Share

Bab 5. Tapi aku enggak suka duduk pak

Matahari mulai menyembunyikan sinarnya di atas permukaan laut dan sebentar lagi akan diganti dengan cahaya bulan. Saat ini Vania sedang duduk sendiri di teras kosnya menunggu waktu untuk ia berangkat bekerja ke kafe. Ia berharap semoga hari pertamanya bekerja tidak seburuk hari pertamanya masuk kuliah. Hukuman dari Tia sang kakak kelasnya membuat Vania jadi sedih. Jika tidak karena adiknya Dita butuh biaya untuk berobat ! Mungkin Vania sudah memilih kembali ke desa saat ini juga. Saat Vania akan masuk ke dalam rumah, tiba-tiba motor Siska masuk dari gerbang, wanita cantik itu memanggil nama Vania dengan lantang.

"Vani, Vania" panggil Siska, ia buru-buru memarkirkan motornya lalu berlari menghampiri Vania.

"Vania, apa benar kamu dapat hukuman dari Tia ?" Tanya Siska

"Hm..." Sahut Vania dengan menganggukkan kepalanya sambil tersenyum manis.

"Kamu kenapa tidak melawannya ?" Protes Siska.

"Sudah, enggak apa-apa Sis, kita tidak perlu melawan orang seperti itu. Biarkan dia melakukan sesuka hatinya. Suatu saat dia pasti akan sadar sendiri" sahut Vania. Dia memang wanita yang polos dan lugu, seumur hidupnya dia belum pernah bertengkar dengan orang lain. Vania wanita yang selalu mengalah.

"Oh, tidak bisa. Sampai kapan dia menindas kamu seperti itu. Mentang-mentang dia anak orang kaya, jadi sesuka hatinya melakukan apapun kepada kita !" Siska geram dengan tingkah laku Tia yang selalu sesuka hatinya kepada mahasiswa lain.

"Sudahlah, jangan dipermasalahkan. Sekarang aku berangkat kerja dulu ya. Ini sudah pukul enam" ucap Vania dengan lembut.

"Aku antar kamu ya ?" Tawar Siska.

"Enggak usah Sis, aku naik ojek saja" tolok Vania. 

"Atau kamu bawa motorku saja, malam ini aku enggak bawa motor, soalnya dijemput sama teman" 

"Hehehe" Vania terkekeh sambil menggaruk lehernya yang tidak gatal "aku enggak bisa bawa motor" ucapnya

"Ya ampun Vania" keluh Siska "ya sudah, kamu hati-hati ya ? Nanti kalau sudah pulang kerja, hubungi aku ! Biar aku jemput kamu" lanjutnya

Hehehe Vania kembali terkekeh "aku kan enggak punya ponsel Sis" ucapnya

Siska menepuk keningnya sendiri "oh ya Tuhan, aku lupa. Ya sudah nanti aku hubungi Ferdy"

"Baiklah, aku pergi dulu ya" Vania melambaikan tangannya kepada Siska. Ia melangkah menuju tempat pangkalan ojek yang tidak jauh dari kostnya. Saat tiba di pangkalan, ia melihat tidak ada satupun ojek di sana.

"Ya ampun, kenapa ojeknya enggak ada" ucap Vania kepada dirinya sendiri "mana hari sudah mulai gerimis lagi" lanjutnya.

Sudah 10 menit ia duduk di sana, tetapi tidak satupun ojek yang datang, ia ingin menghubungi Siska, tetapi ia tidak memiliki ponsel, ingin kembali ke kost ! Tetapi hujan sudah mulai lebat. Tentu saja dia akan basah. Yang dapat ia lakukan hanya berdiam diri menunggu hujan redah dan datangnya ojek.

Tidak lama, tiba-tiba sebuah mobil mewah berwarna putih berhenti tepat di hadapannya. Seorang pria keluar dari pintu pengemudi sambil menggenggam payung di tangannya.

"Hay Vania" sapa pria itu 

"Om Alex" panggil Vania "om mau ke mana ?" Lanjut Vania 

"Om baru pulang dari kantor, tadi enggak sengaja lihat Vania. Makanya om singgah" jawab Alex 

"Oh..." Sahut singkat Vania.

"Kamu kenapa di sini ?" Tanya Alex 

"Saya lagi menunggu ojek om" 

"Kamu mau ke mana ?"

"Mau kerja om" jawab Vania dengan senyum.

*Oh ya Tuhan, kenapa setiap melihat senyum anak ini rasanya jantungku ingin melompat ya ?" Bisik dalam batin Alex 

"Om antar saja ya ? Soalnya kalau hujan lebat seperti ini, biasanya gak ada ojek" ucap Alex 

"Tapi tempat kerjaku jauh loh om" keluh Vania. Dia memang tipe wanita yang tidak suka menyusahkan orang lain.

"Enggak apa-apa, sekalian om mau cari tempat makan" dalih Alex. Sebenarnya ia tidak ingin mencari tempat makan, sebab ia sudah makan saat bertemu dengan kliennya.

"Oh iya, kebetulan sekali tempat kerjaku adalah kafe, mana tahu om suka dengan menu makanan di sana" sahut Vania dengan polosnya.

"Mari" ajak Alex. Duda tampan satu anak itu membuka pintu mobilnya dan mempersilahkan Vania masuk ke dalam. Sepanjang perjalanan mereka hanya diam. Alex fokus menyetir mobilnya sedangkan Vania hanya menundukkan kepalanya sambil meremas-remas jari rampingnya.

Alex tiba-tiba menelan salivanya dengan kasar saat melihat paha mulus Vania. Rok span berwarna hitam yang dikenakan Vania naik hingga menunjukkan setengah dari paha mulusnya. *Cobaan apa lagi ini ?* Ucap batin Alex 

"Oh iya, apa om sudah tahu di mana tempatnya ?" Ucap Vania untuk memecah keheningan di antara mereka.

Alex menggaruk kepalanya yang tidak gatal "om belum tahu" sahut Alex. Ia benar-benar lupa menanyakan di mana tempat kerja Vania. Bahkan jalan yang mereka lalu saat ini adalah arah ke rumahnya. Karena senyum manis Vania membuat ia lupa segalanya.

"Tempat kerjaku di kafe Mutiara om" jawab Vania 

Alex membulatkan matanya "itu kan kafenya Ferdy"  ucap Alex tanpa sadar.

"Nah, benar om. Yang punya kafe itu namanya Ferdy. Om hebat, bisa tahu nama bos aku" puji Vania dengan polosnya

"Hehehe, soalnya aku pernah makan di sana" sahut Alex. Ia bukan hanya pernah makan di sana, tetapi ia selalu makan di sana saat bertemu dengan klien dan pemilik kafe itu adalah keponakannya sendiri. Tapi Alex segan untuk mengatakan kalau Ferdy itu adalah keponakannya.

"Oh....besok sering-sering makan ke sana ya om" ajak Vania 

"Iya" sahut singkat Alex.

Setelah tiba di dekat kafe, Vania meminta Alex untuk menghentikan mobilnya. Ia meminta turun di sana saja, sebab tidak enak jika dilihat karyawan lain kalau ia di antar dan turun dari mobil mewah. Bagi Vania itu hal yang memalukan.

Setelah mengucapkan terima kasih, Vania langsung berlari dengan terburu-buru, sebab waktu sudah menunjukkan pukul 6 lewat 55 menit, yang artinya 5 menit lagi waktunya untuk ia masuk kerja. Sementara Alex masih tetap di tempatnya. Ia memandang Vania dari kaca mobilnya hingga wanita cantik itu masuk ke dalam kafe. "Dia sangat menggemaskan" ucap Alex kepada dirinya sendiri sambil menginjak gas mobilnya dan pergi meninggalkan tempat itu.

"Selamat malam pak" sapa Vania kepada Ferdy saat masuk ke dalam kafe.

"Malam nol" jawab Ferdy dengan tersenyum genit sambil mengedipkan sebelah matanya.

Vania tiba-tiba menghentikan langkahnya, lalu memutar tubuhnya menghadap Ferdy yang berdiri di dekat kasir "nama saya Vania pak, bukan nol" protes Vania.

"Oh...iya...iya..." Sahut Ferdy dengan menyeringai licik. Ia tertawa sambil melihat Vania masuk ke ruang karyawan.

"Nanti kalau Vania sudah keluar, minta dia untuk datang keruanganku" ucap Ferdy kepada kasirnya.

"Baik pak" sahut kasih itu dengan hormat. Tidak lama Ferdy masuk ke ruangannya ! Vania langsung menjulurkan kepalanya dari ruang karyawan. Ia sudah merapikan pakaian dan rambutnya serta riasan wajahnya.

"Vania...." Panggil sang kasir

"Iya mbak" Vania melangkah mendekati wanita yang memanggil namanya

"Tadi pak bos berpesan, kamu diminta  ke ruangannya" 

"Baik mbak, saya permisi dulu. Terima kasih" ucap Vania dengan hormat. Ia langsung bergegas melangkah menuju ruangan manajer.

Tok...tok...tok... Vania mengetuk pintu

"Iya, masuk" suara dari dalam 

"Permisi pak. Apa bapak memanggil saya ?" Tanya Vania setelah ia membuka pintu ruangan Ferdy.

"Iya nol" jawab Ferdy 

"Vania pak, bukan nol" Vania kembali meralat panggilan Ferdy.

"Oh iya, Vania. Maaf aku lupa" sahut Ferdy *habis tubuh kamu bahenol sih, jadi aku lupa terus dengan nama kamu* lanjut Ferdy dalam hatinya.

"Begini Vania, kamu kan baru pertama kali bekerja di sini. Jadi aku harus memberitahu bagaimana cara kerja di kafe ini. Yang pertama aku harus tahu dulu apa keahlian kamu agar aku bisa menempatkan kamu di bagian mana, contohnya sebagai kasir, koki, waiters, supervisor, sekretaris atau bendahara"

"Sebagai koki saja pak. Soalnya aku suka masak" sahut Vania dengan semangat empat lima

Ferdy memandang Vania sambil tersenyum *anak ini benar-benar menggemaskan, ingin rasanya aku mengigitnya* ucap dalam hati Ferdy.

"Sebagai koki itu tidak lah muda Vania. Kamu setiap harinya harus berteman dengan cabai, bawang dan yang lainnya" jelas Ferdy. Jiwanya tidak rela jika wanita secantik Vania harus di dapur terus.

"Bukan berteman pak, tetapi harus menyentuh cabai, bawah, dan yang lainnya. Kalau berteman itu ya sesama manusia atuh pak" protes Vania. Ia benar-benar polos.

"Iya, itu maksud saya" timpal Ferdy

"Enggak apa-apa pak. Aku sudah biasa di kampung"

"Oh ya ? Tapi untuk saat ini aku tempatkan kamu di bagian kasir saja ya ?" Ucap Ferdy

"Kasir itu kerjanya, hanya duduk dan menerima uang kan pak ?" Tanya Vania 

"Iya, benar sekali"

"Tapi aku enggak suka duduk pak. Nanti aku bisa bosan dan ngantuk. Duduk 30 menit saja sudah buat mataku ngantuk, apa lagi duduk berjam-jam pak" protes Vania.

Ferdy mengacak rambutnya sendiri "terus kamu mau di bagian mana ?" Tanya Ferdy

"Terserah bapak saja, yang penting kerjanya tidak duduk"

"Baiklah, kalau begitu kamu sebagai waiters saja. Kamu tahu kan apa tugas waiters ?"

Vania menggelengkan kepalanya sambil tersenyum seribu pesona yang membuat Ferdy salah tingkah, apa lagi saat melihat kedua lesung pipinya.

"Waiters itu, kerjanya khusus untuk mengantar makanan dan minuman kepada customer" Ferdy menjelaskan bagaimana tugas waiters.

"Oh, begitu..... Baik pak, saya sudah mengerti, kalau begitu saya pamit dulu pak" Vania keluar dari ruangan Ferdy. Ia langsung menuju kasir untuk meminta buku menu. Ia melakukan sesuai apa yang dikatakan Ferdy kepadanya. Saat pengunjung datang, Vania langsung menghampirinya dan memberikan buku menu.

*

*

*

*

*

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status