"Kamu cerewet yah, namanya anak laki-laki wajar main"

"Hilma kamu berisik yah, nanti lambat lagi" Ucap Kaka nya terbangun rengekan adiknya padahal bukan karena Hilma

"Ishh, ma aku Boleh di antar gak?"

"Jalan sendiri sana, bapak kamu tidur, kaka kamu tidur" jawab mama

"Cape ma, mana belum makan"

"Kamu yah bloon, kasih jajan sudah , sekolah dah syukur, ibu dulu mana bisa lanjutin sekolah karena biaya, kamu enak udah di bantu kaka kamu dan ibu"

"Hilma kamu berisik yah, jangan manja deh" teriak kakanya di kamar

Setiap hari dia berjalan kaki kadang naik angkot kalau mepet waktunya, sarapan ibu nya hanya masak mie instan itupun bagi-bagi kadang dia gak dapat bagian karena lambat.

Sesampai sekolah dia telat hanya beberapa detik, satpam nya lumayan kejam sih serta muka jutek. Di ajak ngobrol gak di hiraukan. Menunggu di muka gerbang beberapa menit baru di buka kan, sambil dia muka melas.

"Pak buka dong" teriak teman lainnya gak dihiraukan atau beda kelas dengannya

"Kita cuma sedetik aja telat, idih keterlaluan banget tu satpam" ucap teman lainnya

"Aku dah biasa , entar kita juga di panggil tergantung yang piket aja gurunya siapa, ada yang di hukum dan ada yang gak boleh masuk kelas satu pelajaran atau nunggu depan gerbang beberapa menit baru dibuka, ya kita ini" ucap Hilma

"Emang nya ini sekolah keterlaluan deh buat aturan"

Hilma hanya geleng-geleng saja, daripada dia masuk kelas dipermalukan guru dihadapan teman-temannya, mending dia beginiin aja oleh satpam.

Udah biasa dia dari Sd karena banyak pengalaman masa lalu pahit nya.

Serta jarak rumah dan sekolahnya lumayan jauh sehingga tak di antar ke sekolah dari dulu, dia merasa kurang di perhatikan. Ditambah guru nya ikutan mengejek juga.

"Kalian masuk, tapi kalian diam di sini dulu berdiri"

ucap pak satpam

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status