Share

Unique Cup

“Aku mau ke kamar kecil.” Ia tetap berjalan, menghiraukan lelaki di sofa ujung, ia tahu kalau Wira tidak ingin disentuh bahkan mendekat.

Laki-laki berkemeja biru tua – dia belum pulang sejak Kiran pingsan dan setia menunggu – tak kunjung melihat perempuan itu kembali, setelah sekian menit ia memantau pintu toilet. Bahkan saat ini ia mondar-mandir di depan pintu tersebut, sebenarnya Wira sedang tidak tenang. Apa Kiran di dalam sana baik-baik saja, bagaimana kalau ada masalah kecil dan sejenisnya? Sesaat lalu dia belum menanyakan apapun untuk memastikan keadaan sang istri.

Wira mengetuk pintu setelah ke sana ke mari selama lima menit, “Apa kau baik-baik saja?” raungnya. “Kalau selesai cepatlah keluar, kau belum makan dari siang.” Tidak ada jawaban dari Kiran.

Wira mengetuk lagi pintu itu lebih keras, rasa di dadanya semakin besar. Membuatnya menghitung detik dari arloji mahal di pergelangan tangan. Ah, persetan denga

Basreswara

dukung author untuk menaikkan cerita ini, berupa pemberian permata sebanyak-banyaknya dan beri bintang 5.

| Sukai
Bab Terkunci
Membaca bab selanjutnya di APP

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status