Share

Satu Tahun yang Lalu?

14 Oktober 2020

Setelah bel istirahat berbunyi Ana beranjak pergi ke perpustakaan untuk meminjam buku pelajaran yang ia butuhkan. Entah kenapa pikirannya terus terbayang kata ‘I miss you’ yang diucapkan siswa pindahan itu. Ia menjadi pura-pura tidak pernah mendengarnya dan tampak cuek saja, walau tidak peduli Ana juga mendengar gombalan yang diselipkan lelaki itu saat memperkenalkan diri di depan kelas.

Melihat buku paket ‘Doppler’ materi yang baru saja di jelaskan Bu Retno tadi, Ana mengambilnya. Tiba-tiba sebuah tangan juga menjulur mengambil buku yang sama. Saat memutar tubuhnya, siswa pindahan itu memberikan buku yang ingin Ana ambil.

“Seharusnya kamu meminta bantuan kalau kesulitan mengambilnya.”

Ana mengedipkan matanya tiga kali mencerna perkataan itu, namun ia langsung mengambil buku yang diberikan siswa pindahan. "Terima kasih," ucapnya sebelum melangkahkan kakinya mencari buku yang lain.

“Ternyata kamu suka belajar ya?”

Tidak ada satupun ucapan siswa pindahan yang dihiraukan oleh Ana. Namun, masih saja lelaki itu mengikutinya terang-terangan. Sampai Ana yang mendadak menghentikan langkahnya, hampir saja lelaki itu menabrak jika Ana tidak lebih dulu waspada dengan merentangkan tangan sebagai jarak aman mereka.

“Kamu mengikutiku?” Ana menanyakannya langsung dengan wajahnya yang tak mengekspreiskan apapun. Kesan pertama yang Ana dapatkan dari lelaki ini adalah, gila.

“Benar, Aku merindukanmu, lama tidak bertemu,” jawab Shoan dengan senyum manisnya.

“Hah?” Ana berpikir sejenak, tapi rasanya percuma saja. Ia memilih tidak melanjutkan pembicaraan dan membiarkan lelaki itu mengikutinya. “Memangnya kita pernah bertemu sebelumnya?” tanya Ana hanya basa-basi saja, ia pun sudah memastikan jika di perpustakaan tidak ada orang lain.

“Kamu tidak ingat? Kita ketemu di German." Suara lelaki itu menunjukkan keseriusan. "Yang mengajariku bahasa Indonesia itu kamu loh.”

Lagi-lagi langkah Ana berhenti mendadak. Ia pikir apa yang diucapkan siswa pindahan itu hanya omong kosong dan sebuah gombalan saja, tapi kalau mengada-ngada sampai sejauh ini namanya pembohongan.

Ana berbalik badan untuk menatap langsung siswa penidahan itu, “Maaf ya, kayaknya kamu salah orang deh. Bahkan aku tidak bisa bahasa German, bagaimana bisa mengajarimu bahasa Indonesia. Carilah mangsa lain, tidak ada gunanya kamu mengincarku. Buku yang aku cari udah ketemu semua, sampai ketemu di kelas.” Ana pergi meninggalkan Shoan yang tidak lagi mengikutinya. Mungkin siswa pindahan itu sadar jika tidak ada gunanya menggoda Ana.

Seketika tangan Ana dicekal kuat.

Dengan napas terengah-engah lelaki itu menghadap Ana. “Aku tidak mungkin salah orang, namamu Nafla Annida, kan? Kamu lebih suka dipanggil Ana karena, itu nama panggilan dari Ibumu.” Tatapan lelaki itu terlihat sungguh dan teguh, ia sangat yakin dengan ucapannya.

Ana meneguk salivanya susah payah. Jantungnya berdetak kencang mempertanyakan siapa sebenarnya lelaki yang ada di hadapannya saat ini? Yang mengetahui alasan di balik nama panggilannya hanya ia dan Ibunya saja. Ana tidak pernah menceritakannya pada siapapun, termasuk Ayahnya sendiri.

Ana menepis tangan lelaki itu dengan keras. Kakinya melangkah mundur dengan tubuh yang mulai gemetar, ia menatap takut siswa pindahan di hadapannya. “Ka-kamu tahu dari mana?”

Air muka siswa pindahan itu mengeruh, ia tidak mempercayai apa yang didengarnya itu. “Kamu benar-benar tidak ingat? Apa terjadi sesuatu satu tahun ini?” Lelaki itu tidak terima dengan respon yang ditunjukkan Ana. Ia mendekat dan menangkup wajah Ana dengan tatapan sedih. “Ana ... Ini aku Shoan. Satu tahun yang lalu kamu pergi begitu saja dan sekarang kamu pura-pura tidak kenal? Kamu pasti sedang bercanda, kan?”

Ana berusaha melepaskan dirinya, tubuhnya sudah gemetar sakin takutnya. Apa maksudnya satu tahun yang lalu? Di ingatanya hanya ada duka di waktu itu, pemandangan tubuh kaku seseorang yang sangat ia sayangi berbaring dan sudah tidak bernyawa di dalam tanah.

Lelaki ini mengatakan Ana bercanda? Bahkan hatinya masih terasa sangat sakit jika mengingat apa yang ia alami satu tahun yang lalu.

“Kamu gila? Bahkan namamu tidak pernah aku ingat sampai semenit lalu sebelum kamu menyebut namamu sendiri. Hah ... seharusnya aku tidak meladenimu sejak awal, aku sudah menduga kamu hanya laki-laki bermulut manis yang sudah gila. Jangan bilang aku adalah orang yang menjadi alasanmu pindah ke Indonesia?”

Tangan lelaki itu jatuh dengan lemas melihat keseriusan dari Ana. Gadis itu benar-benar tidak mengingatnya. “Benar, kamu adalah alasannya,” lirihnya sambil menunduk, ia sudah tidak sanggup melihat ekspresi asing yang Ana tunjukkan.

Ana mendengar ucapan lirih itu, namun ia tidak berani menanggapinya. Karena ini sebuah kesempatan, Ana bergegas pergi dari perpustakaan.

Di depan perpustakaan dada Ana merasa sesak dan jantungnya terasa nyeri mengingat kejadian satu tahun yang lalu. Tapi ... kenapa Ana merasa Shoan tidak berbohong atas ucapannya? Wajah kecewa lelaki itu sangat jelas, hingga tanpa sadar Ana pun seperti merasakan emosional yang sama. Tidak! Mungkin Ana hanya bersimpati, apa lagi setelah Shoan menyinggung mengenai satu tahun yang lalu.

Namun, Ana masih tidak mengira Shoan mengetahui banyak hal tentangnya, terutama pada hal-hal yang tidak banyak orang lain ketahui, seperti alasan pemanggilan nama ‘Ana’ dan menggunakan waktu yang sangat sensitif untuknya sebagai waktu pertemuan mereka. ‘Apa niat Shoan sebenarnya?’ batin Ana mempertanyakan.

Di saat bersamaan, Shoan terpaku di tempat. Tatapannya terlihat hampa dengan aura yang menggelap. Pikiran yang memutar kenangannya dengan gadis itu tadinya terlihat jernih, kini menjadi kusut. Pertemuannya kembali menjadi sia-sia? Shoan merasa sudah melewatkan terlalu banyak bagian besar dalam hidup gadis itu sampai dirinya dilupakan.

Waktu satu tahun untuk menyusul Ana adalah waktu yang sangat panjang? Tentu saja. Bisa dilihat sekarang, Ana terlihat benar-benar tidak mengenalinya.

Dikeluarkanlah sebuah kalung dengan liontin dua cincin yang berpaut dari saku celananya. “Tapi tidak mungkin Ana melupakan ini, kan?”

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status