Share

3 Apa yang bisa Aku Bantu, Pak?

Dengan Terlihat agak canggung Evan berkata, "kalau miss ada waktu, maukah ikut bersama kami?"

Valen langsung mengangguk dengan antusias tinggi

Sementara Karly langsung berkata, "harus dong. Kan miss yang janji kemarin."

Evan tersenyum ke arah Vallen. "Kalau gitu, ayo, miss."

Valen yang tidak mau terlihat jalan bersama murid serta orang tua murid, karena takut akan terjadi gosip di sekolah ini, langsung berkata, "jalan duluan aja. Biar aku ikut dari belakang, ya?"

Evan mengangguk maklum. Dia pun langsung mengajak Karly untuk berjalan menuju ke arah parkiran.

Saat di parkiran, untung saja ada banyak mobil di tempat ini. Tubuh Valen yang kecil yang hanya bertinggi 155 cm itu, membuat dia dengan lincah, menyusup di antara mobil-mobil dan akhirnya masuk di pintu belakang mobil SUV milik Evan.

Sesaat kemudian, saat berada dalam mobil dengan Valen duduk di jok belakang, sementara Evan mengemudi dan Karly duduk di sampingnya, mereka berdua mulai bercakap-cakap.

Omongan mereka berdua langsung nyambung saat Karly sibuk bermain dengan bonekanya.

"Aku tidak menyangka kita bisa langsung nyambung seperti ini," kata Evan sambil tersenyum.

"Iya, aku juga merasakannya. Sepertinya kita memang sudah saling kenal selama bertahun-tahun," timpal Valen.

"Benar, ya? Sepertinya kita punya banyak kesamaan."

"Oya, seperti apa?"

"Misalnya, kita sama-sama suka makan. Iya kan?"

"Haha, iya, itu benar. Karena kalau gak makan, bisa mati. Hehehe."

"Hahaha. Dan kita juga sama-sama suka sepak bola.

Valen mengangguk. "Benar sekali kalau itu."

"Saya senang bisa bertemu dengan kamu, Valen."

"Aku juga senang bisa bertemu denganmu, Pak Evan."

* * *

Mobil terus melaju menuju ke arah rumah makan tapi Valen sudah mulai puter otak Bagaimana caranya supaya dia bisa mendapatkan kesempatan lebih untuk bisa bersama dengan Evan, hinggasebuah gagasan mampir di benaknya

Saat sedang makan di sebuah rumah makan yang jaraknya 6 kilometer dari sekolah, Valen duduk menatap Karly yang sedang makan

"Karly, nilai matematikamu minggu lalu tidak bagus, loh," kata Valen.

Karly menghela napas. "Iya, aku tahu, miss" katanya. "Aku sudah berusaha, tapi aku masih kesulitan."

"Kalau begitu, aku bisa membantumu," kata Valen. "Aku bisa datang ke rumahmu setelah sekolah untuk menjadi guru lesmu. Gimana?"

Karly menatap Valen dengan mata berbinar. "Benarkah?" tanyanya. "Itu akan sangat membantuku. Aku suka."

"Tapi kamu harus minta izin dulu sama ayahmu, ya?" kata Vallen tanpa menatap Evan karena dia takut tatapannya akan terlihat penuh permohonan.

Dengan manjanya Karly langsung berkata kepada Evan, "boleh kan, pa? Boleh ya?"

Evan menatap Vallen. "Apa Miss Vallen bisa menyiapkan waktu untuk mengajar Karly?"

Baru kali inilah Valen berani untuk menatap Evan. Dia langsung mengangguk. "Bisa kok, pa. Aku bisa mengatur waktunya."

Evan tersenyum mendengar kesanggupan Valen. "Terima kasih, Bu Valen," katanya. "Itu sangat membantu."

"Sama-sama," kata Valen. "Aku senang bisa membantu."

Valen tahu bahwa ini adalah kesempatannya untuk menghabiskan lebih banyak waktu bersama Evan. Ia akan memanfaatkan kesempatan ini sebaik mungkin.

Setelah itu, tiap hari setelah sekolah, kecuali hari jumat, adalah hari-hari yang ditetapkan Valen untuk datang ke rumah Evan untuk menjadi guru privat buat Karly.

Rencananya, Valen akan mengajari Karly matematika, bahasa Indonesia, dan pelajaran lainnya.

Valen selalu berusaha untuk membuat pelajarannya menyenangkan dan interaktif. Ia juga akan sering mengajak Karly untuk bermain game edukasi.

Valen senang melihat kemajuan yang telah dibuat oleh Karly.

Evan juga sangat senang dengan kemajuan yang telah dibuat oleh Karly. Ia berterima kasih kepada Valen atas bantuannya.

Di dua hari pertama setelah menjadi guru privat, maka, Valen dan Evan semakin dekat. Mereka sering mengobrol dan berbagi cerita.

Valen mulai merasakan perasaan yang lebih dari sekedar persahabatan pada Evan.

Namun, Valen tahu bahwa ia tidak bisa memiliki Evan. Evan masih menikah dan memiliki anak. Valen tidak ingin merusak kebahagiaan keluarga Evan.

Apalagi sampai saat ini dia masih belum bisa membuktikan akan cerita dari Karly, tentang perselingkuhan yang dilakukan Jojo, ibunya Karly.

Karena itu, Valen memutuskan untuk menyimpan perasaannya untuk Evan. Ia akan tetap menjadi teman yang baik bagi Evan dan Karly.

**

Pada hari-hari berikutnya

Valen terus mengajari Karly. Ia selalu datang ke rumah Evan pada sore hari.

Valen sering bertemu dengan Jojo, tetapi ia tidak pernah berbicara dengannya. Jojo hanya diam dan menatap Valen dengan tatapan dingin.

Valen mulai merasa tidak nyaman dengan situasi ini. Ia tidak tahu apa yang harus dilakukan.

Valen ingin berbicara dengan Evan tentang sikap Jojo, tetapi ia tidak ingin membuat masalah.

Valen memutuskan untuk menunggu sampai Evan sendiri yang berbicara dengannya.

Suatu hari

Evan memanggil Valen ke ruang kerjanya. Evan terlihat serius.

"Bu Valen," kata Evan. "aku ingin membicarakan sesuatu dengan Anda."

"Apa itu, Pak Evan?" tanya Valen.

"Aku ingin minta maaf atas sikap istriku," kata Evan. "Saya tahu dia sering bersikap judes kepada orang lain, termasuk kepadamu."

"Oh, tidak apa-apa, Pak Evan," kata Valen. "Aku mengerti kok."

"Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan," kata Evan. "aku sudah mencoba untuk bicara dengannya, tapi dia tidak mau mendengarkan."

"Mungkin bapak harus memberinya waktu," kata Valen. "Dia mungkin sedang mengalami masa yang sulit."

"Ya, aku akan coba," kata Evan.

"Terima kasih atas pengertianmu, Bu Valen," kata Evan.

"Sama-sama, Pak Evan," kata Valen.

Valen merasa lega karena Evan mengerti. Ia berharap bahwa Jojo akan berubah setelah ini.

**

Suatu hari, saat Evan sedang keluar rumah, Valen berdiri di depan cermin di ruang makan, awalnya dia ingin cuci tangan, tapi, tanpa sengaja dia mendengarkan pembicaraan Jojo dan temannya, di taman samping rumah.

Jojo tampak kesal dengan Evan. Ia mengatakan bahwa Evan selalu sibuk kerja dan tidak pernah memberikan keleluasaan untuk Jojo mengatur keuangan keluarga. Semuanya sudah diatur oleh Evan.

"Aku sudah muak dengan Evan," kata Jojo. "Dia tidak pernah memperhatikanku."

"Jadi, kamu selingkuh darinya?" tanya teman Jojo.

"Ya," kata Jojo. "Aku menemukan pria yang bisa memahamiku."

Valen merasa marah dan kecewa mendengar cerita Jojo. Ia bisa memastikan sekarang ini, bahwa cerita dari Karly tentang Jojo adalah kebenaran.

"Kenapa ada istri yang bisa selingkuh cuma karena masalah sekecil itu? Aku yakin saat aku menikah nanti, aku tidak akan pernah selingkuh dari suamiku untuk masalah sekecil itu, apalagi saat suamiku baik kepadaku," batin Vallen.

Vallen teringat akan masalah Ayah dan Ibunya. Masalahnya hampir mirip, dimana ibunya merasa dia tidak dihargai karena keuangan tidak dipegang olehnya, karena itu dia kemudian putuskan untuk selingkuh, dan itu adalah hal yang tidak disetujui oleh Vallen.

"Bagiku, sekalipun seumur hidup suamiku tidak memberi aku kesempatan untuk memegang uang dalam keluargaku, tapi aku tidak akan pernah selingkuh dari suamiku!" tegas Vallen.

Valen merasa kasihan kepada Evan. Ia tahu bahwa Evan sangat mencintai Jojo dan Karly tapi, masalah yang mendera Evan, sudah sangat berat bagi Evan.

Vallen bisa merasakan akan perasaan Evan diperlakukan seperti itu oleh Jojo.

Valen memutuskan untuk pulang lebih awal. Hari ini, Ia tidak ingin bertemu dengan Jojo lagi. Dia muak untuk melihat wajah Jojo.

Valen pulang ke rumah dan memikirkan apa yang harus dilakukannya. Ia tidak ingin ikut campur dalam masalah rumah tangga Evan dan Jojo, tetapi ia juga tidak bisa tinggal diam melihat Evan diperlakukan seperti itu.

Valen memutuskan untuk berbicara dengan Evan. Ia ingin tahu kebenaran dari cerita Jojo.

Keesokan harinya

Valen datang ke rumah Evan. Ia menemui Evan di ruang kerjanya. Setelah dia memberikan sebuah game interaktif kepada Karly

"Pak Evan," kata Valen. "aku ingin bicara denganmu."

"Ada apa, Bu Valen?" tanya Evan.

Valen menceritakan apa yang ia dengar dari Jojo. Ia ingin tahu apakah cerita itu benar.

Evan terdiam mendengar cerita Valen. Ia terlihat sedih dan kecewa.

"Itu benar," kata Evan. "Jojo selingkuh dariku."

"Aku tidak menyangka," kata Valen. "Anda berdua terlihat seperti pasangan yang bahagia."

"Kami memang pernah bahagia," kata Evan. "Tetapi, Jojo berubah setelah aku sibuk kerja. Dia jadi lebih sering mengeluh dan menuntut."

"Aku sudah mencoba untuk berbicara dengannya," kata Evan. "Tetapi, dia tidak mau mendengarkan."

"Saya tidak tahu harus berbuat apa," kata Evan. "Aku masih mencintainya, tetapi aku tidak bisa menerima perselingkuhannya. Aku bahkan pernah mencoba bunuh diri karena masalah perselingkuhannya itu."

"Jangan, pak. Jangan melakukan itu, Pak. Ingat anak-anakmu, Pak."

Valen merasa kasihan kepada Evan. Ia semakin kasihan dan perasaannya semakin jauh terlibat dalam urusan rumah tangganya Evan itu.

"Mungkin bapak harus berpisah darinya," kata Valen. Valen merasa dia telah menganjurkan sesuatu yang buruk. Tapi, saat dia teringat akan nasib ayahnya, dia merasa harus mengucapkan kata-katanya ini. "Aku tahu ini saran yang buruk. Tetapi daripada Anda bunuh diri atau semacam itu, Iya kan, pak?"

"Aku sudah memikirkannya," kata Evan. "Tetapi, aku masih ragu."

"Anda harus memikirkan masa depan Anda," kata Valen. "Anda juga harus memikirkan Karly."

Evan terdiam lagi. Ia terlihat sedang berpikir keras.

Vallen memegang tangan Evan dan berkata, "katakan padaku, apa yang bisa aku bantu, Pak. Dan aku akan melakukannya."

Saat Vallen memegang tangannya, Evan merasakan sesuatu.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status