Vania meremas jemarinya saat mereka tiba di depan kafe dan melihat sedang ramai pengunjung. Dia bingung harus bersikap seperti apa, dan jika ditanya dia harus menjawab apa. Dia mengikuti langkah kaki Siska masuk ke dalam kafe. Sebelum masuk ke dalam ruangan sang pemilik kafe, Vania menghirup udara lalu membuangnya dari mulut untuk merilekskan perasaannya yang gugup. "Sis aku takut" bisik Vania.
"Tenang saja, teman aku itu orangnya baik dan ramah sama seperti aku" sahut Siska.
"Selamat siang Ferdy ?" Sapa Siska saat membuka pintu.
"Hay...kamu sudah datang ?" Pria yang disebut Ferdy itu, bangkit dari kursi kerajaannya dan melangkah menyambut kedatangan mereka "silahkan duduk" lanjut Ferdy setelah mereka saling berjabat tangan.
"Wts...ada teman baru" goda Ferdy.
"Ini Vania Ferdy, yang aku ceritakan tadi pagi loh sama kamu" jelas Siska. Tadi pagi setelah mendengar perbincangan Vania dan Rati, Siska langsung menghubungi Ferdy untuk menanyakan apa kafenya masih membutuhkan karyawan.
"Ow..dia yang akan berkerja sama dengan aku" sahut Ferdy sambil memandang wajah cantik dan tubuh seksi Vania. Tubuh Vania semakin seksi saat mengenakan gaun fit body berwarna hitam dari Siska.
"Ih... Kamu jangan menatapnya seperti itu dong ! Nanti teman aku jadi takut kerja sama kamu" cibir Siska.
"Maaf. Habis pemandangan indah di depan mata, ya enggak mungkin dilewatkan dong Siska" bantah Ferdy sambil tersenyum licik.
"Jadi gimana nih. Teman aku diterima apa enggak ?" desak Siska.
"Ya di terima dong. Masa cewek bening kaya gini di tolak, jangankan untuk bekerja di Kafe saya, untuk menjadi istri saya juga boleh" goda Ferdy.
"Dasar Playboy kacang rebus" cibir Siska. Sementara Vania hanya diam menjadi pendengar setia antara Siska dan Ferdy.
"Ya sudah, besok kamu sudah mulai bekerja"
Setelah keluar dari kafe, Vania dan Siska tidak langsung pulang ke kost. Mereka masih mencari keperluan Vania untuk masuk kampus besok pagi.
"Huh...capai banget ya" Siska menjatuhkan bokongnya di atas sofa. Saat ini mereka sudah tiba di kost.
"Terima kasih ya Sis. Kamu sudah baik banget sama aku" sahut Vania. Dia merasa tidak enak karena sudah merepotkan Siska.
"Santai saja bro. Sudah sana kamu bereskan keperluan yang akan kamu bawa besok pagi ke kampus"
..................
Hujan deras membuat Vania meras dingin di malam hari, saat ini dia sedang duduk sendiri di teras depan, sedangkan Siska dan anak kost lainnya sedang pergi ke acara ulang tahun teman mereka.
Vania membentangkan telapak tangan di depan matanya untuk menepis cahaya lampu mobil yang baru masuk dari gerbang. Jantungnya berdegup kencang saat melihat mobil yang terparkir di depannya adalah mobil milik Alex *om Alex* ucap dalam batin Vania.
"Hay... kenapa hujan seperti ini duduk di luar ? Nanti kamu bisa masuk angin" ucap Alex yang baru keluar dari mobilnya dan berlari ke arah Vania.
"Hehe... enggak apa-apa om, aku sudah biasa seperti ini di kampung" sahut Vania "om masuk saja ibu Rati ada di dalam" lanjut Vania karena Alex masih berdiri di dekatnya.
"Oh ya. Saya masuk dulu ya?" Pamit Alex sambil tersenyum. Sebenarnya dia datang ke sana bukan untuk bertemu Rati atau anak kost lainnya, dia hanya ingin melihat senyum manis Vania. Tetapi sepertinya angin malam ini berpihak kepadanya sebab hanya Vania dan Rati yang ada di kost.
"Vani..." Panggil Rati yang berdiri di pintu.
"Iya buk" sahut Vania yang langsung berdiri dan melangkah mendekati Rati.
"Bisa bantu ibu buatkan kopi untuk pak Alex"
"Bisa buk, tunggu sebentar biara saya buatkan" Vania melangkah menuju dapur untuk membuat satu gelas kopi hitam untuk Alex. Tidak lama ia keluar dari dapur dan membawa satu gelas kopi di tangannya "silahkan di minum kopinya om" ucap Vania setelah meletakkan kopi di atas meja.
"Terima kasih Vania" sahut Alex. *Oh tuhan.....ini anak kenapa bisa sesempurna ini ya ?* Tanya dalam hati Alex.
"Sama-sama om" Vania duduk di samping Rati.
"Vani kamu temani pak Alex dulu ya ? Ibu mau ke kamar sebentar"
Semenjak Rati pergi meninggalkan Vania dan Alex di ruang tamu, kedua makhluk Tuhan yang paling sempurna itu hanya diam dan tidak saling bicara. Tetapi tiba-tiba Vania teringat kalau lampu kamar mandinya tidak bisa menyala.
"Om, aku bisa minta tolong enggak ?" Akhirnya Vania memberanikan diri untuk membuka mulut terlebih dulu.
"Bisa. Mau minta tolong apa ?" Sahut Alex yang berpura-pura fokus memainkan ponselnya.
"Itu.... Lampu di kamar mandi aku tidak bisa menyala, aku sudah beli lampu yang baru tapi belum di pasang"
"Sini aku bantu pasangkan" Alex mengikuti langkah Vania menuju kamarnya.
Vania memberikan bola lampu yang baru dibeli tadi siang kepada Alex, dia membantu memegang tangga saat Alex naik ke atas untuk memasang lampu. Sebenarnya Alex sangat takut dengan ketinggian, tapi demi terlihat macho di depan Vania, dia berusaha untuk melawan ketakutannya.
"Terima kasih ya om" ucap Vania dengan senyum seribu pesona yang membuat jantung Alex memompa lebih kencang.
"Ini pintunya kenapa tidak bisa di buka ?" Tanya Alex saat mencoba menekan gagang pintu.
"Coba aku om" Vania berusaha membuka pintunya, dia sudah memutar-mutar kuncinya berulang kali tetapi tetap saja tidak bisa terbuka.
"Adu... pintunya kenapa ya?" Vania menjadi panik. Bagaimana tidak panik saat ini dia sedang berduaan dengan pria di dalam kamar. Walaupun mereka tidak melakukan apa-apa tetapi orang yang melihatnya pasti akan berpikir yang tidak-tidak.
"AW..." Jerit Vania dan langsung memeluk erat tubuh Alex saat lampu tiba-tiba mati. Mungkin akibat hujan dan petir membuat pihak PLN memutuskan aliran listrik untuk sementara.
Jantung Alex berdegup tidak menentu, darahnya mengalir kencang seperti sengatan listrik, burung kakak tua yang tadinya sedang tidur dengan nyaman di bawah sana, kini bangun dan berdiri dengan sempurna. Bagaimana tidak ? Alex adalah pria yang sempurna wajar saja jika burung Kakak tuanya bangun saat gunung kembar Vania yang besar menempel sempurna di dada bidangnya.
"Aku takut" rengek Vania yang semakin mengeratkan pelukannya.
*Ya Tuhan besok aku akan memberi anak yatim makan. Terima kasih telah memberikanku rezeki nomplok malam ini* ucap dalam batin Alex.
"Tenang ya. Kamu tidak perlu takut, kan ada aku di sini" Alex mencoba menenangkan Vania. Dia bisa merasakan ketakutan Vania, sebab dia juga sewaktu kecil fobia dengan kegelapan setelah bertahun-tahun konsultasi dengan psikolog baru dia berani.
Sudah 60 menit lampu tidak juga hidup, hujan di luar semakin deras, di tambah lagi ponsel Alex yang tertinggal di atas meja di ruang tamu membuat dia semakin sulit untuk mencari bantuan. Tadinya ia ingin menghubungi Rati untuk meminta bantu agar membuka pintu dari luar. Tetapi malam ini dia benar-benar mendapatkan keberuntungan bisa tidur bersama Vania, si gadis cantik yang sudah 2 hari ini berputar-putar di kepalanya seperti baling-baling pesawat.
"Om. Jangan tinggalkan aku" Vania menggenggam erat tangan Alex
"Iya Vania. Om tidak akan meninggalkan kamu" sahut Alex yang kini sudah membalas pelukan Vania.
Tok...tok.....tok... Suara ketukan di balik pintu membangunkan Vania dan Alex dari tidurnya. Vania menjerit saat pertama kali membuka mata dan langsung bertemu dengan mata biru Alex. Karena hujan yang tidak kunjung berhenti, membuat Vania dan Alex tertidur dia atas ranjang dengan posisi berpelukan seperti Teletubbies.
"Vania...Vania...buka pintunya" suara Siska dari balik pintu.
"Sis pintunya tidak bisa di buka dari tadi, tolong minta bantu kepada teman yang lain untuk membuka pintunya dari luar" sahut Vania dari dalam kamar.
Tidak lama, pintu kamar Vania terbuka setelah teman-temannya berusaha untuk mendobrak pintunya. Mata mereka membulat saat melihat Alex berada di dalam kamar Vania. "Om Alex" ucap Siska.
"Aku bisa jelaskan Sis. Ini tidak seperti yang kalian pikirkan" Vania menceritakan semuanya kepada teman-temannya setelah mereka duduk di atas sofa di ruang tamu.
"Ow...begitu" sahut teman-temannya secara bersama.
"Kalau begitu om pamit pulang dulu ya ? Ini sudah larut malam. Takut anak om kehilangan" Alex pergi setelah berpamitan.
Siska tersenyum licik menatap Vania "Vani, gimana rasanya pelukan sama duren ?" Tanya Siska yang penasaran.
"Sakit" sahut Vania
"Kok sakit ?" Jawab sisika dengan bingung.
"Iya sakit, itu kan duren kulitnya berduri, kalau dipeluk pasti menusuk dada" sahut Vania dengan polosnya, ia berpikir duren itu adalah durian.
Siska menepuk jidatnya sendiri "ya ampun Vani, maksud aku bukan peluk durian, tapi peluk duda keren. Om Alex maksud aku !" Siska menjelaskan arti dari duren yang ia maksud.
"Oh...biasa saja" sahut Vania
"Ya sudah, mari kita tidur" Siska merasa kesal dengan jawaban sahabat barunya itu, benar-benar tidak nyambung. Dari pada naik asam urat, lebih baik tidur
*****Waktu menunjukkan pukul 5 pagi, Vania sudah berada di dapur bersama Rati. Vania memang hobi memasak, dia sama seperti ibu yang membesarkannya. Setelah selesai menyiapkan sarapan, Vania dan teman-temannya sarapan bersama."Vani, hari ini kamu sudah mulai masuk kampus kan ?" Tanya Siska"Iya sis" jawab singkat Vania. Ia sebenarnya tidak suka berbicara saat sedang makan, tetapi ia terpaksa melakukannya untuk menjaga perasaan temannya."Nanti aku antar kamu ke kampus" tawar Siska"Loh, emang kamu enggak masuk kampus hari ini Sis ?" Tanya Vania sambil menghentikan makannya"Hari ini aku masuk siang Vani. Jadi pagi ini aku husus mengantar kamu saja" jawab Siska dengan tersenyum manis."Enggak usah repot-repot Sis, aku bisa naik ojek atau angkutan umum" tolak Vania, ia merasa tidak enak jika harus merepotkan Siska setiap hari. Dengan mendapatkan pekerjaan saja berkat bantuan dari Siska, itu sudah lebih dari cukup bagi Vania."Kam
Matahari mulai menyembunyikan sinarnya di atas permukaan laut dan sebentar lagi akan diganti dengan cahaya bulan. Saat ini Vania sedang duduk sendiri di teras kosnya menunggu waktu untuk ia berangkat bekerja ke kafe. Ia berharap semoga hari pertamanya bekerja tidak seburuk hari pertamanya masuk kuliah. Hukuman dari Tia sang kakak kelasnya membuat Vania jadi sedih. Jika tidak karena adiknya Dita butuh biaya untuk berobat ! Mungkin Vania sudah memilih kembali ke desa saat ini juga. Saat Vania akan masuk ke dalam rumah, tiba-tiba motor Siska masuk dari gerbang, wanita cantik itu memanggil nama Vania dengan lantang."Vani, Vania" panggil Siska, ia buru-buru memarkirkan motornya lalu berlari menghampiri Vania."Vania, apa benar kamu dapat hukuman dari Tia ?" Tanya Siska"Hm..." Sahut Vania dengan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis."Kamu kenapa tidak melawannya ?" Protes Siska."Sudah, enggak apa-apa Sis, kita tidak perlu melawan orang seper
Setelah membersihkan diri di kamar mandi, Vania membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia merasa lelah setelah bekerja selama 6 jam. Dalam hitungan detik, kedua bola mata Vania tertutup rapat. Ia menjemput mimpi indahnya bersama para pangeran tampan.Tok....tok...tok.... Seseorang telah mengetuk pintu kamarnya. Vania dengan malas membuka matanya, lalu menurunkan kakinya dari atas ranjang melangkah menuju pintu.Cek lek suara pintu terbuka."Vania, kamu enggak kuliah ya ?" Ucap Siska dengan suara cemprengnya"Aku masih ngantuk Sis, kamu ngapain tengah malam datang ke kamarku ?" Sahut Vania. Ia berpikir kalau saat ini masih malam."Hellowww.....ini bukan malam lagi nona, tapi sudah jam 7 pagi, bahkan anak-anak kost sudah berangkat ke kampusnya masing-masing" ucap Siska sambil menjentikkan jari di depan wajah Vania.Vania refleks membuka matanya dengan sempurna "ya Tuhan" ucap Vania. Tanpa sadar ia langsung menutup pintu kamarnya dan berla
Sementara di perusahaan Winata Grup. Alex sedang berkumpul dengan geng KUDAJIR yaitu Kumpulan Daddy Tajir."Lex, kamu sampai kapan hidup sendiri seperti ini ?" Tanya Andrian Mahendra, sahabat Alex sejak kecil. Memiliki perusahaan sama sepertinya."Iya, benar itu" timpal Biyan."Aku belum terpikir untuk mencari pengganti Santi" jawab Alex"Belum terpikir atau yang itu enggak hidup lagi" canda Andrian sambil memayungkan bibirnya ke arah bawa pusat Alex"Sembarangan lu ?" Protes Alex"Aku juga berpikir seperti itu. Sedangkan kita yang masih punya istri tetap aja ingin coba yang lain" timpal Biyan"Kalian berdua kan beda denganku" jawab Alex dengan santai."Ya jelas beda lah bro. Punya kami masih hidup dan norma. Kalau punya kamu mah, perlu diragukan" cibir Biyan."Ih....kalian benar-benar" geram Alex"Kalau memang punya kamu masih hidup dan norma ! Coba buktikan" tantang Andrian"Besok-
Dua hari telah berlalu, Vania belum juga mendapatkan uang untuk biaya operasi Dita. Ia sudah mencoba meminjam kepada Ferdy sang bosnya di kafe. Tetapi Ferdy justru meminta imbalan darinya, yaitu menikah sirih dengannya. Tentu saja Vania menolak permintaan Ferdy. Di saat itu juga ia sadar, kenapa Siska melarangnya untuk meminta bantuan kepada Ferdy.Vania mondar-mandir di kamarnya, ia sudah tidak tahu lagi dari mana bisa mendapatkan uang. Ia sudah mencoba untuk melamar sebagai pelayan di rumah orang kaya. Banyak yang menerimanya bekerja, tapi tidak satupun yang mau meminjamkan uang dengan jumlah sebanyak yang ia minta.Jalan satu-satunya, ia harus meminta bantu kepada Regina. Vania keluar dari kamarnya dan melangkah menuju dapur untuk mencari Rati sang ibu kost. "Selamat pagi buk" sapa Vania"Pagi Vania" sahut Rati"Buk, aku boleh pinjam ponselnya sekali lagi" ucap Vania ragu-ragu.Rati menghentikan gerakan tangannya yang memotong kentan
Dua hari telah berlalu, Vania belum memberikan jawaban kepada Regina, sementara dokter yang menangani Dita sudah berkali-kali menghubunginya, menanyakan kapan Dita akan dioperasi. Dokter selalu mendesak Vania karena Dita saat ini sedang kritis. Anak malang itu sudah dua kali kritis dalam satu Minggu ini.Vania meraih ponsel dari atas meja belajarnya, lalu menghubungi Regina. Ia mengatakan kalau dia bersedia menjadi sugar baby. Walaupun Vania belum mengerti apa itu sugar baby, tetapi keputusannya sudah bulan.Setelah sambungan teleponnya terputus, Regina mencoba menghubungi Daddynya.Tu...tu...tu.... "Ayo angkat dong sayang" ucap Regina. Sudah tida kali ia menghubungi Andrian tetapi tidak satupun yang terhubung. Dengan rasa tidak sabar, Regina meraih kunci mobil dari atas meja rias, lalu pergi ke kafe di mana biasanya kumpulan Daddy Tajir itu biara nongkrong.Benar saja, saat tiba di sana, ia sudah melihat mobil Andrian dan Alex ada di parkiran kafe. Sebel
Jantung Vania semakin berdegup kencang saat mereka tiba di parkiran kafe. Ia begitu sulit untuk melangkahkan kakinya, bahkan Regina samapi mendorongnya dengan lembut agar kakinya melangkah masuk ke dalam ruangan khusus yang sudah di booking tadi pagi.Mata Vania menyapu seluruh ruangan yang cukup luas itu, ia penasaran seperti apa wujud calon sugar Daddynya. Tetapi tiba-tiba keningnya mengerut karena di ruangan itu tidak ada siapa-siapa."Re, mana orangnya ?" Tanya Vania kepada Regina."Ih....sudah enggak sabar lagi ya ?" Cibir Regina"Bukan, bukan begitu" bantah Vania"Terus ?""Aku hanya bertanya saja, enggak ada maksud lain" jawab Vania"Oke deh, enggak usah cemberut gitu dong ! Aku hanya bercanda Vania. Aku juga ingin secepatnya bertemu dengan mereka, agar kamu bisa segera menerima uangnya" bujuk Regina. Ia tahu kalau Vania buru-buru ingin bertemu dengan sugar Daddynya karena ingin mendapatkan uang."Emang, uang
Satu bulan telah berlalu, Vania masih tinggal di kost Ikatan Hati. Ia juga jarang bertemu dengan Alex, karena pria tampan itu datang ke kost Ikatan Hati saat ia masih di kampus. Tetapi saat ini Vania sedang bersiap-siap untuk bertemu dengan Alex di sebuah tempat."Vania, kamu mau ke mana ?" Tanya Siska saat Vania keluar dari kamar."Aku ada tugas kampus Sis" jawab Vania dengan berbohong. Tentu saja dia berbohong, karena tidak mungkin ia mengatakannya kepada Siska kalau ia ingin bertemu dengan Alex."Ow, kamu pergi dengan siapa ?" Tanya Siska. Ia berniat ingin mengantar Vania."Aku dijemput Regina Sis" jawab Vania."Oh, baiklah. Jika kamu butuh bantuan hubungi aku ya?" Ucap Siska."Baik sahabatku. Kalau begitu aku pergi dulu. Sepertinya Regina sudah datang" setelah berpamitan kepada Siska dan Rati sang ibu kost, Vania melangkah menghampiri Regina yang sudah menunggu di parkiran.Sepanjang perjalanan menuju tempat di mana Alex menunggun