Share

Bab 4. Ampun..ampun kak

Waktu menunjukkan pukul 5 pagi, Vania sudah berada di dapur bersama Rati. Vania memang hobi memasak, dia sama seperti ibu yang membesarkannya. Setelah selesai menyiapkan sarapan, Vania dan teman-temannya sarapan bersama.

"Vani, hari ini kamu sudah mulai masuk kampus kan ?" Tanya Siska 

"Iya sis" jawab singkat Vania. Ia sebenarnya tidak suka berbicara saat sedang makan, tetapi ia terpaksa melakukannya untuk menjaga perasaan temannya.

"Nanti aku antar kamu ke kampus" tawar Siska

"Loh, emang kamu enggak masuk kampus hari ini Sis ?" Tanya Vania sambil menghentikan makannya

"Hari ini aku masuk siang Vani. Jadi pagi ini aku husus mengantar kamu saja" jawab Siska dengan tersenyum manis. 

"Enggak usah repot-repot Sis, aku bisa naik ojek atau angkutan umum" tolak Vania, ia merasa tidak enak jika harus merepotkan Siska setiap hari. Dengan mendapatkan pekerjaan saja berkat bantuan dari Siska, itu sudah lebih dari cukup bagi Vania.

"Kamu enggak merepotkan kok, aku juga sekalian ada urusan di dekat kampus" dalih Siska. Sebenarnya dia tidak ada urusan, tetapi dia tahu kalau Vania akan tetap menolak bantuannya jika dia tidak membuat alasan.

"Baiklah kalau begi" Vania menerima bantuan Siska. Ia percaya dengan apa yang dikatakan temannya itu.

Butuh waktu 45 menit untuk Vania dan Siska tiba di kampus. Vania terharu dan terpesona melihat luasnya bangunan yang ada di hadapannya saat ini, dia tidak percaya bisa kuliah di kampus yang elit seperti ini. Tetapi berkat kepintarannya membuat dia bisa melanjutkan kuliah, mungkin jika dia tidak mendapat beasiswa ! Vania tidak akan kuliah dan tidak akan menginjakkan kaki di ibu kota Jakarta. Boro-boro untuk kuliah ! Untuk makan saja dia susah.

"Vani, kamu kenapa ?" Tegur Siska 

"Kalau saja ibuku bisa melihat kampus ini ! Pasti ibuku akan bahagia. Di kampungku tidak ada kampus maupun sekolah yang sebesar dan seluas ini Sis" ucap Vania, ia menceritakan sedikit tentang kampungnya.

Tin...tin...tin.... Sebuah mobil sport berwarna merah membunyikan klakson, agar Vania dan motor Siska segera minggir.

"Dia lagi, dia lagi" ucap Siska dengan kesal. Ia menggeser motornya ke pinggir agar mobil itu bisa lewat.

"Ih.... mobilnya bagus sekali" puji Vania, seumur hidup baru kali ini Vania melihat mobil sport secara langsung. Selama ini dia hanya melihat di dalam televisi

"Mobilnya sama dengan om Alex ya Sis ? Cuma beda warnanya saja, kalau om Alex warna hitam kalau yang ini warna merah" lanjut Vania 

"Kalau di kota, memang banyak yang memakai mobil sport. Jauh bedalah dengan di kampung" jawab Siska.

"Eh Vania, nanti kalau kamu bertemu dengan pemilik mobil itu, kamu menghindar saja ya ?" Pesan Siska. Sebab dia tahu, kalau Tia akan mencari dan menghina Vania jika dia melihatnya. Sebab Vania mengenakan pakaian yang bisa dikatakan sudah mati warna dan tidak layak pakai. Siska sebenarnya sudah menawarkan bajunya kepada Vania, tetapi Vania menolaknya, dia lebih memilih mengenakan bajunya sendiri.

"Kenapa begitu ?" Tanya Vania dengan bingung

"Pokoknya kamu menghindar saja. Nanti aku jelaskan setelah pulang kampus. Sekarang kamu masuklah, sebentar lagi sudah masuk kampus, dosen akan marah jika kamu terlambat di hari pertama masuk kampus"

"Baiklah kalau begitu. Terima kasih ya Sis, kamu sudah baik banget untuk mengantar aku ke kampus"

"Iya sama-sama. Cepat sana" Siska mendesak Vania agar masuk ke dalam kampus.

"Eh...Vania" panggil Siska, setelah Vania sudah melangkah cukup jauh 

Vania memutar tubuhnya lalu berlari menghampiri Siska "ada apa Sis, tadi kamu suruh aku cepat-cepat masuk, sekarang kamu panggil lagi" ucap Vania dengan polosnya

"Itu, helmnya buka dulu" jawab Siska 

Vania mengangkat tangan untuk menyentuh kepalanya "oh...iya, aku lupa" ucap Vania setelah menyadari kalau di kepalanya masih ada helm.Vania membuka helm dari kepalanya, lalu memberikannya kepada Siska

"Jangan lupa apa yang aku katakan tadi" ucap Siska saat Vania akan pergi

"Siap temanku yang baik" jawab Vania sambil mengangkat sebelah tangannya dan meletakkannya di atas alis mata seperti sedang menghormat komandan.

Siska menggelengkan kepalanya sambil tersenyum sendiri memandang punggung Vania yang semakin menjauh darinya "Selain dia cantik, pintar, polos ternya dia lucu juga" ucap Siska pada dirinya sendiri. Walaupun baru 5 hari dia mengenal Vania ! Tetapi Siska sudah merasa cocok dengan Vania.

Vania mengangkat kepalanya untuk melihat bangunan bertingkat yang ada di hadapannya, ia sangat kagum, sebab selama hidupnya ! ini pertama kalinya ia melihat sekolah sebesar ini. Hal yang wajar jika Vania merasa kagum, karena selama ini ia tinggal di desa terpencil yang sangat jauh dari kota. Bahkan bisa dikatakan Vania tidak pernah menginjakkan kaki di kota.

Vania sibuk melihat setiap sudut dari kampus itu, hingga dia tidak fokus dengan jalannya.

"Ow..." Jerit seorang wanita 

"Maaf kak, maaf. Aku tidak sengaja" ucap Vania kepada wanita yang ada di hadapannya

"Enak saja kamu meminta maaf, kamu tidak kenal dengan saya ?" Tanya wanita itu dengan angkuh 

"Tidak kak, saya tidak kenal dengan kakak. Oh iya, Perkenalkan nama saya Vania kak" Vania menjulurkan tangannya kepada wanita itu.

Wanita itu menepis tangan Vania dengan kasar "tangan kotormu tidak pantas berjabat dengan tangan orang seperti aku, dari penampilan kamu, aku sudah tahu kalau kamu itu dari kampung" hina wanita itu kepada Vania

"Ia kak, saya memang dari kampung, tapi tangan saya bersih kok" jawab Vania dengan polosnya

Hahahaha ketiga wanita itu tertawa "beritahu kepada wanita kampung ini siapa aku" ucap wanita sombong itu.

"Hei...." Salah satu dari mereka mendorong lengan Vania dengan kasar 

"Dia ini adalah Tia Rania Winata, putri tunggal dari Winata grup. Dia wanita yang paling cerdas dan populer di kampus ini. Tidak ada yang berani menantangnya kecuali kamu anak kampung, kamu bersiaplah untuk mendapatkan hukuman" 

"Ow..."Vania menganggukkan kepalanya, dia memperhatikan Tia dari ujung kaki hingga ujung kepala.

"Hello...." Tia menjentikkan jarinya di depan mata Vania "apa yang kamu pikirkan ?" Lanjut Tia 

"Kakak sangat cantik" ucap Vania dengan jujur. Memang benar, Tia memang memiliki wajah yang cantik, tubuh yang tinggi, body ala gitar spanyol, kulit yang putih, mata yang biru, dan rambut berwarna pirang. Tia bisa dikatakan wanita yang sempurna. Hal yang wajar sebab dia adalah keturunan Belanda.

"Aku tidak butuh pujian dari kamu, sekarang bersihkan sepatuku sebagai hukuman karena sudah berani menabrak aku" Tia duduk di atas kursi besi yang ada di dekat mereka. Sementara kedua teman Tia memaksa Vania agar berlutut di hadapan Tia.

Tanpa rasa manusia, Tia meletakkan kakinya di atas lutut Vania.

"Kenapa aku harus dihukum kak, aku tidak sengaja menabrak kakak dan aku sudah meminta maaf" ucap Vania dengan mata yang berkaca-kaca. Seluruh tubuhnya gemetar karena takut, ia juga merasa malu karena siswa siswi yang ada di kampus itu banyak yang menyaksikannya, ada yang tertawa dan ada yang cemberut.

"Kamu berani menantang saya ?" Sentak Tia "bawa dia ke tempat biasa" perintah Tia kepala kedua temannya.

Kedua wanita itu menyeret Vania hingga ke kamar mandi, Tia menyiram Vania dengan air, hinggap seluruh pakaian Vania basah, bra Vania yang berwarna merah terlihat jelas karena kemeja putih Vania sangat tipis.

"Ampun kak, ampun" teriak Vania 

"Itu akibat jika berani menantang aku" cibir Tia sambil melemparkan selang kepada Vania.

*Ibu, aku ingin pulang, ternyata hidup di kota itu sangat kejam dan menyakitkan* tangis Vania 

"Ibu.....ibu.... Dasar kampungan" cibir Tia dan kedua temannya, setelah itu mereka meninggalkan Vania.

"Jangan ada yang membantunya, jika ada yang berani, kamu tanggung sendiri akibatnya" teriak Tia sebelum ia pergi dan masuk ke dalam ruangannya.

Sementara orang yang ada di sana, tidak ada yang berani menolong Vania, mereka takut kepada Tia.

"Kasihan sekali murid baru itu" ucap seorang wanita kepada temannya.

"Iya, aku tidak tega melihatnya" sahut yang satu

"Aku juga, sebenarnya aku ingin menolongnya, tapi aku takut sama Mak lampir" sahut yang satu lagi. Mereka menamai Tia sebagai Mak lampir, karena Tia kejam dan selalu marah-marah.

"Siapa yang kalian bicarakan ?" Tanya seorang pria yang baru turun dari motor Mogenya. Ia tidak sengaja mendengar perbincangan ketiga wanita yang ada di parkiran itu.

"Ya ampun, pangeran datang" bisik salah satu wanita itu

"Itu kak, ada anak baru, dia dapat hukuman dari Mak lampir" jawab wanita yang satu lagi

"Karena apa dihukum ?" Tanya pria tampan itu.

"Dia tidak sengaja menabrak pundak Mak lampir" jawab yang satu lagi

"Terus di mana sekarang anak baru itu ?" Tanya pria itu.

"Di kamar mandi kak, seluruh tubuhnya basah karena disiram Mak lampir dengan air"

Pria itu membuka helm, ia meletakkannya dengan asal di atas bangku motornya lalu berlari ke arah kamar mandi.

"Minggir, minggir" ucap pria itu kepada orang yang menutup jalannya. Ia berlari masuk ke dalam kamar mandi, lalu membuka jaketnya dan memasangkannya ke tubuh Vania.

"Vania.....?" ucap pria itu saat ia menuntun Vania untuk berdiri

"Kak Rico" jawab Vania dengan senyum terpaksa. Walaupun ia baru satu kali bertemu dengan Rico ! Tetapi ia masih sangat jelas mengenalnya.

Semua orang bersorak gembira karena Rico merangkul Vania keluar dari kamar mandi dan membawanya ke perpustakaan. Hal yang wajar jika mereka bersorak, karena Rico Wijaya adalah mahasiswa terpintar dan terpopuler di kampus karena ketampanannya, dia adalah pria idaman para wanita cantik yang ada di kampus itu salah satunya adalah Tia. Tetapi Rico tidak pernah tertarik kepada Tia, walaupun kecantikan Tia bisa dikatakan sempurna dan banyak diminati para lelaki.

*

*

*

*

Komen (1)
goodnovel comment avatar
siti alawiyah
Tia cantik tp hati busuk
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status