Juna menyadari ada yang berbeda dengan Airish. Kalau biasanya wanita itu tak pernah ragu mengecup pipinya—atau bahkan bibirnya—justru hari ini Airish malah terkesan menghindar saat dia dekati.Boro-boro dikasih kecupan, yang ada Airish malah melemparinya dengan kemeja kotor.Selain pelit ciuman, hari ini juga Airish mendadak sangat rajin. Belum selesai Juna mengucek mata, tahu-tahu pakaian kotor sudah dicuci di mesin cuci, tak ada barang-barang berserakan di lantai, semua pakaian kusut di lemari langsung disetrika, bahkan perempuan itu juga sudah menyapu dan mengepel lantai.Ke mana perginya Airish yang hobi sekali rebahan sambil menonton YouTube itu?Ke mana perginya sosok manja Airish?Kenapa hari ini mendadak jadi mandiri?"Honey?" panggil Juna. Dia baru saja mandi dan mengenakan pakaian, tetapi tidak menemukan istrinya di kamar.Setelah dicari-cari, ternyata Airish ada di dapur, sedang menyiapkan masakan untuk makan siang. Senyuman manis lalu terlukis di sudut bibir Juna saat meli
Juna senang saat Airish berubah pikiran dan mau datang ke sebuah perayaan selesainya syuting di rumah Mas Arbi. Tapi ada satu hal yang membuatnya tak habis pikir.Kenapa Airish harus mengajak Lea juga?"Lea adalah sahabat aku, Jun. Itu artinya, dia juga sahabat kamu. Jadi, nggak ada salahnya kalau aku ngajak dia, kan? Lagian selama kamu sibuk, Lea selalu nemenin aku ke mana pun yang aku mau. Dia yang selalu ada buat aku." Itulah yang Airish katakan ketika ditanya alasan kenapa dia mengajak Lea. Dan Juna tidak bisa protes lagi, karena semua yang Airish putuskan selalu bersifat mutlak.Sekarang mereka bertiga sudah berada dalam satu mobil yang sama. Juna dan Airish mengisi jok paling depan, sementara Lea duduk di jok tengah sendirian.Airish mencoba sabar menyaksikan dua manusia biadab yang sama-sama bersikap seolah tak ada hubungan apa-apa di depannya. Membuat dadanya bergemuruh kesal dan rasanya ingin sekali melempar mereka ke Kawasan Angker Segitiga Bermuda."Emangnya nggak pa-pa kal
Mas Arbi memperkenalkan Ray kepada orang-orang di sekitar. Reaksi tersenyum dan mengangguk orang-orang itu mengiringi kalimat yang Ray ucapkan saat dia menyapa dengan sikap ramah. Menyipitkan mata sambil melengkungkan senyum manis di sudut bibir—setidaknya Ray masih mengerti sopan santun.Suasana damai meliputi mereka. Sampai akhirnya, mata cokelat Ray bertemu pandang dengan seorang wanita berkulit putih yang mampu membuatnya mengernyitkan alis hanya dalam hitungan detik.Mata Ray yang tiba-tiba membulat membuat Airish ingin hilang ingatan saja sekarang. Mungkin sama seperti dirinya, Ray juga masih ingat dengan sangat jelas kejadian di hari itu. Ya, tentu saja! Ray tidak mungkin lupa bahwa teman-temannya pernah menantangnya untuk mendapatkan nomor telepon wanita itu—yang dia tidak tahu siapa namanya—sebagai hukuman karena kalah main UNO.Oh, damn! Ray merutuk begitu tahu kalau wanita yang sempat masuk ke dalam daftar, ‘Wanita yang akan Ray Seleksi untuk Dikenal Lebih Dekat’ itu ternya
Sejak mengetahui fakta menyakitkan itu—soal Juna dan Lea yang ternyata diam-diam menjalin suatu hubungan—Airish memang tidak pernah memaki langsung kedua manusia itu di depan wajahnya, melainkan hanya mengikuti sejauh mana mereka mau bermain-main dengannya.Sebuah permainan memang harus diselesaikan sampai akhir, untuk itu Airish akan mengakhiri dengan caranya sendiri.Jika mereka bisa berakting dengan sangat apik seakan tidak mempunyai hubungan apa-apa, maka Airish juga bisa bersikap seolah tak tahu apa-apa. Airish tidak akan membiarkan Lea merebut Juna darinya, tapi Airish juga tidak mungkin mempertahankan pria bejad seperti Juna.Hanya saja ... ada banyak hal yang membuatnya harus berpikir panjang sebelum menggugat cerai Juna.Apa yang Airish pikirkan?Mereka belum punya anak. Bukankah seharusnya berpisah itu mudah bagi pasangan suami-istri yang belum dikaruniai anak seperti mereka?Ya, benar. Tapi ... Airish tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. Di balik pernikahannya dengan Jun
"Nggak, kok. Kenapa?"Juna tidak percaya begitu saja dengan ucapan Airish. "Tapi suara kamu sumbang, kayak orang yang abis nangis."Airish menepis tangan Juna yang hampir saja menyentuh pipinya. "Aku nggak nangis, Jun," elaknya."Tapi kenapa suara kamu sumbang?" Dada Juna mulai berdebar kencang. Takut ada sesuatu yang Airish sembunyikan darinya."Pilek," sangkal Airish. Singkat saja. Dia malas bicara banyak dengan laki-laki di hadapannya sekarang.Juna menyelami manik mata Airish dalam-dalam. Dan yang baru dia sadari pada akhirnya ... mata cantik itu telah kehilangan binarnya. Mata cantik itu menatapnya penuh luka dan kesedihan yang terpendam."Jujur sama aku! Kamu kenapa?" desak Juna seraya mencengkeram dengan erat kedua bahu Airish.Sudah bersusah payah Airish menahan air mata agar tidak lagi menetes, tapi semuanya runtuh hanya karena mendengar pertanyaan Juna dengan nada khawatir yang diiringi tatapan bersalah.Setiap kali melihat mata cantik Airish memancarkan luka, biasanya Juna
Bugh!Lea nyaris terjengkang saat pipi kirinya menerima pukulan keras dari laki-laki bernama Aldo, yang tak lain adalah kakak kandungnya sendiri."Gue nggak mau tau, ya. Besok lo harus dapetin duit seratus juta itu, nggak peduli gimanapun caranya!" tandas Aldo seraya menunjuk Lea diiringi tatapan bengis.Lea mengusap pipinya yang terasa panas dan perih, membalas tatapan Aldo dengan mata berkaca-kaca. "Lo nyuruh gue nyari duit sebanyak itu cuma buat bayar utang lo yang abis kalah main judi? Jangan mimpi!"Aldo semakin garang, emosinya bertambah dua kali lipat setelah mendengar ucapan Lea. "Oh ... jadi lo sekarang udah berani ngelawan gue?!"Hingga akhirnya, Aldo hampir saja melejitkan satu pukulan lagi. Namun, dengan cepat tangannya ditahan oleh Juna yang memilih masuk ke rumah ini setelah mendengar keributan. Kontan Aldo menoleh ke arah seseorang yang menahan lengannya."Kalo mau ribut jangan di sini, tapi di ring tinju aja. Sama gue. Biar imbang lawannya," ucap Juna. Pelan, tapi penu
Di sebuah kafe, Airish tampak duduk seorang diri sambil menikmati makanan dan minuman yang telah dipesannya.Ini adalah salah satu kafe favorit Airish bersama Lea. Terakhir datang ke sini bersama Lea, yaitu setelah pulang membeli kado untuk bayi Mbak Nana.Airish masih ingat betul, bagaimana pada saat itu Lea terlihat sangat kesal setelah dia menanyakan warna apa yang cocok untuk bayinya Mbak Nana. Pink atau biru? Lalu Lea menyarankan A, tetapi Airish lebih suka B. Begitu Lea menyarankan B, Airish mengatakan bahwa bayi Mbak Nana lebih cocok kalau pakai warna A. Sampai-sampai Lea hilang kesabaran dan memarahinya.Dulu semuanya terasa indah, karena keadaan masih baik-baik saja. Belum ada kebusukan apa pun yang tercium oleh Airish. Sementara saat ini semuanya telah berubah.Airish mengembuskan napas, mengingat masa lalu bersama Lea hanya bisa membuat hatinya semakin sakit. Bahkan selera makannya juga mendadak hilang. Untuk itu, sebelum rasa sakit di hatinya mendorong air matanya keluar,
Respons Ray membuat Airish tertawa pelan, meskipun rasanya dia sangat kesal tiap kali mendengar kabar perselingkuhan. "Semua laki-laki itu sama aja—kecuali papaku," imbuhnya."Hey! Bagaimana dengan Bedug Masjid itu—ehm, maaf, maksudku suamimu? Tiap kali melihat dia, entah kenapa rasanya tanganku mendadak gatal ingin memukulnya. Sekilas dia memang kelihatan seperti bedug masjid," ucap Ray seraya tersenyum santai.Airish tidak marah karena Juna dihina oleh Ray. Menurutnya, apa yang Ray katakan memang benar. Jangankan Ray, bahkan dirinya yang merupakan istri Juna saja kadang juga ingin sekali memukul wajah tampan Juna—saking kesalnya."Dia juga termasuk salah satu laki-laki bejad," balas Airish."Apa dia selingkuh?" Ray mulai menebak-nebak. "Atau feeling kamu mengatakan kalau dia selingkuh?"Airish meneguk jus jeruk hingga tandas, lalu meletakkan gelas di atas meja sambil menggenggamnya erat-erat. Bicara soal Juna membuat dirinya mendadak sangat gerah. "Dia selingkuh... sama sahabatku se