"Clara!!"
Langkah Clara terhenti saat ia mendengar Harry berteriak memanggil namanya. Padahal pria itu kini berdiri tak terlalu jauh di depannya.
Clara melihat Harry berlari menuju ke arahnya.
"Hai Harry.." sapa Clara sedikit berbasa - basi.
Harry tak menjawab. Ia justru melirik tubuh Clara, memutar gadis itu ke sana ke mari, membuat Clara bingung.
"Harry. Kau mau apa?""
"Kau tak apa kan Cla? Kau dihajar daddy mu?"
Clara langsung menggeleng. "Aku tak apa. Memangnya kenapa aku harus dihajar daddyku?"
Terdengar helaan nafas lega dari bibir Harry.
"Kau tahu Clara? kau sudah membuatku dan Jun panik." ucap Harry. Pernyataan Harry membuat Clara diam sejenak.
"Kalian terlalu berlebihan.." gumam Clara.
"Kau bilang kami berlebihan??"
Clara mengangguk.
"Itu tak berlebihan Clara. pasalnya saat George mengganggumu dan saat Daddy mu membantumu, Wajah pria itu membuatku gemetar." Clara nya
Merasa kehilangan adalah satu rasa yang tak bisa diungkapkan dengan kata-kata. Melainkan itu hanya mampu diuraikan dengan tangis. Hanya air mata yang mampu menunjukkan betapa sakitnya rasa itu. Dan rasa itulah yang sekarang menggerogoti hati Clara. Nyaris dua minggu ia tak bertemu Mark. Ditambah maminya juga selalu menghubunginya dan membentaknya bahkan mengatainya dengan kalimat yang tak pantas diucapkan seorang ibu pada anaknya. Melihat situasi saat ini dengan ucapan-ucapan maminya, ia yakin jika Mark sekarang ada di Amerika dan sedang bersembunyi. Dimana pria itu berada sekarang? Hanya kalimat itu yang bisa Clara putar-putar di kepalanya. Ia tak bisa menerka lebih jauh. Pasalnya ia sendiri juga tak terlalu tahu tentang Mark. Yang ia tahu ,pria itu seorang CEO dan suami dari maminya. Hanya itu!Tak lebih! Tapi jika untuk hal lain ,ia tahu banyak hal. Apalagi untuk menggambarkan diri Mark. Ia akan sangat ahli. P
Clara tersentak dari tidurnya. Lelah menjaga Mark, ia pun tak sadar jika ia ketiduran. kembali memegang kening Mark. Dan sungguh ia berhasil dibuat khawatir. Pasalnya suhu tubuh Mark masih belum stabil.Ia kembali melirik jam di pergelangan tangannya, "pukul tiga pagi.."Clara menghela nafas panjang. Ia menatap bibir Mark yang pucat.Clara kembali mengambil obat yang tadi ia beli di apotek. Mengambilnya satu butir per bungkusnya.Ia kembali membangunkan Mark. Walaupun sulit akhirnya berhasil. Pria itu membuka matanya."Hmm?" gumam Mark."Minum obat dulu ya.." ucap Clara.Mark mengangguk. Pria itu mencoba untuk duduk dan dibantu oleh Clara.Pria itu memegang kepalanya yang terasa sangat sakit."Tak usah terlalu duduk. Setidaknya agar bisa minum obat saja.." cegah Clara saat Mark berusaha untuk duduk.Mark hanya mematuhi apa yang Clara katakan. Ia menerima obat yang Clara masukkan ke dalam mulutnya. Ia l
Kehebohan terjadi di apartemen Harry. Dan semua itu berasal dari arah dapur."Clara ,kau bisa menghancurkan dapurku!!" teriak Harry yang langsung menarik spatula Clara."Ya Tuhan Harry, aku ahli dalam memasak. Kau jangan takut.!!"Harry menggeleng cepat, "Tidak Clara. Kau lihat? Semua minyak ini mengotori dapurku! Kuah karinya sangat banyak.."Clara menatap Harry yang terlihat stress.Ia menghela nafas jengah. Kenapa Harry bisa seheboh ini. Padahal ini hanya kuah kari yang mudah dibersihkan."Kau terlalu berlebihan Harry.""Kau yang keterlaluan. Kenapa tak di dapur apartemenmu saja?"Clara mengutuk dalam hatinya. Bagaimana ia bisa membawa teman-temannya ke sana sedangkan di sana ada Mark.Alhasil sepanjang proses masak-memasaknya, Clara hanya diam dan mencoba untuk tak terpancing dengan semua yang Harry celotehkan padanya.
Mark berlari kencang menuju mobilnya. Sedari tadi ia mencoba menghubungi Clara namun gadis tersebut tak mengangkat panggilannya.sebenarnya ia tahu di mana keberadaan Clara saat ini. oleh karena itu, ia harus menjemput gadis tersebut dan mengatakan padanya jika Lauren sangat berbahaya.Namun Saat memasuki mobilnya, ia dikejutkan dengan suara ponselnya yang berdering dan saat ia melihat layar ponsel tersebut, ia bisa membaca nama Indra ada di sana.Dengan cepat Mark mengangkatnya."Kau di mana?" tanya Indra dari seberang sana."aku di kantor.." jawabnya."kau bisa mencari Clara sekarang? barusaja Lauren menghubungiku. kurasa Wanita itu sudah amat sangat gila."Mark terdiam sejenak, "Tadi pagi dia ke kantorku. mantan istrimu itu mengamuk sejadi-jadinya seperti orang gila saat bertanya di mana Clara sekarang.." ucap Mark yang membuat Indra seketika terdiam."Dia juga mantan istrimu.." ucap Indra.Mark tak
"Mereka sekarang ada di salah satu rest area di dekat perkampungan."Lauren nampak berang. Tebakannya sama sekali tak meleset. Clara ada bersama Mark dan pria itu mengatakan jika dirinya tak tahu apa-apa soalan Clara.Lauren tersenyum menakutkan."Kalian pikir aku akan lengah begitu saja.." ucapnya sambil menatap foto pernikahannya yang ada dalam ponselnya. Di sana berdiri Clara, Mark dan dirinya."Apa yang harus kita lakukan selanjutnya?"Lauren menggeleng, "Jangan terburu-buru sayang. Kita santai saja. Jangan biarkan permainan kita tercium.."Pria bertubuh kekar itu hanya tersenyum mendengar Lauren memanggilnya sayang.Pasalnya dari Indonesia, ia rela terbang ke Amerika hanya untuk memenuhi permintaan mantan kekasihnya ini. Apalagi ia juga mempunyai banyak akses untuk mendapatkan bawahan terbaik di Amerika.Pria yang biasa dipanggil Rudi oleh Lauren itu berjalan mendekati Lauren. Tanpa permisi, ia langsung mendekati Lau
Clara keluar dari mobil menyusul Mark yang sudah keluar lebih dulu. Sesampainya di luar, ia berjalan mendekati Mark yang berdiri di depan pintu masuk."Kenapa?" tanya Clara sambil menatap pria itu.Mark menggeleng. "Ayo masuk!"Mark yang hendak melangkah, langsung di tahan oleh Clara dengan cepat, "Kenapa?" tanya Mark bingung."Ini rumah siapa? Kenapa main masuk gitu aja? Pemiliknya mana?"Mark menatap Clara yang agak ragu. Ia lalu meraih jemari Clara membuat Clara menegang seketika."Ini rumahku. Rumah yang kupakai dulu saat aku dan ibuku di sini."Clara melirik Mark. "Rumahmu?""Rumahku. Aku tak serta merta kaya raya. Aku dulu pernah berasal dari sini.."Clara menatap ke depan. Ia menatap pintu rumah yang sedikit rusak."Kau takut?"Clara menggeleng, "Aku tak takut. Hanya saja...""Aku akan pastikan kau aman.."Walaupun tampak ragu, Clara pun akhirnya mengangguk. Mark membuka pin
Langit sudah sedikit gelap. awan hitam pun mulai menyapa malam dan menyembunyikan ribuan bintang serta bulan yang biasanya menghibur orang orang dengan kilauannya.Hawa dingin pun ikut menusuk tulang seiring dengan turunnya setetes demi setetes hujan dari langit.Clara mengusap lengannya yang terasa dingin, ia melirik mark yang saat ini terbaring di pangkuannya.Clara melirik jam di tangannya ini sudah nyari 1 jam pria itu tertidur dan belum ada tanda-tanda Mark akan terbangun, bahkan helaan nafas pria itu masih saja teratur seperti orang yang tidur begitu nyenyak.Clara memijit lehernya yang terasa pegal, Ia ingin membangunkan Mark namun Entah kenapa ia tak tega untuk melakukan hal tersebut.Pasalnya Mark terlihat seperti orang yang sudah lama tak tidur dengan nyaman. Clara menatap wajah tirus Mark.pria itu memang terlihat semakin kurus. berbeda dengan saat terakhir ia melihatnya secara dekat yaitu ketika mala
Hujan sudah kembali reda, namun malam sudah sangat larut. Walaupun begitu, Mark dan Clara tetap memutuskan untuk kembali ke apartemen. Pasalnya di rumah itu pun tak ada apa-apa. Hanya ada tikar yang tadi Mark bawa. Tak mungkin ia bertahan dengan tikar tersebut sedangkan suhu udara semakin lama semakin menurun.Kini mereka sudah berada di dalam mobil Mark. Pria itu tampak lelah dan mengantuk.Sudah keberapa kalinya Clara memergoki Mark yang menguap. Dan ia takut Mark akan tertidur saat menyetir nantinya."Jika kau tak keberatan, kita bisa mencari penginapan terdekat. Besok aku ada kuliah siang, jadi tak masalah jika kita beristirahat sejenak." ucap Clara memberikan saran pada Mark.Pria itu nampak berpikir, "Baiklah. Di dekat sini ada penginapan. Kita ke sana saja."Clara mengangguk. Ia lalu mengencangkan sabuk pengamannya dan duduk dengan tenang.Mark mulai melajukan mobilnya dengan santai untuk menuju penginapan. Benar kata Mark