Share

4 Pasrah

Saat ini, Valen dan Evan berada di ruang kerjanya Evan yang pintunya ditutup Valen, sejak awal Valen masuk dalam ruangan ini supaya pembicaraannya dengan Evan, tidak didengar orang.

Saat Valen menyentuh tangan Evan, maka sesuatu mulai terjadi, menjalari tubuh Evan dengan pasti.

Kesepian hatinya pasca mengetahui perselingkuhan istrinya, dan sakit hati yang menumpuk di dadanya membuat dadanya berdesir, saat ada tangan lembut yang menyentuh tangannya.

Sentuhan itu bak mengalirkan aliran listrik yang membuat Evan bereaksi dengan cepat.

Mereka berdua duduk di ruang kerja dengan dipisahkan oleh sebuah meja.

Evan ingin sekali melakukan sesuatu. Tapi, saat dia sadar kalau dia sedang berhadapan dengan guru dari anaknya, maka, dia sempat ragu.

Tapi, karena sentuhan dari ibu guru cantik ini masih terjadi, dan tatapannya seolah menantang keberanian Evan, maka, Evan putuskan untuk bergerak.

Evan langsung berdiri, kemudian membungkuk, mencondongkan wajahnya ke depan, dan mencium lembut bibir ranum Valen.

Saat Valen merasa bibir itu mendekatinya, dia pun menunggu tanpa ada penolakan sama sekali.

Valen menutup matanya saat bibir itu makin mendekatinya, dan meresapinya saat bibir ayah dari muridnya ini menyentuh bibirnya.

Semuanya terasa indah dan nikmat. Valen tidak ingin mengakhiri ini. Dia ingin tahu sampai dimana hal ini akan berlanjut.

Evan tersentak kaget. Tidak menyangka kalau dia akan mendapatkan keleluasaan dari ibu guru cantik yang sejak beberapa hari terakhir ini mulai dia pikirkan itu.

Bahkan semalam, dia terbangun  saat sedang bermimpi sedang mencium Vallen.

Karena itu saat ini dia bertanya, "apakah aku sedang bermimpi?" Tanpa sadar Evan sudah melepaskan bibirnya dari bibir Valen.

Tapi jarak keduanya hanya terpisah beberapa centimeter saja.

Tidak ada satupun di antara mereka berdua yang rela menjauh dari rasa dan kenikmatan yang mereka tahu akan segera mereka rasakan itu.

Vallen membuka matanya. "Ini bukan mimpi."

"Benarkah? Bisakah aku meneruskan ini?"

Valen tersenyum. Meneguk salivanya dan mengangguk.

Evan kembali maju. Valen kembali menutup matanya.

Bibir Evan kembali mencium gadis imut di depannya ini, sementara dia merasa kedua tangan gadis itu sedang memegang kedua lengannya kuat-kuat.

Bibir keduanya kembali menyatu. Saling kecup. Saling hisap dengan penuh rasa.

Valen selalu membalas akan apa yang dilakukan Evan di bibirnya. Dia berharap apa yang dilakukannya ini, bisa memberi kenikmatan bagi Evan, seperti kenikmatan yang dia rasa saat ini.

Valen bersumpah dalam hatinya kalau dia tidak akan menjadi orang yang akan menghentikan apa yang sedang berlangsung saat ini karena dia sangat menginginkan ini.

Ada rasa indah yang Valen rasa, sehingga dia biarkan saat Evan sudah membimbingnya berdiri dan menyandarkan tubuhnya di dinding ruang kerja yang tidak terlalu besar ini.

Evan yang bertubuh jangkung itu, agak membungkuk untuk menyesap bibir sang ibu guru yang hanya memiliki tinggi 155 centimeter itu.

Valen merasakan ujung batangnya Evan yang menekan tubuhnya. Ini cukup baginya untuk merasakan niat dari lelaki ini kepadanya.

Dan dia berjanji dalam hatinya untuk membiarkan Evan melakukan apapun yang Evan inginkan padanya.

"Apa kau yakin tentang ini?" tanya Evan. "Hentikan aku kapan saja kamu mau," bisiknya lagi. Evan bukan tipe pemaksa. Karena itu, dia kembali memastikannya.

Valen bisa mendengar nafas berat di balik suaranya itu. Tapi Valen tahu tidak ada jalan untuk kembali dari titik ini.

Sebagian dari dirinya bersemangat untuk meneruskan ini, sebagian dari dirinya sangat excited untuk melihat kemana arahnya.

Saat ini, pikiran Valen tidak sedang dalam keadaan sehat. Dia tahu kalau hubungan ini bisa merubah hidupnya.

Dia tahu kalau dia akan berkomitmen pada sesuatu yang akan mengubah hidupnya selamanya. Tapi, dia putuskan untuk terus melangkah.

Dia tahu hubungan ini akan beresiko besar bagi dirinya yang bahkan bisa membuat dia dipecat dan pekerjaannya Tetapi dia putuskan untuk terus melangkah.

"Ehmm." Valen memejamkan mata. Terus menikmati apa yang sedang terjadi ini.

Sambil terus saling kecup, Valen terus memikirkan semuanya.

"Apakah hal itu akan menyakitkan? Tidak juga, nampaknya. Tapi aku tidak tahu," pikir Valen.

Selama hidupnya, dia tidak pernah melihat konten ber-rating X di internet dan tidak  pernah melihat akan apa yang dimiliki pria.

Yang jelas, dari pembicaraan teman-temannya semasa SMA dan kuliah, dia dapat kesan kalau, benda itu sangat besar dan bisa menyakitkan. Walaupun juga, bisa memberi kenikmatan.

Valen terus pasrah saat tangan Evan mulai meremas buah dadanya. Sesuatu yang luar biasa enaknya menyeruak, hingga Valen semakin penasaran akan apa yang akan terjadi selanjutnya.

Ciuman dan rabaan semakin dalam dan tanpa sempat dicegah lagi, Evan mulai membuka baju yang dikenakan Valen.

Sejak siang, Jojo tidak berada di rumah. Dan kalau pun Jojo berada di rumah, Evan tidak peduli lagi kalau Jojo marah dan putuskan untuk berpisah.

Kenyataan tentang perselingkuhan yang dilakukan Jojo, membuat Evan tidak takut lagi melakukan ini bersama Valen.

Saat ini, sekali lagi, belum ada larangan yang keluar dari gadis yang baru satu tahun lebih lulus kuliah dan bekerja menjadi guru SD di sekolah elite ini.

Ini membuat Evan semakin berani.

Hanya saja, di balik gairah yang dirasanya, ada rasa gugup di hati Valen. Ini adalah pengalaman yang pertama baginya, karena sejak SMA hingga kuliah, dia berharap cinta dari seorang temannya yang bernama Warren.

Karena seorang Warren, sehingga Vallen selalu menolak banyak cinta yang mencoba mendekat.

Valen yang sebelumnya ingin kuliah teknik, bahkan mengikuti jejak Warren untuk kuliah di bidang pendidikan, demi bisa bersama lelaki itu.

Sayangnya, beberapa hari sebelum lulus kuliah, Warren menyampaikan pengumuman kalau dia sudah pacaran dengan Silvia, anak dekan di tempat kuliah mereka, dan bersama pacarnya itu, mengambil S2 ke China.

Karena itu, Vallen sangat polos, sehingga untuk ciuman pun, ini adalah pertama kali baginya, dan dia baru belajar mencium, setelah dicium duluan oleh Evan.

Sesaat  kemudian, sebelum Vallen sempat menenangkan dirinya dari rasa canggung, karena dirinya berada dalam keadaan tanpa sehelai benang pun, yang merupakan kepolosan pertamanya di depan lelaki, tiba-tiba dia melihat  sesuatu yang besar.

Vallen langsung memalingkan wajahnya. Dia masih merasa aneh saat melihat benda itu.

Saat ini, saat dia masih memalingkan wajahnya, Valen merasa dirinya didorong untuk menuju ke arah sofa panjang di dalam ruangan ini.

Valen menutup matanya. Di antara perasaan ingin menyudahi ini, tapi juga ingin melihat kelanjutannya. Ini membuat dia bingung.

Kakinya direntangkan oleh Evan. Setelah itu, dia merasa Evan mulai menaiki tubuhnya.

"Ya Tuhan." Valen tersentak. Dia merasa ada sesuatu sedang memasuki tubuhnya. Dia teringat akan benda besar yang tadi sempat dia lihat.

Bagi seorang gadis polos, pengalaman ini cukup mengerikan. Tapi, karena rasa suka dan rasa kasihannya akan sosok Evan, sang suami yang diselingkuhi istrinya itu, membuat dia pasrah.

Pasrah untuk menjadi tempat Evan selingkuh. Pasrah untuk menjadi, sarana bagi Evan membalas sakit hati pada Jojo.

Sekalipun begitu, saat benda itu, kembali menerobos liang sempitnya, Valen mengerang. Dia menggigit bibirnya sendiri.

"Kamu baik-baik saja?" bisik Evan.

"Ehmmm."

Valen tidak yakin apa yang terjadi. Tapi dia tahu kalau celah kecilnya sedang diregangkan.

Setelah itu, dia merasa mendapatkan suntikan di daerah keintimannya.

Sesuatu mulai masuk. Tapi nampaknya sesuatu itu mendapatkan kesulitan untuk masuk lebih jauh ke dalam sana.

Vallen penasaran dan melihat ke bawah di antara kedua kakinya, tepat pada saat itulah, dia melihat senjatanya kaum lelaki yang kini mulai masuk, serta menghilang ke dalam dirinya.

"Arrrrghhh. Sakit!" Valen kembali mengerang. Dia betul-betul kesakitan. Dia tidak sedang akting.

"Apa perlu aku hentikan?" tanya Evan.

Saat ini, Valen berada dalam keadaan bimbang. Sejak kecil, dia ingin mempersembahkan miliknya yang paling berharga kepada suaminya.

Tapi, saat ini, entah kenapa, tapi, dia sangat ingin mempersembahkan miliknya itu, kepada Evan, lelaki yang jelas-jelas masih memiliki istri ini.

"Bagaimana?" tanya Evan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status