Share

Bab 6. Hallo, ini bukan malam lagi nona

Setelah membersihkan diri di kamar mandi, Vania membaringkan tubuhnya di atas tempat tidur. Ia merasa lelah setelah bekerja selama 6 jam. Dalam hitungan detik, kedua bola mata Vania tertutup rapat. Ia menjemput mimpi indahnya bersama para pangeran tampan.

Tok....tok...tok.... Seseorang telah mengetuk pintu kamarnya. Vania dengan malas membuka matanya, lalu menurunkan kakinya dari atas ranjang melangkah menuju pintu.

Cek lek suara pintu terbuka.

"Vania, kamu enggak kuliah ya ?" Ucap Siska dengan suara cemprengnya

"Aku masih ngantuk Sis, kamu ngapain tengah malam datang ke kamarku ?" Sahut Vania. Ia berpikir kalau saat ini masih malam.

"Hellowww.....ini bukan malam lagi nona, tapi sudah jam 7 pagi, bahkan anak-anak kost sudah berangkat ke kampusnya masing-masing" ucap Siska sambil menjentikkan jari di depan wajah Vania.

Vania refleks membuka matanya dengan sempurna "ya Tuhan" ucap Vania. Tanpa sadar ia langsung menutup pintu kamarnya dan berlari masuk ke dalam kamar mandi.

"Vania, Vania" geram Siska. Ia terkejut karena Vania tiba-tiba menutup pintunya tanpa aba-aba.

.............

Vania langsung berlari masuk ke dalam kampus  tanpa mengucapkan terima kasih kepada Siska. Tetapi Siska tidak kesal, sebab ia tahu kalau Vania sudah terlambat.

Vania menghembuskan napasnya dengan kasar, hatinya sedikit lega karena dosen belum ada di ruangan. "Untung saja dosennya belum masuk" ucap Vania kepada dirinya sendiri sambil mengelus dada.

"Hay, kamu anak baru ya ?" Suara imut dari arah punggung Vania. Ia memutar tubuhnya untuk melihat orang yang baru saja menyapanya.

"Iya kak, saya baru masuk" sahut Vania dengan ramah

"Jangan panggil aku kakak. Mungkin kita satu umur" protes wanita cantik itu "oh ya, kenalin, namaku Regina Putri"

Vania menjabat tangan Regina "namaku Vania Wahyuningsih, tapi biasa dipanggil Vania"

"Ow, namaku cantik, sama dengan wajah kamu" puji Regina.

"Terus aku manggil kamu siapa ?" Tanya Vania. Ia tidak mau sembarang memanggil nama orang.

"Panggil saja Regina. Nanti kita sama ke kantin ya" ajak Regina

"Tapi...."

"Enggak apa-apa, jangan takut. Aku sudah dengar dari teman-teman kalau kamu dapat hukuman dari Tia saat pertama kali masuk kampus. Hal itu tidak akan terulang lagi jika kamu bersamaku" Regina berusaha menenangkan Vania. Memang benar, Tia tidak pernah mengganggu Regina, sebab Regina teman dekat Rico, pria incaran wanita kampus.

"Oky kalau begitu"

...............

Sementara Alex sedang berada di kafe Permata, ia sengaja membuat janji dengan klien di sana. Matanya mencari wajah wanita yang sudah membuat jantungnya dak dik duk selama beberapa hari ini. Tetapi sudah hampir 60 menit mereka di sana, ia belum juga melihat wajah cantik Vania. "Apa dia tidak masuk kerja" ucap Alex yang membuat klien yang duduk di hadapannya mengerutkan keningnya karena bingung

"Maksud bapak ?" Tanya pria itu 

"Ha....oh tidak, itu sekretaris saya tidak masuk kerja hari ini" dalih Alex

"Oh, karena kerja sama kita sudah dil, jadi saya pamit duluan pak Alex" 

"Oh iya pak, silahkan" setelah kliennya pergi, Alex sengaja meminta menu lagi, berharap kalau Vania yang akan datang melayaninya. Tetapi lagi-lagi harapnya musnah, karena yang datang waiters lain.

"Hm...saya pesan minuman ini saja" 

"Baik pak" jawab waiters itu dengan sopan

"Eh...mbak"

"Iya pak" waiters itu menghentikan langkahnya dan memutar tubuhnya untuk melihat Alex 

"Kafe ini masih butuh karyawan ?" Tanya Alex.

"Sepertinya tidak lagi pak, soalnya dua hari ini sudah ada 5 karyawan baru" jawabnya

"Oh...Oky" Alex hanya berpura-pura bertanya lowongan kerja, ia hanya ingin memastikan kalau Vania kerja di kafe ini.

"Minumnya ambil untuk kamu saja, biar aku yang bayar" lanjut Alex kepada waiters itu. Ia bangkit dari kursinya melangkah menuju kasir untuk membayar tagihannya. Setelah itu baru ia pergi meninggalkan kafe dan kembali ke kantor.

...................

Satu Minggu telah berlalu. Di mana hari ini Vania tidak masuk kampus dan tidak bekerja sebab hari ini adalah hari Sabtu. Tetapi siang ini Regina mengajaknya untuk nongkrong di kafe. Vania sudah bersiap-siap, ia mengenakan celana jeans warna hitam dan baju kaus lengan pendek warna pink. Saat ia akan pergi, tiba-tiba Rati sang ibu kost memanggilnya.

"Vani, Vania" panggil Rati yang baru muncul dari dapur.

Vania menghentikan langkahnya "ibu buk"

"Tunggu sebentar Vani, ini ada telepon dari ibu kamu"

Jantung Vania tiba-tiba berdegup kencang saat mendengar Rati mengatakan kalau ada telepon dari ibunya. Ia berpikir sesuatu yang buruk telah  terjadi kepada adiknya Dita. Ia berlari menghampiri Rati dan meraih ponsel dari tangan ibu kostnya itu.

"Hallo buk" ucap Vania

"Hallo sayang. Bagaimana kabarmu ?" Balas dari seberang sana

"Aku baik buk, ibu dan Dita bagaimana ?" Vania balik bertanya kepada ibunya.

"Ibu baik sayang, tapi adik kamu Dita, sedang dirawat di ruang sakit"

"Ada apa dengan Dita buk ?" Tanya Vania dengan cemas. Kedua mata indahnya sudah mengeluarkan cairan bening yang hangat.

"Tadi malam Dita mengeluh sakit di bagian dadanya. Tapi setelah pagi, Dita muntah dara sayang. Itu sebabnya ibu membawanya ke rumah sakit"

"Ibu dapat uang dari mana, untuk membawa Dita ke rumah sakit"

"Ibu pinjam dari tetangga, tapi katanya harus dibayar bulan depan"

"Syukurlah. Ibu enggak usah pusing masalah uang yang ibu pinjam. Vania akhir bulan ini sudah gajian buk. Mudah-mudahan cukup untuk membayar utangnya"

"Kamu kerja apa nak ?"

"Aku kerja di kafe buk" jawab Vania 

"Terus bagaimana dengan kuliahmu ?" 

"Ibu enggak usah cemas. Aku bisa mengatur waktu buk. Vania masuk kuliah pukul 8 pagi sampai pukul 2 siang. Terus Vania masuk kerja dari pukul 7 sampai pukul 1 malam" Vania menjelaskan waktu kuliah dan kerjanya.

"Ya ampun sayang. Apa enggak terlalu capai" cemas Santi. Ia merasa kasihan kepada putrinya itu.

"Enggak buk, saya kerjanya santai saja. Pokonya ibu tenang saja"

"Pokonya jangan terlalu memaksakan diri ya sayang. Ibu takut kalau kamu jatuh sakit karena terlalu lelah. Jika kamu sakit ! Siapa yang akan mengurus kamu ?" Pesan Santi kepada Vania.

"Iya buk. Ibu enggak usah cemaskan Vania. Vania di sini memiliki teman-teman yang baik dan memiliki ibu kost yang baik. Mereka semua sayang sama Vania buk" Vania berusaha menenangkan hati ibunya. Ia tidak ingin jika ibunya bertambah pusing memikirkan dirinya.

"Syukurlah sayang, ibu tenang mendengarnya. Kalau begitu ibu tutup teleponnya dulu. Jaga dirimu baik-baik nak"

"Iya buk, ibu juga jaga diri baik-baik ya" sahut Vania sebelum memutuskan sambungan teleponnya. Setelah itu ia mengembalikan ponselnya kepada Rati sang ibu kost.

"Terima kasih buk. Vania sekalian pamit ya buk" ucap Vania.

"Iya Vani. Hati-hati di jalan" sahut Rati.

"Iya buk"

Saat Vania keluar dari pintu ia sudah melihat mobil Regina terparkir di luar dan Regina sedang berbicara dengan pak penjaga kost. Ia melangkah menghampiri teman barunya itu.

"Hay, Na" sapa Vania. Ia manggil Regina dengan singkatan Na  

"Eh, Vania. Kita jalan sekarang yuk" ajak Regina.

Kedua gadis cantik itu masuk ke dalam mobil dan siap untuk membela jalan ibu kota. Regina sengaja mengajak Vania keliling kota Jakarta, ia ingin mengenalkan kota Jakarta kepada sahabat barunya itu.

Sepanjang jalan, Vania terkagum-kagum melihat bangunan-bangunan tinggi yang ada di sekitar kota Jakarta. Ia sudah 10 hari tinggal di Jakarta tetapi baru kali ini ia melewati pusat kota besarnya.

"Na, enak banget ya, kalau suatu saat kita bisa bekerja menjadi karyawan di gedung mewah seperti ini" Vania menunjuk bangunan tinggi yang ada di hadapan mereka.

"Sabar Vania, suatu saat kita pasti bisa bekerja di sana. Apa lagi kamu kan anak yang berprestasi tinggi. Tidak sulit bagimu untuk bekerja di perusahaan besar" puji Regina. Iya yakin kalau Vania akan mudah mendapatkan perkejaan di perusahaan besar yang ada di ibu kota Jakarta. Sebab Vania anak yang pintar dan cerdas. Hanya saja dia terlalu polos.

"Jangan menggodaku seperti itu dong Na" protes Vania "oh iya, orang tua kamu punya usaha apa si Na ?" Lanjut Vania 

"Orang tuaku hanya punya usaha kecil-kecilan" jawab Regina.

"Tapi kamu enak, punya mobil sendiri, punya ponsel mahal, punya baju-baju bagus" puji Vania. 

"Itu semua hasil kerja kerasku sendiri Vania" sahut Regina.

"Oh...jadi kamu kerja juga, biar bisa beli mobil ini"

Regiana menganggukkan kepalanya

"Kamu kerja apa Na ?" Tanya Vania dengan penasaran. Ia berniat untuk bekerja di tempat Regina. Bukan untuk mendapatkan uang banyak terus membeli mobil atau barang-barang mahal. Tetapi agar ia bisa membiayai pengobatan adiknya. Ia berharap bisa membawa Dita berobat ke Amerika.

"Suatu saat, aku pasti menceritakannya kepadamu. Untuk saat ini kita makan, minum dan santai" Regina memarkirkan mobilnya tepat di depan sebuah kafe, di mana ia biasanya nongkrong dengan teman-temannya.

*

*

*

*

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status