Share

Sugar Daddyku Ayah Muridku
Sugar Daddyku Ayah Muridku
Penulis: Heartwriter

1 Curhat dengan Murid

Valen merasa terkejut dan bingung saat Karly, salah seorang muridnya di kelas 2 SD internasional, tiba-tiba bertanya tentang arti kata 'selingkuh' padanya.

Raut wajah Valen mencerminkan kebingungan dan kekhawatiran, karena pertanyaan tersebut jauh dari ekspektasinya untuk siswi yang masih duduk di kelas dua SD.

"Tunggu dulu. Karly mendengar kata-kata itu, darimana?" tanya Valen penasaran.

"Mama papaku bertengkar. Dan ada kata itu."

Mendengar jawaban Karly itu, Valen langsung teringat akan sosok pria bertubuh atletis, berwajah tampan dan sangat ramah kepadanya.

Itu adalah sosok Ayahnya Karly yang sering kali menjemput Karly di sekolah dan bertemu Valen.

"Apa yang terjadi? Ehm, apa kamu tahu siapa yang selingkuh."

"Tentu saja, mama yang selingkuh."

"Benarkah?"

"Iya. Waktu itu papa berteriak dan menangis. Papa bilang, kenapa kamu selingkuh dariku?"

"Hah?"

"Kasihan ayahnya Karly itu. Kenapa pria setampan dan sebaik itu, masih juga diselingkuhi?" batin Valen tidak rela.

Valen tidak ingin mencampuri urusan rumah tangga orang karena itu dia tidak lagi bertanya

.

Tapi besoknya Karly kembali mendekatinya dan berkata, "ternyata mama sudah 2 tahun selingkuh."

"Hah?"

Mendengar Kata-kata dari Karly ini, ingatan Valen kembali terbawa pada sosok ayahnya murid tersebut.

Pria itu tergambar dalam pikirannya sebagai individu yang mapan, telah menginjak usia 40-an menurut data murid, namun masih terlihat muda. Terlihat berumur sekitar 33 atau 34 tahun.

Pria itu memancarkan aura kebahagiaan dan kesehatan yang membuatnya terlihat jauh lebih muda. Tubuh atletis dan wajah tampannya memberikan kesan yang sulit dilupakan Valen.

Bahkan, Valen pernah mendengar pembicaraan dari teman-temannya sesama guru yang membicarakan Ayahnya Karly dengan penuh kagum.

Saat itu, Valen tidak ikut-ikutan membicarakan pria itu. Karena dia tidak mau mengganggu rumah tangga orang.

Tapi, sesudah ini, mau tidak mau, dia mulai memikirkan akan Ayahnya Karly itu.

Sebelum insiden ini, Valen tak pernah merasa tertarik pada pria itu. Namun, cerita tentang perselingkuhan yang dikatakan muridnya ini, mengundang perasaan campuran dalam hati Valen.

Mungkin karena Ayahnya Karly yang tampan dan mungkin karena rasa kasihan yang dimiliki Valen kepada pria tersebut, membuat sebuah perasaan yang tidak seharusnya ada, mulai tumbuh dalam diri Valen.

Sesaat setelah mendengar tentang pengkhianatan yang dihadapi oleh pria itu dari pasangannya, Valen merasa sesuatu yang berbeda.

Ia tak bisa menghindari rasa simpati yang terus tumbuh dalam hatinya.

Rasa simpati itu menjadi alasan untuk Valen mulai melihat pria tersebut dengan pandangan yang lebih hangat, daripada sebelumnya.

Bahkan dia mulai menaruh perasaan suka.

Empati yang dirasakannya terhadap pria tersebut mengubah hubungan antara guru dan orang tua murid menjadi sesuatu yang lebih dalam.

Tapi, saat Valen memikirkan kembali akan konsekuensi yang akan dia alami dari sekolah tempat dia mengajar ini, kalau dia meneruskan perasaannya ini, dan terlibat dalam hubungan romance dengan ayah dari muridnya, maka, Valen memilih untuk mengendalikan perasaannya.

Karena ada ancaman pemecatan yang bisa dialami kalau dia terlibat dalam skandal dengan orang tua murid.

Karena itu, saat Ayahnya Karly yang bernama Evan menjemput Karly, Valen pura-pura tidak memperhatikan.

Dia tidak mau menatap ayah muridnya itu saat Evan pamitan kepadanya. Valen baru menatap Evan, saat Evan sudah jauh meninggalkan kelas. Dia cuma berani untuk menatap punggung pria atletis itu.

Hanya saja, semua kembali berubah bagi Valen. Tepatnya empat hari setelah Karly mengajukan pertanyaan tentang arti kata selingkuh, tiba-tiba, dia kembali mendapatkan kejutan lain.

Sama seperti sebelumnya. Saat jam pulang sekolah sudah usai, tinggal ada beberapa anak yang belum dijemput oleh orang tuanya. Dan salah satu anak yang belum dijemput itu, adalah Karly.

Saat teman-temannya sedang bermain di bagian belakang kelas, tiba-tiba Karly mendekati Valen dan bertanya, "Miss, apa arti bunuh diri?"

Valen melongo. "Kenapa kamu bertanya seseram itu, Karly?"

"Karena semalam mama dan papaku bertengkar lagi."

"Lalu?"

"Habis bertengkar, papa ke dapur."

"Terus?"

"Aku mengikuti papa karena papa terlihat menangis."

"Lalu?" Valen semakin penasaran.

"Lalu, papaku mengambil pisau dan bicara sendiri sambil nangis. Aku bersembunyi di belakang tiang, di belakang papa, sehingga papa tidak melihatku."

"Lalu?"

"Papa bilang. Dia ingin bunuh diri. Dia mengacungkan pisau ke atas."

"Lalu apa yang terjadi?" Valen sangat panik. Dia merasa tidak rela kalau papanya Karly bunuh diri.

"Kemudian papa bilang, dia ingin sekali bunuh diri. Tapi, dia takut meninggalkan aku dan Kak Revan."

"Syukurlah kalau papa kalian tidak melakukan itu."

"Bunuh diri itu apa, sih? Saat aku tanya sama Revan, my brother, dia bilang, gak usah membahas itu."

Valen memegang tangan anak kecil bernama Karly ini. "Bunuh diri itu adalah perbuatan tidak baik. Minta papamu untuk tidak melakukan hal seperti itu lagi. Ya?"

"Oh, bunuh diri itu adalah perbuatan tidak baik, ya? Padahal papaku kan orang baik. harusnya dia memang tidak melakukan perbuatan seperti itu."

"Makanya."

Sesudah percakapan soal bunuh diri itu, Valen jadi sangat cemas.

Karena itu, kalau 3 hari sebelumnya dia selalu menghindar dari kemungkinan bertemu dengan Evan, maka kali ini, dia sengaja selalu bersama Karly, agar supaya, saat Karly dijemput, Valen ada di dekat Karly.

Hari ini, Valen dijemput agak terlambat, tidak seperti biasanya.

Semua murid yang lain sudah dijemput orang tua mereka masing-masing, dan hanya tersisa Karly yang belum dijemput.

Apa yang diinginkan oleh Karly itu terjadi. Karena beberapa saat kemudian, sosok pria tampan, bertubuh atletis itu, kini sudah berjalan di koridor sekolah untuk menuju ke kelasnya Valen ini.

Saat melihat wajah pria tampan itu dari kejauhan, Valen sepertinya bisa merasakan kesedihan yang sedang dialami pria bermata teduh yang masih terlihat awet muda, walaupun sedang menghadapi masalah berat itu.

Saat ini, rasa-rasanya Valen ingin memegang tangan pria itu dan memeluk pria itu serta berbisik, "tenanglah. Jangan berpikiran bodoh. Ingat anak-anakmu. Aku siap untuk selalu menghiburmu, kapan pun kamu mau."

Tapi, pikiran itu tidak berani diwujudkan Valen. Dia cuma bisa menatap sendu ke arah pria ini saat pria ini mengangguk ke arahnya dan mengucapkan terima kasih karena sudah menjaga anaknya, untuknya.

Kemudian dengan penuh kebapakan, Evan mengambil semua bawaan anaknya supaya Karly tidak perlu membawa apa-apa, dari kelas ini hingga ke parkiran sekolah di depan sana.

Saat ini, rasa-rasanya Valen ingin gabung. Saat melihat Evan memegang tangan kiri Karly, rasanya Valen ingin maju dan memegang tangan kanan Karly, dan berjalan bersama menuju ke parkiran mobil.

Tapi, Valen tidak berani. Dia cuma bisa berdiri sambil menatap sendu ke arah Evan dan Karly yang sudah melangkah di koridor.

Tiba-tiba, Karly mengatakan pada Evan kalau handphonenya ketinggalan di kelas.

Evan langsung menyuruh Karly diam di tempatnya, sementara dia sendiri yang berbalik lagi menuju ke kelas.

Mendengar kalau Karly lupa akan handphonenya, maka, Valen segera mencari di tempat dia melihat Karly sempat memainkan handphonenya sebelumnya.

Valen berhasil mendapatkan handphone yang dia cari-cari itu, bertepatan dengan masuknya Evan ke ruangan ini.

"Ini handphonenya, pak." Valen memberikan handphone itu kepada Evan.

Entah disengaja atau tidak, tapi kaki Valen terkena kursi kecil sehingga dia jatuh ke depan. Saat itulah Evan menyambut tubuh Valen agar Valen tidak jatuh.

Komen (2)
goodnovel comment avatar
Yoannes Gatte
lumayan bagus
goodnovel comment avatar
Susi Susmiati
awal yang bagus
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status