Share

2 Ajakan Makan Siang

"Hati-hati, bu guru." Itulah kata-kata yang didengar Valen sebelum dia jatuh ke arah Evan.

Valen sengaja membiarkan tubuhnya jatuh, karena dia tahu ada Evan yang akan menyambutnya.

Tubuh Valen langsung jatuh ke arah Evan, dan langsung disambut Evan supaya Valen tidak jatuh.

Hanya saja, Valen sengaja memberatkan tubuhnya. Wajahnya kini menempel ke wajah Evan dengan bibir ketemu bibir.

Pipi Valen bersemu merah. Matanya terbelalak. Ia merasa malu dan gugup. Ia tidak menyangka bahwa insiden ini akan membuatnya mencium Evan.

Sementara itu, Evan menjadi kikuk. Ia tidak tahu harus berbuat apa saat bibirnya bertemu bibir ibu guru dari anaknya ini.

Dadanya berdesir. Ada problema dalam hatinya beberapa waktu belakangan ini yang membuat dirinya rapuh.

Kalau saja keadaan seperti ini terjadi pada beberapa bulan yang lalu, atau tahun-tahun yang lalu, maka dia tidak akan menikmati hal ini karena dia memiliki istri tempat dia untuk selalu setia.

Tapi saat ini, hatinya sedang rapuh karena perselingkuhan yang dilakukan istrinya.

Karena itu, apa yang terjadi ini membuat dia terdiam, membuat dia menikmati, membuat dia menatap dengan rasa ingin ke arah Valen.

Keduanya saling melepaskan diri dan sama-sama berdiri kikuk.

Valen menunduk malu tapi sebenarnya, dia mau dan pasrah kalau saja Evan melakukan gerakan selanjutnya.

Tapi Evan langsung membalikkan tubuhnya dan pergi tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

Vallen cuma bisa menatap punggung Evan sambil meresapi sesuatu yang baru saja dia rasakan tadi di bibirnya.

Dia menatap pria itu dari kejauhan dan rasa kasihannya kepada pria itu semakin kuat.

Itu karena Valen sempat melihat kesedihan di mata Evan. Dia sempat melihat kerapuhan di ekspresi wajah pria itu.

**

Evan berusaha untuk melenyapkan rasa yang dia resapi tadi saat kecupan yang tidak sengaja terjadi.

Kecupan yang sempat dia nikmati tadi bersama dengan Vallen.

Dia segera menggandeng tangan anaknya sambil berjanji akan membawa Karly ke tempat bermain anak.

Dia sengaja mengeraskan suaranya agar supaya apa yang sedang bergejolak di dalam dadanya bisa dia redam dengan caranya itu.

Evan juga tahu bahwa ia masih belum siap untuk memulai hubungan yang baru. Ia masih mencintai Jojo, dan ia ingin berusaha untuk memperbaiki hubungannya dengan Jojo.

Namun, ternyata, pertemuan bibir antara Evan dan Valen tadi, tidak mudah untuk tidak diingat oleh Evan, kenangan itu terus menari-nari di benaknya.

Ia sadar kalau ia mulai menyukai Valen, tetapi ia masih belum yakin apakah ia bisa melupakan Jojo.

**

Besoknya saat sudah jam pulang sekolah, Karly mengeluh lapar saat Evan datang menjemputnya.

Biasanya, Evan akan langsung menjanjikan makan siang di rumah makan di sekitar sekolah seperti yang biasanya dia lakukan tapi saat ini, tiba-tiba saja dia berkata kepada Karly, "kalau begitu kita makan di kantin ya?"

Karly mengangguk.

Evan tersenyum. Dia masih sempat melirik ke arah Vallen, sepertinya ingin memastikan kalau Vallen mendengar kata-katanya kepada Karly tadi.

Karena itu, Vallen menjadi gelisah saat Evan dan Carly pergi ke kantin sekolah.

Saat dua anak muridnya yang lain sudah dijemput oleh orang tuanya masing-masing maka Valen segera menuju ke arah kantin.

Tapi, Vallen tidak berani untuk

duduk di samping Evan di kantin sekolah.

Dia tahu kalau langkah itu tidak akan bijaksana, karena itu akan bisa menjadi gosip di sekolah.

Karena itu ia cuma bisa memperhatikan Evan dari kejauhan saat Evan menyuapi Karly.

Evan sangat telaten dalam menyuapi Karly. Ia mengambil makanan dengan sumpit dan menyuapi Karly dengan hati-hati.

Karly pun makan dengan lahap, sambil sesekali mengoceh dengan Evan.

Valen bisa melihat bahwa Karly sangat manja pada Evan. Ia selalu meminta Evan untuk menyuapinya, bahkan saat ia sudah bisa makan sendiri.

Valen semakin bersimpati pada Evan. Ia bisa melihat bahwa Evan adalah sosok ayah yang baik. Ia sangat menyayangi putrinya dan selalu ada untuknya.

Valen teringat akan ayahnya. Ayahnya juga sosok yang baik dan penyayang. Ia selalu ada untuk Valen dan keluarganya.

Sayangnya ayahnya juga mengalami nasib seperti Evan diselingkuhi oleh istrinya sendiri sehingga akhirnya ayahnya itu mulai tidak menjaga makanannya Padahal dia sedang sakit hingga akhirnya dia mengalami stroke tepat dua tahun setelah istrinya selingkuh darinya

**

Valen menghela napas. Ia merasa haru melihat Evan dan Karly. Ia berharap suatu hari nanti ia bisa memiliki keluarga seperti mereka.

Atau dirinya menjadi bagian keluarga itu.

"Mikir apa, sih?" Vallen langsung menepuk jidatnya sendiri.

Valen duduk sambil menatap Karly dan Evan dikejauhan sana. Dia masih memikirkan Evan dan Karly.

Ia tidak bisa berhenti bertanya-tanya dalam hatinya, mengapa pria baik dan setia seperti Evan dan ayahnya, selalu mendapatkan istri yang tidak setia.

Valen tahu bahwa perselingkuhan bisa terjadi pada siapa saja, tidak peduli seberapa baik pasangannya. Namun, ia masih merasa tidak adil bahwa pria-pria baik seperti Evan dan ayahnya yang harus menderita karena kesalahan istrinya.

Valen juga merasa kasihan pada Karly. Ia tidak ingin gadis itu merasakan kesedihan dan kekecewaan yang sama seperti dirinya.

Valen menghela napas. Ia tahu bahwa ia tidak bisa mengubah apa yang telah terjadi. Namun, ia ingin sekali melakukan sesuatu untuk membantu Evan.

Saat ini, Valen ingin sekali menjadi istrinya Evan. Ia ingin menjadi wanita yang bisa membuat Evan bahagia dan melupakan rasa sakitnya.

Valen tahu bahwa itu tidak mungkin. Evan sudah menikah dengan Jojo dan Valen tidak bisa merubah hal itu.

Namun, Valen tidak bisa memungkiri bahwa ia memiliki perasaan yang kuat untuk Evan.

Valen tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan. Namun, ia berharap suatu hari nanti, ia bisa menemukan pria yang baik dan setia seperti Evan.

* * *

Valen masih termenung ketika dia lihat Evan dan Karly mendatangi.

Karly buru-buru berdiri dan tersenyum ke arah Evan dan Karly.

Evan tersenyum. "Terima kasih karena sudah mau menemani kami makan siang."

"Menemani?" Karly kaget dengan kata-kata Evan ini.

"Walaupun kamu duduk di tempat yang jauh, tapi, ibu guru tetap saja sudah menemani kami."

"Iya, miss. Kata papa, nanti miss bisa gabung dengan kami, menemani kami makan, gitu," timpal Karly.

"Gimana, bu guru?" sambar Evan. Tapi, sedetik kemudian dia sudah menyesali perkataannya itu tapi dia tidak bisa menarik kembali pernyataannya itu.

Pipi Vallen bersemu merah. Dia tidak menyangka kalau akan mendapatkan ajakan dari Evan.

Setelah itu, dia mengangguk. "Baiklah. Nanti aku akan menemani tapi.. " Matanya mulai celingukan. "Tapi tidak di sini."

Evan mengangguk. Dia salah tingkah karena dia sudah tidak bisa lagi menarik pertanyaannya tadi, dan kini mendapatkan jawaban yang tidak disangka dari sang ibu guru membuat dia juga tidak enak untuk membatalkan kata-katanya tadi.

Karena itu dia berkata. "Baiklah. Kalau begitu, nanti aku akan mengajak ibu guru untuk makan di luar. Bersama Karly tentu saja."

Valen langsung mengangguk-angguk dengan semangat. Dia juga tidak tahu mengapa dia sesemangat ini.

**

Besoknya, Valen sudah menunggu dengan penuh harap. Bahkan entah mengapa, tapi dia sudah memakai krim yang lebih daripada biasanya supaya wajahnya terlihat kinclong.

Saat jam pulang sekolah, Vallen berharap supaya anak-anak muridnya sudah dijemput semua oleh orang tua masing-masing sehingga saat Evan menjemput Karly, maka dia akan bisa pergi bersama Evan.

Keinginan Vallen itu menjadi kenyataan karena murid-muridnya yang lain sudah dijemput oleh orang tua masing-masing sehingga sekarang ini, dia tinggal bersama dengan Karly menunggu kedatangan Evan.

Akhirnya Evan datang menjemput Karly. Valen menelan salivanya. Berharap Evan akan mewujudkan ajakannya kemarin.

Vallen masih tersenyum saat detik-detik berlalu, saat Evan sudah menaruh tasnya Karly di lengannya dan memegang tangan Karly untuk diajaknya keluar.

"Terima kasih, Bu guru," kata Evan sambil mengangguk.

Melihat Evan dan Karly mulai berjalan menuju ke arah pintu keluar kelas ini, maka Vallen merasa kecewa.

Dia merasa Evan sudah memberikan harapan kosong kepadanya.

Karena saat ini, dia sangat berharap sekali supaya Evan mengajaknya makan siang.

Apalagi dia sengaja tidak makan saat Break Time tadi, karena dia berharap dia akan makan dengan Evan.

Apalagi dia memang tidak ada selera makan karena sejak semalam sudah tidak sabaran, memikirkan akan diajak makan oleh Evan.

"Apa yang terjadi dengan aku ini? Kenapa aku sangat berharap sekali dia mengajak aku makan?" Vallen cemberut saat melihat Evan dan Karly sudah berada di pintu keluar dan sebentar lagi akan menghilang dari pandangannya.

Tapi saat itulah Karly tiba-tiba membalikkan tubuhnya dan menatap ke arah Vallen. "Kenapa miss nggak ikut? Kan kemarin katanya Miss mau ikut aku sama papaku untuk makan siang. Iya kan? Apa miss sudah lupa?"

Vallen menatap Evan yang juga saat ini sedang menatapnya. Keduanya saling tatap dengan canggung tapi saat ini Vallen berharap Evan akan mengajaknya karena dia sangat ingin makan siang bersama Evan dan Karly.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status