Alex benar-benar gagal fokus saat melihat gunung kembar Vania yang sangat berisi dan menantang. Walaupun Vania masih tertunduk belum menunjukkan wajahnya, tetapi Alex percaya kalau wanita yang berdiri di hadapannya saat ini pasti cantik.
"Kamu siapa namanya?" Tanya Alex. Dia berusaha tetap tenang tapi sebenarnya jantungnya sudah meronta ronta di dalam sana. Ini pertama kalinya selama 5 tahun terakhir ini, dia merasakan debaran jantung seperti anak ABG yang sedang jatuh cinta.
"Saya Vania om" Vania mengenalkan dirinya.
"Oh...Vania. sini duduk di dekat saya saja" sahut salah satu pria yang tinggal di kost itu juga.
"Jangan Vania. Dia itu playboy cap ikan rebus, kamu duduk di dekat aku saja" cibir yang satu lagi.
"Dari pada merek ribut ! Kamu duduk di sini saja" Siska mendudukkan Vania di samping Alex.
Jantung Alex semakin berdegup kencang, seluruh bulu kuduknya berdiri saat kulit mulus tangan Vania bersentuhan dengan kulit tangannya.
"Om...jangan lupa memberikan jatah untuk Vania, diakan sudah menjadi bagian keluarga kost Ikatan Hati" ucap Siska.
"Iya bawel" sahut Alex. Hanya Siska lah satu-satunya wanita yang paling dekat dengan Alex, bahkan jatah Siska lebih banyak dibandingkan temannya yang lain.
Setelah waktu menunjukkan pukul 10 malam, Alex berpamitan untuk pulang. Dia meminta Siska ikut dengannya ke parkiran. Namun yang mengikutinya bukan hanya Siska tetapi Vania juga ikut karena Siska menarik tangannya.
"Apaan sih om ? Mau mengasih aku jatah tambahan ya ?" canda Siska saat mereka sudah berdiri di samping mobil mewah Alex.
"Enak kamu dong. Om mau kasi Vania jatah mingguan sama seperti anak-anak yang lain" sahut Alex dan menyodorkan amplop ke tangan Siska.
"Kenapa sama aku ? Berikan langsung sama Vania saja om"Siska menolak amplop yang disodorkan Alex. Mau tidak mau, Alex terpaksa memberikannya langsung kepada Vania.
"Terima kasih om" akhirnya Vania mengangkat wajah cantiknya untuk melihat wajah tampan Alex. Matanya membulat saat melihat pria tampan yang ada di hadapannya saat ini *oh...Tuhan ternyata Siska tidak berbohong. Om Alex seperti Oppa-Oppa Korea* batin Vania, ini pertama kalinya dia terpesona melihat ketampanan seorang pria, hingga ia tidak bisa tidur karena wajah tampan Alex muncul setiap kali dia menutup mata.
Begitu juga dengan Alex yang saat ini masih di perjalanan menuju rumahnya yang lumayan jauh dari kost Ikatan Hati. Pria tampan itu berulang kali mengusap wajah dengan telapak tangannya untuk menghilangkan bayangan wajah senyum Vania, dia benar-benar terpesona kepada gadis desa itu, apa lagi di saat Vania tersenyum dan menunjukkan lesung pipinya ! sungguh membuat jantung Alex meronta-ronta ingin keluar dari dalam sana.
"Daddy, kenapa senyum-senyum sendiri" suara imut seorang wanita cantik saat Alex masuk dari pintu utama
"Hm...Daddy tidak ada senyum, kamu salah lihat kali" bantah Alex karena malu tertangkap basah oleh putrinya sendiri.
"Daddy berbohong. Jangan bilang kalau Daddy baru bertemu dengan wanita cantik" ancam Tia kepada Alex.
"Enggak sayang. Daddy masih setia sama almarhum Mommy kamu" Alex mengacak ujung rambut Tia dengan lembut lalu menciumnya sebelum melangkah menaiki anak tangga menuju kamarnya.
Di kamar Alex memandang foto yang menempel rapi di dinding kamarnya. Foto siapa lagi kalau bukan foto pernikahannya dengan Santi almarhum istrinya. Dia merasa bersalah kepada Santi karena tadi dia sempat memberikan senyum manis kepada wanita lain. Di saat Santi tiada ! Alex sempat berjanji tidak akan pernah mencintai dan menikah lagi dengan wanita lain.
"Maaf kan aku sayang" ucap Alex sebelum dia memejamkan mata untuk menjemput mimpi indah bersama wanita yang baru dia kenal tadi.
...............Kring....kring...kring...suara alaram ponsel Vania membangunkannya dari tidur panjangnya, Vania langsung masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya lalu mencari sapu ke dapur dan membersihkan seluruh ruang tamu kostnya.Ibu kost yang baru keluar dari kamarnya, kaget saat melihat Vania sedang bersih-bersih di ruang tamu. "Kamu ngapain Vania" sapa Rati sang ibu kost.
"Eh...ibu. ini saya lagi beres-beres buk" sahut Vania.
"Enggak usah Van, itu kan tugas ibu. Istirahat saja di kamarmu biar ibu yang melanjutkannya" Rati meraih sapu dari tangan Vania.
"Enggak apa-apa ibu. Biar aku yang membereskannya. Ibu membereskan yang lain saja" tolak Vania. Di kampung Vania sudah terbiasa bangun subuh dan langsung beres-beres rumah setelah itu baru berangkat ke sekolah.
"Benar tidak apa-apa ?" Tanya Rati untuk memperjelas ucapan Vania.
"Iya ibu" Vania tersenyum manis kepada Rati sang ibu kost. Sudah 10 tahun dia menjadi ibu kost tapi baru Vania orang pertama yang bersedia membantu tugasnya untuk beres-beres di pagi hari.
Setelah selesai membereskan ruang tamu Vania lanjut membantu Rati di dapur untuk menyiapkan sarapan pagi. Vania sangat senang berbicara dengan Rati, sebab ibu kostnya itu memiliki sifat yang mirip dengan ibunya.
Wajah Vania tiba-tiba sedih, dia teringat kepada ibu dan adiknya yang tinggal di desa, ingin rasanya mendengar suara ibunya tapi apalah daya, Vania tidak memiliki ponsel. "Kamu kenapa Vani ?" Tanya Rati yang duduk di kursi samping Vania.
"Aku merindukan ibu dan adikku. Setelah tiba di Jakarta aku belum pernah menghubungi mereka" jawab jujur Vania.
"Kenapa tidak menghubunginya ?"
"Aku tidak punya ponsel buk" jujur Vania. Yang membuat Rati kaget. Masa di jaman now seperti ini masih ada yang tidak memiliki ponsel, bahkan anak SD saja sudah memiliki ponsel Android. Rati bangkit dari kursinya dan melangkah masuk ke dalam kamarnya. Setelah 2 menit dia kembali ke dapur "kamu pakai ponsel aku saja untuk menghubungi ibu dan adik kamu" Rati menyodorkan ponsel yang dia bawa dari kamar kepada Vania.
Vania sama sekali tidak menolak, dia langsung meraih ponsel dari tangan Rati lalu menghubungi ibunya.
"Hallo" suara wanita parubaya dari seberang sana.
"Hallo ibu. Ini aku Vania bagaimana kabar ibu dan Dita ?" sahut Vania. Kedua mata indahnya sudah berkaca-kaca karena merasa sedih mendengar suara ibunya. Dia sebenarnya tidak tega untuk meninggalkan ibu dan adiknya di desa, tetapi jika dia tetap bertahan di sana ! adiknya tidak akan bisa melanjutkan pengobatannya. Tujuan terbesarnya datang ke Jakarta yaitu untuk mencari pekerjaan sambil kuliah.
"Ibu dan adik kamu baik-baik saja sayang. Kamu bagaimana kabarnya"
"Aku baik ibu" Vania mengubah suaranya menjadi ceria agar tidak membuat ibunya sedih. "Oh iya ibu, kalau ada yang perlu, hubungi ke nomor ini saja" lanjut Vania.
"Dari mana kamu dapat uang untuk membeli ponsel ?" Suara cemas terdengar dari seberang sana.
"Ini bukan ponsel saya ibu. Ini ponsel milik ibu kost, beliau meminjamkan ponselnya agar aku bisa menghubungi ibu dan Dita"
"Hm...iya ibu akan menghubungi nomor ini jika ada yang perlu. Ibu tutup teleponnya dulu ya sayang ? Ibu sudah terlambat bekerja. Jaga dirimu baik-baik sayang"
Vania meneteskan air mata setelah memutuskan sambungan telepon dengan ibunya. Sebelum mengembalikan ponsel Rati dia terlebih dulu menyeka air mata dari pipi mulusnya. Dia tidak ingin orang lain melihat kesedihan pada dirinya.
Setelah selesai sarapan bersama teman-temannya, Vania masuk ke kamarnya dan disusul Siska. "Vani" panggil Siska saat Vania akan menutup pintu.
"Hm..iya Sis" sahut Vania dan kembali membuka pintu kamarnya lebar-lebar.
"Vani, maaf ya ? Aku tadi tidak sengaja mendengar perbincangan kamu dengan ibu kost sewaktu di dapur. Kalau kamu memang butuh pekerjaan aku bisa membantu kamu untuk mencari pekerjaan" tadi sewaktu di dapur Vania sempat menceritakan kepada Rati kalau dia butuh pekerjaan untuk membantu biaya pengobatan adiknya yang sedang bocor jantung, saat itu Siska ingin mengambil air minum tetapi dia mengurungkan niatnya dan fokus mendengar perbincangan Vania dan Rati.
"Serius..... kamu mau bantu aku untuk mencari pekerjaan ?" Tegas Vania dengan semangat. Hatinya yang tadi sedih dalam sekejap berubah menjadi semangat karena mendengar ucapan Siska
"Iya....aku punya teman yang memiliki kafe, dua hari yang lalu dia sempat bercerita kepadaku kalau kafenya lagi butuh waiters. Soalnya kafenya saat ini lagi ramai pengunjung. Kalau kamu mau siang ini kita temui dia"
"Aku mau...aku mau..." Sahut Vania dengan cepat.
"Ya sudah. Aku ke kamarku dulu untuk mandi, kamu juga siap-siap. Habis itu kita langsung cap cus"
Vania langsung bersiap-siap, dia mengenakan pakaian yang menurutnya paling bagus dan rapi, dia mengikat rambut panjangnya ke atas seperti kuncir kuda. "Ayo Sis. aku sudah siap" Vania menghampiri teman barunya itu ke kamarnya.
Mata Siska memperhatikan penampilan Vania dari ujung rambut hingga ujung kaki, pakaian yang di kenakan Vania sungguh amburadul kemeja lengan panjang berwarna biru tua dengan bunga-bunga warna warni dan celana jeans hitam yang sudah mati warna.
Siska mencengkeram pergelangan tangan Vania dan menariknya masuk ke dalam kamarnya. "Vani maaf ya ? Sepertinya pakaian kamu ini tidak cocok untuk melamar pekerjaan. Kalau kamu tidak keberatan, aku memilih pakaian yang pantas untuk melamar kerja"
Vania menggaruk tengkuknya yang tidak gatal "aku tidak memiliki baju yang lebih bagus dari ini lagi Sis" sahut Vania dan menundukkan kepalanya.
"Tenang saja kamu tidak perlu bersedih, aku memiliki banyak pakaian yang cocok untuk kamu" Siska mengeluarkan beberapa pakaian dari dalam lemari dan memilihkannya kepada Vania.
"Apa ini cocok ?" Tanya Vania saat ia keluar dari kamar mandi dengan mengenakan pakaian yang diberikan Siska.
"Hm...pas banget. Kamu terlihat cantik. Sumpah" goda Siska.
"Kita berangkat sekarang. Let's go" lanjut Siska sambil menggandeng tangan Vania. Siska terkenal ramah, baik dan mudah bergaul, bukan hanya di kost saja tetapi di kampus juga dia salah satu wanita favorit para pria tampan dan tajir.
*****Vania meremas jemarinya saat mereka tiba di depan kafe dan melihat sedang ramai pengunjung. Dia bingung harus bersikap seperti apa, dan jika ditanya dia harus menjawab apa. Dia mengikuti langkah kaki Siska masuk ke dalam kafe. Sebelum masuk ke dalam ruangan sang pemilik kafe, Vania menghirup udara lalu membuangnya dari mulut untuk merilekskan perasaannya yang gugup. "Sis aku takut" bisik Vania."Tenang saja, teman aku itu orangnya baik dan ramah sama seperti aku" sahut Siska."Selamat siang Ferdy ?" Sapa Siska saat membuka pintu."Hay...kamu sudah datang ?" Pria yang disebut Ferdy itu, bangkit dari kursi kerajaannya dan melangkah menyambut kedatangan mereka "silahkan duduk" lanjut Ferdy setelah mereka saling berjabat tangan."Wts...ada teman baru" goda Ferdy."Ini Vania Ferdy, yang aku ceritakan tadi pagi loh sama kamu" jelas Siska. Tadi pagi setelah mendengar perbincangan Vania dan Rati, Siska langsung menghubungi Ferdy untuk menanyakan apa kafeny
Waktu menunjukkan pukul 5 pagi, Vania sudah berada di dapur bersama Rati. Vania memang hobi memasak, dia sama seperti ibu yang membesarkannya. Setelah selesai menyiapkan sarapan, Vania dan teman-temannya sarapan bersama."Vani, hari ini kamu sudah mulai masuk kampus kan ?" Tanya Siska"Iya sis" jawab singkat Vania. Ia sebenarnya tidak suka berbicara saat sedang makan, tetapi ia terpaksa melakukannya untuk menjaga perasaan temannya."Nanti aku antar kamu ke kampus" tawar Siska"Loh, emang kamu enggak masuk kampus hari ini Sis ?" Tanya Vania sambil menghentikan makannya"Hari ini aku masuk siang Vani. Jadi pagi ini aku husus mengantar kamu saja" jawab Siska dengan tersenyum manis."Enggak usah repot-repot Sis, aku bisa naik ojek atau angkutan umum" tolak Vania, ia merasa tidak enak jika harus merepotkan Siska setiap hari. Dengan mendapatkan pekerjaan saja berkat bantuan dari Siska, itu sudah lebih dari cukup bagi Vania."Kam
Matahari mulai menyembunyikan sinarnya di atas permukaan laut dan sebentar lagi akan diganti dengan cahaya bulan. Saat ini Vania sedang duduk sendiri di teras kosnya menunggu waktu untuk ia berangkat bekerja ke kafe. Ia berharap semoga hari pertamanya bekerja tidak seburuk hari pertamanya masuk kuliah. Hukuman dari Tia sang kakak kelasnya membuat Vania jadi sedih. Jika tidak karena adiknya Dita butuh biaya untuk berobat ! Mungkin Vania sudah memilih kembali ke desa saat ini juga. Saat Vania akan masuk ke dalam rumah, tiba-tiba motor Siska masuk dari gerbang, wanita cantik itu memanggil nama Vania dengan lantang."Vani, Vania" panggil Siska, ia buru-buru memarkirkan motornya lalu berlari menghampiri Vania."Vania, apa benar kamu dapat hukuman dari Tia ?" Tanya Siska"Hm..." Sahut Vania dengan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis."Kamu kenapa tidak melawannya ?" Protes Siska."Sudah, enggak apa-apa Sis, kita tidak perlu melawan orang seper
Setelah membersihkan diri di kamar mandi, Vania membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia merasa lelah setelah bekerja selama 6 jam. Dalam hitungan detik, kedua bola mata Vania tertutup rapat. Ia menjemput mimpi indahnya bersama para pangeran tampan.Tok....tok...tok.... Seseorang telah mengetuk pintu kamarnya. Vania dengan malas membuka matanya, lalu menurunkan kakinya dari atas ranjang melangkah menuju pintu.Cek lek suara pintu terbuka."Vania, kamu enggak kuliah ya ?" Ucap Siska dengan suara cemprengnya"Aku masih ngantuk Sis, kamu ngapain tengah malam datang ke kamarku ?" Sahut Vania. Ia berpikir kalau saat ini masih malam."Hellowww.....ini bukan malam lagi nona, tapi sudah jam 7 pagi, bahkan anak-anak kost sudah berangkat ke kampusnya masing-masing" ucap Siska sambil menjentikkan jari di depan wajah Vania.Vania refleks membuka matanya dengan sempurna "ya Tuhan" ucap Vania. Tanpa sadar ia langsung menutup pintu kamarnya dan berla
Sementara di perusahaan Winata Grup. Alex sedang berkumpul dengan geng KUDAJIR yaitu Kumpulan Daddy Tajir."Lex, kamu sampai kapan hidup sendiri seperti ini ?" Tanya Andrian Mahendra, sahabat Alex sejak kecil. Memiliki perusahaan sama sepertinya."Iya, benar itu" timpal Biyan."Aku belum terpikir untuk mencari pengganti Santi" jawab Alex"Belum terpikir atau yang itu enggak hidup lagi" canda Andrian sambil memayungkan bibirnya ke arah bawa pusat Alex"Sembarangan lu ?" Protes Alex"Aku juga berpikir seperti itu. Sedangkan kita yang masih punya istri tetap aja ingin coba yang lain" timpal Biyan"Kalian berdua kan beda denganku" jawab Alex dengan santai."Ya jelas beda lah bro. Punya kami masih hidup dan norma. Kalau punya kamu mah, perlu diragukan" cibir Biyan."Ih....kalian benar-benar" geram Alex"Kalau memang punya kamu masih hidup dan norma ! Coba buktikan" tantang Andrian"Besok-
Dua hari telah berlalu, Vania belum juga mendapatkan uang untuk biaya operasi Dita. Ia sudah mencoba meminjam kepada Ferdy sang bosnya di kafe. Tetapi Ferdy justru meminta imbalan darinya, yaitu menikah sirih dengannya. Tentu saja Vania menolak permintaan Ferdy. Di saat itu juga ia sadar, kenapa Siska melarangnya untuk meminta bantuan kepada Ferdy.Vania mondar-mandir di kamarnya, ia sudah tidak tahu lagi dari mana bisa mendapatkan uang. Ia sudah mencoba untuk melamar sebagai pelayan di rumah orang kaya. Banyak yang menerimanya bekerja, tapi tidak satupun yang mau meminjamkan uang dengan jumlah sebanyak yang ia minta.Jalan satu-satunya, ia harus meminta bantu kepada Regina. Vania keluar dari kamarnya dan melangkah menuju dapur untuk mencari Rati sang ibu kost. "Selamat pagi buk" sapa Vania"Pagi Vania" sahut Rati"Buk, aku boleh pinjam ponselnya sekali lagi" ucap Vania ragu-ragu.Rati menghentikan gerakan tangannya yang memotong kentan
Dua hari telah berlalu, Vania belum memberikan jawaban kepada Regina, sementara dokter yang menangani Dita sudah berkali-kali menghubunginya, menanyakan kapan Dita akan dioperasi. Dokter selalu mendesak Vania karena Dita saat ini sedang kritis. Anak malang itu sudah dua kali kritis dalam satu Minggu ini.Vania meraih ponsel dari atas meja belajarnya, lalu menghubungi Regina. Ia mengatakan kalau dia bersedia menjadi sugar baby. Walaupun Vania belum mengerti apa itu sugar baby, tetapi keputusannya sudah bulan.Setelah sambungan teleponnya terputus, Regina mencoba menghubungi Daddynya.Tu...tu...tu.... "Ayo angkat dong sayang" ucap Regina. Sudah tida kali ia menghubungi Andrian tetapi tidak satupun yang terhubung. Dengan rasa tidak sabar, Regina meraih kunci mobil dari atas meja rias, lalu pergi ke kafe di mana biasanya kumpulan Daddy Tajir itu biara nongkrong.Benar saja, saat tiba di sana, ia sudah melihat mobil Andrian dan Alex ada di parkiran kafe. Sebel
Jantung Vania semakin berdegup kencang saat mereka tiba di parkiran kafe. Ia begitu sulit untuk melangkahkan kakinya, bahkan Regina samapi mendorongnya dengan lembut agar kakinya melangkah masuk ke dalam ruangan khusus yang sudah di booking tadi pagi.Mata Vania menyapu seluruh ruangan yang cukup luas itu, ia penasaran seperti apa wujud calon sugar Daddynya. Tetapi tiba-tiba keningnya mengerut karena di ruangan itu tidak ada siapa-siapa."Re, mana orangnya ?" Tanya Vania kepada Regina."Ih....sudah enggak sabar lagi ya ?" Cibir Regina"Bukan, bukan begitu" bantah Vania"Terus ?""Aku hanya bertanya saja, enggak ada maksud lain" jawab Vania"Oke deh, enggak usah cemberut gitu dong ! Aku hanya bercanda Vania. Aku juga ingin secepatnya bertemu dengan mereka, agar kamu bisa segera menerima uangnya" bujuk Regina. Ia tahu kalau Vania buru-buru ingin bertemu dengan sugar Daddynya karena ingin mendapatkan uang."Emang, uang