Taksi yang ditumpangi Dara berhenti di depan Kantor Randy, setelah membayar ongkos taksinya Dara turun dari taksi sambil menenteng tas yang berisi bekal makan siang untuk Randy.
Dara melangkahkan kakinya memasuki kantor tersebut, saat ia sudah sampai di Lobi, Dara menghentikan langkahnya karena ada seseorang yang memanggil namanya."Dara..." panggil Sinta, sahabat sekaligus rekan kerjanya saat ia bekerja di perusahaan itu."Ya Ampun, Dara. Gue kangen, loe, udah lama banget gak lihat loe." Pekik Sinta, sambil memeluk Dara. "Ish lebay, loe aja yang sibuk kerja, gak mau jengukin gue," decih Dara."Ya, maaf. Gimana sekarang loe udah lebih baik'kan. Maafin gue kemaren saat loe kena musibah gue gak bisa jengukin, loe.?" Ujar Sinta seraya melepaskan pelukannya, lalu menatap wajah Dara sebentar. Sinta tak enak hati karena saat Dara mengalami keguguran Sinta belum sempat menjenguknya."Ya gak apaa-apa, gue udah baik-baik aja kok sekarang." Sahut Dara, seraRandy keluar dari ruang kerjanya bersama Dara. Randy berjalan sambil memeluk pinggang Dara dengan mesra saat mereka keluar dari ruangan Randy, sesekali Randy memberikan kecupan di kepala Dara.Pemandangan itu tak luput dari pandangan Shela yang sejak tadi menatap horor ke arah pasangan yang baru saja melewatinya itu. Shela sungguh penasaran ada hubungan apa Bosnya itu dengan perempuan yang bernama Dara tersebut."Ada hubungan apa sih, mereka?" Gumam Shela pelan.Selama ini yang Shela ketahui Bosnya itu tak pernah dekat dengan perempuan, apalagi bersikap mesra seperti yang ia lihat tadi pada Dara.Sesampainya di lobi, Randy dan dara pun menjadi pusat perhatian para karyawan yang ada di sana, ada yang berbisik-bisik, ada yang penasaran dan bertanya-tanya ada hubungan apa mantan karyawan Wijaya Group dan juga Direktur Wijaya Group tersebut. Tak ada yang tahu bahwa Randy dan Dara adalah pasangan suami istri, kecuali Sinta, sahabat sekali
Hari sudah mulai beranjak sore, tetapi Dara yang sedang duduk di balkon kamarnya pun masih betah berada di sana sambil menatap langit yang mulai menggelap.Dara mengelus perut ratanya, sudah 10 bulan saat ia mengalami keguguran. Dan selama itu pula belum ada tanda-tanda ia hamil lagi. Hatinya gusar dan gelisah bagaimana jika ia tak bisa mempunyai anak lagi? Oh, tidak mungkin, ia yakin akan bisa hamil kembali.Saat Dara tengah sibuk dengan segala pikirannya, sebuah tangan kekar menyentuh punggungnya dari belakang. Ia pun kaget dan langsung membalikkan badannya."Eh, Mas sudah pulang?" tanya Dara seraya tersenyum pada suaminya."Udah, kamu aja yang sibuk melamun sampe gak dengar pun mas panggil-panggil," ucap Randy."Ya, maaf." kata Dara dengan suara lirih, lalu mencium punggung tangan Randy."Iya gak apa-apa. Istri Mas kenapa sih, kok melamun sendirian di sini?" tanya Randy, lalu ia ikut duduk di samping Dara."Mas...
Esok harinya sepasang suami istri itu berangkat menuju rumah Bunda. Randy memarkirkan mobilnya di depan sebuah toko kue sesuai permintaan Dara tadi sebelum mereka berangkat.Dara pun melepas seatbelt nya, " Mas gak ikutan masuk ke dalam, nih?" tanya Dara sebelum ia membuka pintu mobil."Gak deh, Kamu sendiri aja, gak apa-apakan?""Gak apa kok. Ya udah aku masuk ke dalam dulu," ucap Dara lalu ia segera membuka pintu dan keluar."Hati-hati...!" kata Randy, sebelum pintu mobil di tutup Dara kembali.Dara melangkahkan kakinya menuju toko kue yang setiap harinya selalu ramai. Sesampainya di dalam ia mengambil satu box brownis coklat, bolu pisang dan juga red velvet. setelah mendapatkan kuenya ia berjalan menuju kasir dan membayarnya.Dara keluar dari toko sambil menenteng belanjaannya. Randy yang melihat istrinya berjalan mendekati mobil pun dengan sigap membukakan pintu untuk istrinya itu."Terima kasih," ucap Dara pada Randy,
Usai bergelut di dalam kamar mandi sepasang suami istri itu kelelahan dan tertidur. Mereka berdua pun lupa dengan acara makan siang bersama Ayah dan Bunda.Dara terbangun saat jam menunjukan pukul 14.30. Ia memandang wajah suaminya yang tertidur pulas di samping sambil memeluknya. Dengan pelan ia menyingkirkan tangan Randy yang berada di atas perutnya, lalu menggeser tubuhnya dan turun dari ranjang. Tujuannya saat ini adalah dapur, perutnya terasa sangat lapar karena telah melewatkan jam makan siang hari ini.Sesampainya di dapur ia membuka tudung saji di sana lauk serta sayur yang ia masak bersama Bundanya tadi masih utuh."Apa Ayah dan Bunda belum makan, juga?" gumam Dara pelan.Dara kembali menutup tudung saji, dan berjalan menuju kamar orang tuanya berada."Bunda...! Ayah...." panggil Dara sambil mengetuk pintu kamar orang tuanya.Tak lama pintu pun di buka dari dalam terlihat wajah ayahnya yang rambutnya acak-acakan dan hanya meng
Bunda yang khawatir dengan keadaan Dara pun langsung berjalan menuju kamar anaknya. Wanita paruh baya yang masih terlihat sangat cantik itu pun membuka pintu kamar Dara, lalu melangkah masuk. Ia berjalan mendekati ranjang di mana anak perempuannya tengah bergelung di bawah selimut, dan ia pun duduk di sisi tempat tidur, lalu tangannya terulur untuk membuka selimut yang tengah menutupi tubuh anak perempuannya tersebut.Dara pun menggeliatkan badannya saat merasakan ada gerakan di atas tempat tidur, dan perlahan membuka matanya."Bunda....," ucap Dara, ia beringsut untuk duduk dan bersandar di dashboard ranjang."Masih pusing?" tanya Bunda."Masih, Bun. Mas Randy udah berangkat, Bun?" "Udah, Nak. Kamu mau sarapan apa biar nanti dibuatin sama, Bibik? Dari tadi kamu belum makan apa pun!" kata Bunda seraya memandang wajah Dara yng terlihat nampak pucat."Dara pengen makan soto," sahut Dara."Oke, nanti Bunda suruh Bibik bu
Randy memarkirkan mobilnya di depan rumah, ia baru saja pulang dari kantor, lalu ia pun keluar dan berjalan masuk ke dalam rumah. Kini Randy dan Dara sudah kembali ke rumah mereka sendiri.Randy menaiki anak tangga sambil berlari, ia sudah tidak sabar ingin bertemu istri cantiknya. Sesampainya di lantai dua, dengan pelan ia membuka pintu kamar, kosong! Tetapi kemudian ia mendengar suara seseorang yang sedang muntah dari dalam kamar mandi. Randy pun bergegas menuju kamar mandi dan membuka pintunya, di sana terlihat Dara yang tengah berjongkok di depan wastafel dengan wajah yang nampak terlihat pucat."Sayang, kamu kenapa?" tanya Randy khawatir, ia pun mendekati istrinya tersebut dan langsung merangkul bahunya."Perut aku mual banget rasanya, Mas!" ucap Dara pelan, sambil melap mulutnya dengan punggung tangan. Tubuhnya terasa sangat lemas saat ini."Sekarang masih mual? Kita periksa ke dokter aja, yuk!" ajak Randy, ia sangat khawatir pada
Randy keluar dari kamar mandi dengan hanya menggunakan handuk yang dililitkan di pinggangnya, ia mengambil pakaian ganti yang tadi sudah disiapkan oleh Dara. Selesai menggunakan baju ia pun menghampiri istrinya yang tengah duduk di sofa sambil membaca novel. Randy duduk di samping Dara, "Sayang, tadi katanya mau kasih tau mas sesuatu," ucap Randy.Dara pun mengalihkan pandangannya pada Randy, kemudian menutup novel dan meletakkannya di atas meja. " Sini….!" kata Dara, ia menyuruh suaminya itu untuk duduk lebih dekat lagi."Hmm, kamu mau kasih tau apaan sih, Mas jadi penasaran," kini Randy sudah duduk mepet dengan tubuh Dara.Dara mengeluarkan sesuatu dari saku baju dan memberikannya pada Randy."Ini, … kamu hamil, Sayang?" pekik Randy, setelah ia melihat alat test kehamilan serta foto hasil USG yang di berikan oleh Dara tadi.Dara mengangguk seraya tersenyum ke arah Randy."Alhamdulillah, ya Allah. Terimakasi
Kini usia kandungan Dara sudah menginjak usia empat bulan. Randy membelai dan mengelus perut istrinya tersebut. Dokter kandungan pun mengatakan jika janin yang ada di dalam perut Dara kini sudah semakin kuat dan sehat.Saat usia kandungan Dara belum genap empat bulan, Randy belum berani menyentuh istrinya, karena kandungan Dara lemah, dan ia sendiri pun takut terjadi apa-apa dengan janin yang ada di kandungan Dara.Hingga kini usia kandungan istrinya sudah menginjak usia empat bulan, barulah Randy berani untuk menggauli istrinya tersebut."Mas kangen banget, udah lama kita gak begini," ucap Randy seraya mengecup bibir Dara dengan lembut."Hu'um," lirih Dara.Mereka baru saja selesai bercinta dan melepas rindu, setelah sekian lama menahan hasrat, akhirnya hari ini Randy kembali mendapatkan jatahnya."Mau mandi, apa mau lanjut lagi nih?" goda Randy, yang membuat wajah Dara menjadi bersemu merah."Mandiin," ucap Dara manja."Okay, tapi sekali lagi ya," Randy