Saat ini, Valen dan Evan berada di ruang kerjanya Evan yang pintunya ditutup Valen, sejak awal Valen masuk dalam ruangan ini supaya pembicaraannya dengan Evan, tidak didengar orang.
Saat Valen menyentuh tangan Evan, maka sesuatu mulai terjadi, menjalari tubuh Evan dengan pasti.Kesepian hatinya pasca mengetahui perselingkuhan istrinya, dan sakit hati yang menumpuk di dadanya membuat dadanya berdesir, saat ada tangan lembut yang menyentuh tangannya.Sentuhan itu bak mengalirkan aliran listrik yang membuat Evan bereaksi dengan cepat.Mereka berdua duduk di ruang kerja dengan dipisahkan oleh sebuah meja.Evan ingin sekali melakukan sesuatu. Tapi, saat dia sadar kalau dia sedang berhadapan dengan guru dari anaknya, maka, dia sempat ragu.Tapi, karena sentuhan dari ibu guru cantik ini masih terjadi, dan tatapannya seolah menantang keberanian Evan, maka, Evan putuskan untuk bergerak.Evan langsung berdiri, kemudian membungkuk, mencondongkan wajahnya ke depan, dan mencium lembut bibir ranum Valen.Saat Valen merasa bibir itu mendekatinya, dia pun menunggu tanpa ada penolakan sama sekali.Valen menutup matanya saat bibir itu makin mendekatinya, dan meresapinya saat bibir ayah dari muridnya ini menyentuh bibirnya.Semuanya terasa indah dan nikmat. Valen tidak ingin mengakhiri ini. Dia ingin tahu sampai dimana hal ini akan berlanjut.Evan tersentak kaget. Tidak menyangka kalau dia akan mendapatkan keleluasaan dari ibu guru cantik yang sejak beberapa hari terakhir ini mulai dia pikirkan itu.Bahkan semalam, dia terbangun saat sedang bermimpi sedang mencium Vallen.Karena itu saat ini dia bertanya, "apakah aku sedang bermimpi?" Tanpa sadar Evan sudah melepaskan bibirnya dari bibir Valen.Tapi jarak keduanya hanya terpisah beberapa centimeter saja.Tidak ada satupun di antara mereka berdua yang rela menjauh dari rasa dan kenikmatan yang mereka tahu akan segera mereka rasakan itu.Vallen membuka matanya. "Ini bukan mimpi.""Benarkah? Bisakah aku meneruskan ini?"Valen tersenyum. Meneguk salivanya dan mengangguk.Evan kembali maju. Valen kembali menutup matanya.Bibir Evan kembali mencium gadis imut di depannya ini, sementara dia merasa kedua tangan gadis itu sedang memegang kedua lengannya kuat-kuat.Bibir keduanya kembali menyatu. Saling kecup. Saling hisap dengan penuh rasa.Valen selalu membalas akan apa yang dilakukan Evan di bibirnya. Dia berharap apa yang dilakukannya ini, bisa memberi kenikmatan bagi Evan, seperti kenikmatan yang dia rasa saat ini.Valen bersumpah dalam hatinya kalau dia tidak akan menjadi orang yang akan menghentikan apa yang sedang berlangsung saat ini karena dia sangat menginginkan ini.Ada rasa indah yang Valen rasa, sehingga dia biarkan saat Evan sudah membimbingnya berdiri dan menyandarkan tubuhnya di dinding ruang kerja yang tidak terlalu besar ini.Evan yang bertubuh jangkung itu, agak membungkuk untuk menyesap bibir sang ibu guru yang hanya memiliki tinggi 155 centimeter itu.Valen merasakan ujung batangnya Evan yang menekan tubuhnya. Ini cukup baginya untuk merasakan niat dari lelaki ini kepadanya.Dan dia berjanji dalam hatinya untuk membiarkan Evan melakukan apapun yang Evan inginkan padanya."Apa kau yakin tentang ini?" tanya Evan. "Hentikan aku kapan saja kamu mau," bisiknya lagi. Evan bukan tipe pemaksa. Karena itu, dia kembali memastikannya.Valen bisa mendengar nafas berat di balik suaranya itu. Tapi Valen tahu tidak ada jalan untuk kembali dari titik ini.Sebagian dari dirinya bersemangat untuk meneruskan ini, sebagian dari dirinya sangat excited untuk melihat kemana arahnya.Saat ini, pikiran Valen tidak sedang dalam keadaan sehat. Dia tahu kalau hubungan ini bisa merubah hidupnya.Dia tahu kalau dia akan berkomitmen pada sesuatu yang akan mengubah hidupnya selamanya. Tapi, dia putuskan untuk terus melangkah.Dia tahu hubungan ini akan beresiko besar bagi dirinya yang bahkan bisa membuat dia dipecat dan pekerjaannya Tetapi dia putuskan untuk terus melangkah."Ehmm." Valen memejamkan mata. Terus menikmati apa yang sedang terjadi ini.Sambil terus saling kecup, Valen terus memikirkan semuanya."Apakah hal itu akan menyakitkan? Tidak juga, nampaknya. Tapi aku tidak tahu," pikir Valen.Selama hidupnya, dia tidak pernah melihat konten ber-rating X di internet dan tidak pernah melihat akan apa yang dimiliki pria.Yang jelas, dari pembicaraan teman-temannya semasa SMA dan kuliah, dia dapat kesan kalau, benda itu sangat besar dan bisa menyakitkan. Walaupun juga, bisa memberi kenikmatan.Valen terus pasrah saat tangan Evan mulai meremas buah dadanya. Sesuatu yang luar biasa enaknya menyeruak, hingga Valen semakin penasaran akan apa yang akan terjadi selanjutnya.Ciuman dan rabaan semakin dalam dan tanpa sempat dicegah lagi, Evan mulai membuka baju yang dikenakan Valen.Sejak siang, Jojo tidak berada di rumah. Dan kalau pun Jojo berada di rumah, Evan tidak peduli lagi kalau Jojo marah dan putuskan untuk berpisah.Kenyataan tentang perselingkuhan yang dilakukan Jojo, membuat Evan tidak takut lagi melakukan ini bersama Valen.Saat ini, sekali lagi, belum ada larangan yang keluar dari gadis yang baru satu tahun lebih lulus kuliah dan bekerja menjadi guru SD di sekolah elite ini.Ini membuat Evan semakin berani.Hanya saja, di balik gairah yang dirasanya, ada rasa gugup di hati Valen. Ini adalah pengalaman yang pertama baginya, karena sejak SMA hingga kuliah, dia berharap cinta dari seorang temannya yang bernama Warren.Karena seorang Warren, sehingga Vallen selalu menolak banyak cinta yang mencoba mendekat.Valen yang sebelumnya ingin kuliah teknik, bahkan mengikuti jejak Warren untuk kuliah di bidang pendidikan, demi bisa bersama lelaki itu.Sayangnya, beberapa hari sebelum lulus kuliah, Warren menyampaikan pengumuman kalau dia sudah pacaran dengan Silvia, anak dekan di tempat kuliah mereka, dan bersama pacarnya itu, mengambil S2 ke China.Karena itu, Vallen sangat polos, sehingga untuk ciuman pun, ini adalah pertama kali baginya, dan dia baru belajar mencium, setelah dicium duluan oleh Evan.Sesaat kemudian, sebelum Vallen sempat menenangkan dirinya dari rasa canggung, karena dirinya berada dalam keadaan tanpa sehelai benang pun, yang merupakan kepolosan pertamanya di depan lelaki, tiba-tiba dia melihat sesuatu yang besar.Vallen langsung memalingkan wajahnya. Dia masih merasa aneh saat melihat benda itu.Saat ini, saat dia masih memalingkan wajahnya, Valen merasa dirinya didorong untuk menuju ke arah sofa panjang di dalam ruangan ini.Valen menutup matanya. Di antara perasaan ingin menyudahi ini, tapi juga ingin melihat kelanjutannya. Ini membuat dia bingung.Kakinya direntangkan oleh Evan. Setelah itu, dia merasa Evan mulai menaiki tubuhnya."Ya Tuhan." Valen tersentak. Dia merasa ada sesuatu sedang memasuki tubuhnya. Dia teringat akan benda besar yang tadi sempat dia lihat.Bagi seorang gadis polos, pengalaman ini cukup mengerikan. Tapi, karena rasa suka dan rasa kasihannya akan sosok Evan, sang suami yang diselingkuhi istrinya itu, membuat dia pasrah.Pasrah untuk menjadi tempat Evan selingkuh. Pasrah untuk menjadi, sarana bagi Evan membalas sakit hati pada Jojo.Sekalipun begitu, saat benda itu, kembali menerobos liang sempitnya, Valen mengerang. Dia menggigit bibirnya sendiri."Kamu baik-baik saja?" bisik Evan."Ehmmm."Valen tidak yakin apa yang terjadi. Tapi dia tahu kalau celah kecilnya sedang diregangkan.Setelah itu, dia merasa mendapatkan suntikan di daerah keintimannya.Sesuatu mulai masuk. Tapi nampaknya sesuatu itu mendapatkan kesulitan untuk masuk lebih jauh ke dalam sana.Vallen penasaran dan melihat ke bawah di antara kedua kakinya, tepat pada saat itulah, dia melihat senjatanya kaum lelaki yang kini mulai masuk, serta menghilang ke dalam dirinya."Arrrrghhh. Sakit!" Valen kembali mengerang. Dia betul-betul kesakitan. Dia tidak sedang akting."Apa perlu aku hentikan?" tanya Evan.Saat ini, Valen berada dalam keadaan bimbang. Sejak kecil, dia ingin mempersembahkan miliknya yang paling berharga kepada suaminya.Tapi, saat ini, entah kenapa, tapi, dia sangat ingin mempersembahkan miliknya itu, kepada Evan, lelaki yang jelas-jelas masih memiliki istri ini."Bagaimana?" tanya Evan."Teruskan." Itulah yang dikatakan Valen. Daripada menyuruh berhenti, dia malah meminta Evan untuk meneruskan tusukannya. Evan tersenyum dan meneruskan aksinya. Rudalnya yang sudah membengkak sejak tadi itu, kini dia arahkan lurus untuk membelah liang surga milik guru dari anaknya ini. Valen menggigit bibirnya sekuat mungkinin, agar supaya dia tidak mengeluarkan suara keras, suara kesakitan yang bisa membuat kegiatan yang sedang dilakukan Evan ini dihentikan Evan. Vallen tidak mau Evan berhenti, seberapa sakit pun yang harus dia rasakan pada saat ini, karena dia terlalu pasrah, dia terlalu rela, ingin memberikan milik berharganya, khusus buat Evan, pria yang sudah sangat membuat dia bersimpati ini. Valen mulai merasakan Evan bergerak di atas tubuhnya dengan satu anggota tubuh Evan yang sudah masuk dan keluar dalam dirinya. Awalnya terasa sakit. Tapi, lama kelamaan Valen tidak lagi menemukan rasa sakit itu. Yang ada hanya kenikmatan. Kenikmatan total. Valen tidak percaya, bagaima
Evan mengerang, menghentikan gerakannya. Dia berusaha istirahat sejenak setelah rudalnya melakukan tugasnya dengan baik. Valen merasakan liangnya terus mengejang. "Astaga, rasanya enak! rasanya seperti di surga. Uhhhhh! Ini betul-betul enakkk." Tubuhnya terus mengejang. "Wuhhh. Oh." Valen mengerang penuh semangat, menghirup udara dengan lapar. Tubuh mereka masih menyatu, Valen dan Evan memompa dan menggeliat hingga tidak ada yang bisa bergerak lagi. Mereka merosot lemah, kemudian pantat telanjang Valen meluncur turun dari tepi sofa dan dia terjatuh ke lantai berkarpet tebal. Rudal Evan meluncur keluar dari liang gadis itu yang ketat. Evan ikut-ikutan berbaring di atas karpet. Mereka berdua terbaring berkeringat di sisi tempat tidur."Astaga, ini betul-betul hebat!" Evan tersentak, benar-benar kelelahan. Karena takut dan merasa tidak nyaman, takut ketahuan, maka Vallen sudah duduk dengan bersandar pada sofa. Evan menyeret dirinya ke posisi duduk di samping Valen, yang masih ngo
Sesaat setelah Jojo meledak, Rahul semakin menghentakkan tubuhnya hingga dia semakin dekat dengan apa yang ingin dia capai. Jojo merasakan denyut batangnya Rahul menyentak kuat dengan kepala batangnya membengkak hingga terasa penuh di liang surganya Jojo, Disusul dengan aliran deras dari Rahul yang mengalir di dalam dirinya. Keduanya merasakan pelepasan dengan waktu yang hampir bersamaan. Tubuh Jojo mengejang setelah merasakan pelepasan yang luar biasa. Jari-jari tangannya menancap di punggung berwarna hitam lelaki yang jauh dari tampan itu. Setiap kali Rahul mengejang di dalam tubuh Jojo, Jojo merespons dengan getarannya yang tak terkendali. Dari liangnya hingga ujung jarinya, dia merasakannya, dia merasakan pelepasan yang dilakukan Rahul itu. Seolah-olah air cintanya Rahul itu, menciptakan riak yang tumbuh menjadi gelombang, yang semakin kuat saat Jojo berusaha melepaskan diri dari kungkungan tubuh Rahul.Akhirnya kejantanan lelaki tua berumur 52 tahun itu berhenti berdenyut
Evan menelan salivanya dia sebenarnya ingin mengucapkan sesuatu yang romantis kepada gadis yang baru saja dia ambil kesuciannya itu. Tapi dia tidak melakukannya. Dia cuma berkata, "kalau begitu selamat malam." Dia menganggukkan kepalanya. Hanya itu yang didapat Vallen. Apa yang dia inginkan tidak menjadi kenyataan tapi dia harus puas dengan itu. Setidaknya untuk saat ini. Vallen mengangguk dan sedikit membungkukkan tubuhnya. Setelah itu, Evan segera mengendarai mobilnya menjauhi Valen yang masih berdiri di depan rumah kost-nya. Valen cuma bisa menghela nafas. Entah kenapa, tapi dia sangat berat saat melihat pria itu meninggalkannya. Walaupun mungkin besok akan ada pertemuan kembali, tapi dia ingin ada kata-kata indah atau kata-kata manis dari pria itu untuknya. "Dia punya istri dan dia sangat mencintai keluarganya. Apa yang bisa aku harapkan?" batin Vallen sambil dengan lunglai membalikkan tubuhnya untuk masuk ke dalam rumah kostnya. Pagi harinyaValen bangun dari tidurnya. Ia t
Evan mengecup Valen dan Valen menyambutnya dengan kecupan yang panas.Valen ingin menghibur pria yang sudah mulai merebut hatinya ini. Dua bibir bertemu. Dua lidah saling taut. Mereka berdua mulai merasakan perasaan bergelora dalam hati mereka berdua. Tapi kemudian Evan membuka matanya, menyadari kalau dia berada di dalam kamarnya. Kamar tidurnya bersama Jojo selama ini, dan bisa saja Jojo akan kembali ke kamar ini dan menemukan dia bersama Valen seperti ini. Karena itu, Evan langsung menarik wajahnya dari wajah Valen. Dia masih bisa melihat kekecewaan di mata Valen karena tindakannya ini. "Panjang ceritanya. Terima kasih," kata Evan. "Aku tidak tahu harus berbuat apa." Valen memeluk Evan lagi. Ia ingin Evan tahu bahwa ia selalu ada untuk Evan."Kamu bisa cerita padaku. Cerita semua masalahmu. Aku akan siap menjadi pendengarmu. Aku tidak ingin kamu mengalami nasib seperti seseorang yang dulu aku sayangi."Evan menarik wajahnya dari wajah Valen. Dia menatap penuh selidik ke arah V
Mendengar kata-kata Valen sebelumnya, Evan sadar kalau memang sesuatu telah terjadi pada dirinya. Evan sadar kalau dia mulai berubah tepat setelah dia tidur dengan Valen. Sebelumnya, ada keinginan yang sangat kuat di pikiran Evan untuk bunuh diri.Setiap detik dia seperti didorong untuk bunuh diri. Sepertinya ada oknum jahat yang terus menanamkan pikiran untuk bunuh diri di hatinya karena dia tidak sanggup lagi dengan kenyataan perselingkuhan yang dilakukan istrinya itu. Tapi dia sadar kalau setelah dia membalas perselingkuhan istrinya, dengan berselingkuh dengan Valen, maka seperti ada sesuatu yang terlepas dari benaknya.Dia tidak lagi berpikiran untuk membunuh diri walaupun dia masih berusaha untuk menyelamatkan pernikahannya dengan Jojo. Melihat wajah Valen yang cantik, melihat kepolosan pikirannya yang memberi diri untuknya supaya dia tidak lagi frustasi dan mengalami nasib yang sama seperti ayahnya, maka saat ini, Evan mulai memikirkan tawaran Valen untuk menjadikan Valen se
Keduanya sempat saling melepaskan diri.Evan menuju ke pintu kamarnya untuk mengunci pintu. Setelah itu, dia balik mendekati Valen.Valen menelan salivanya saat Evan sudah berada dekat sekali dengan tubuhnya.Evan tahu apa yang dia dibutuhkan saat ini. Apa yang jiwanya butuhkan saat ini.Karena itu, dia mulai menjelajahi tubuh Valen dengan tangannya sementara bibirnya mulai mendekati bibir Valen."Aku punya permintaan," bisik Valen sambil menelan salivanya karena hampir tidak mampu menahan pesona Evan yang menghanyutkan dirinya.Valen tidak tahu lagi apa yang terjadi padanya. Apakah dia melakukan ini murni karena rasa kasihannya pada pria beranak dua ini, ataukah karena dia memang berhasrat pada pria bermata teduh ini. Dia tidak tahu yang mana."Apa itu. Katakan padaku dan aku akan melakukan apapun yang kamu mau," bisik Evan sambil menatap mesra ke arah Valen."Di awal, kamu harus memperlakukan aku dengan lembut dan romantis.""Oke.""Terimakasih.""Kamu akan mendapatkannya, sayang."
Valen telah hanyut dan semakin melambung dalam kemesraan yang mencekam jiwanya.Evan mengerti jika wanita di hadapannya ini telah semakin terlena dalam menikmati kebersamaan mereka.Karena itu, karena Evan tidak mau kehilangan momentum, maka tangan kanannya dengan lembut ia gerakkan untuk kembali meremas buah dada itu.Tak henti, Valen mengerang nikmat. Gemas menahan geli yang diwujudkan Evan di tubuhnya. Diremasnya pundak Evan dengan sentuhan yang tidak kalah panas.Evan masih merajalela di bagian dada Valen, membuat gairah Valen semakin melonjak tinggi.Lidah Evan melakukan variasi di pucuk bukit kembar nan ranum ini, kadang menjilat kadang menghisap untuk membuat Valen semakin berhasrat.Jerit dan rintihan Valen sesekali terdengar, melukiskan betapa dia telah hanyut terbawa arus kenikmatan yang mencekam jiwanya.Jeritan dan rintihan itu juga menandakan kalau Valen semakin melambung dalam gairah yang tak bertepi.Evan mengerti kalau gadis cantik ini telah semakin terlena dalam menik