Share

Sugar Mommy Amatiran
Sugar Mommy Amatiran
Author: 5Lluna

Obat

“Hei, kamu. Mau tidur denganku?” Seorang perempuan cantik bertanya.

“Tentu saja cantik. Dengan senang hati. Siapa namamu?”

“Aju, tapi panggil saja Malaikat,” jawab perempuan cantik itu dengan senyum lebarnya.

Lelaki yang diajak, langsung berdiri dari sofa yang dia duduki dan mendekati perempuan yang menanyainya. Seorang perempuan tinggi dengan rambut hitam panjang yang indah.

“Malaikat ya?” tanya lelaki mabuk itu. “Berarti Angel?”

“Pintar.” Aju membelai pipi pria yang tidak dia kenali itu dan segera menggandengnya pergi.

“Berhenti di sana.” Sayang sekali, seorang perempuan lain datang.

“Maaf teman saya mabuk,” seru perempuan yang baru datang itu dan menarik tangan temannya yang berambut panjang itu.

“Aduh apaan sih. Lepas.” Sayangnya, Aju tidak senang karena mangsanya hilang begitu saja.

“Aju, jangan gila. Kau mabuk, jadi sebaiknya kita pulang saja.” Perempuan dengan rambut pendek itu segera menarik Aju lagi. “Jangan jadi orang bodoh hanya karena diputuskan lelaki.”

“Aku tidak mau.”

Bukannya menurut, tapi Aju malah makin memberontak saja. Dia dengan kesal, meraih lelaki mana pun yang bisa di raih, tapi gagal. Itu membuatnya cemberut ketika mereka akhirnya tiba di tempat parkir klub malam.

“Tunggu di sini, sementara aku menaruh barang-barangmu di bagasi. Aju kau dengar aku?”

“Aku dengar. Tidak perlu berteriak. Manajer kok teriak-teriak sih?” Aju yang mabuk, dengan cepat melambai pada manajernya.

Sayang sekali perempuan tinggi itu terlalu mabuk untuk mendengar. Selagi sang manajer memasukkan beberapa barang ke bagasi mobil, perempuan itu melarikan diri dengan cepat.

“Sekarang kita pulang karena .... Aju?” Sang manajer terhenyak melihat Aju sudah menghilang. “Oh, sialan.”

***

“Hai, baby. Mau tidur denganku?” Untuk yang kesekian kalinya, Aju bertanya pada pria tak dikenal.

“Hei, dia pacarku.” Seorang lelaki lain menghardik.

“Oops, maaf. Aku juga tidak tertarik ditusuk dari belakang.” Perempuan berambut hitam panjang itu pun menggeleng.

Setelah berhasil lolos dari manajernya, Aju segera mencari mangsa. Dia melangkah di antara orang-orang yang sedang menari dan mabuk, bertanya pada setiap lelaki yang menurutnya menarik. Sayang sekali, belum ada yang berhasil dia jebak.

“Sialan sekali.” Perempuan cantik itu berteriak keras. “Kalau seperti ini, bagaimana aku bisa membuktikan pada si brengsek itu kalau aku masih muda dan cantik. Demi apa pun, aku baru dua delapan, sialan.”

Teriakan keras itu, membuat beberapa orang di sekitar Aju menoleh. Sayangnya, perempuan itu sama sekali tidak peduli apa pun. Dia yang sudah mabuk, malah berjalan mundur dan menabrak seseorang.

“Maafkan saya.” Lelaki yang ditabrak malah meminta maaf.

“Hm.” Bukannya meminta maaf, Aju malah membingkai wajah lelaki di depannya dengan jari telunjuk dan jempol kedua tangannya. “Ganteng dan mudah. Siapa namamu?”

“Maaf, Mbak. Saya sedang bekerja.” Lelaki itu menunduk dengan sopan dan sudah hendak pergi.

“Hei, jangan pergi dulu dong.” Aju dengan cepat menarik lelaki tadi dan membaca papan nama yang tersemat kemeja lelaki itu. “Namanya Aiden ya?”

“Ya.” Mau tidak mau lelaki tadi menjawab juga. “Apa kamu perlu bantuan?” Aiden menyipitkan mata untuk melihat wajah perempuan di depannya itu.

“Coba tebak siapa namaku? Kalau berhasil aku akan memberi hadiah yang sangat mahal untukmu.” Perempuan mabuk itu mulai berceloteh tak tentu arah.

“Angelina Julie kan?” Tanpa diduga, lelaki yang katanya pegawai klub malam itu menjawab. “Yang selebriti itu kan?”

Aju menutup mulut dengan kedua tangan dan kedua matanya juga membulat besar. Dia sama sekali tidak menyangka kalau ada orang yang bisa mengenali SEKUTER alias selebriti kurang terkenal sepertinya.

“Luar biasa. Kau hebat,” pekik Aju benar-benar senang.

“Itu hal yang biasa saja.” Aiden tersenyum manis. “Sekarang saya harus kembali bekerja. Saya yakin manajer kamu juga pasti sudah men ....”

Kalimat Aiden terputus karena perempuan cantik di depannya, tiba-tiba menarik tangannya dengan sangat kuat. Mereka berjalan di antara orang-orang yang berjoget dengan penuh semangat, bahkan nyaris berlari.

“Mbak?” Aiden memanggil, tapi sayang yang dipanggil tidak peduli. Setidaknya, sampai mereka berdua tiba di depan logo bertuliskan toilet.

“Sst. Jangan ribut.” Aju menempelkan jari telunjuknya pada bibir Aiden yang terlihat seksi. “Jangan sampai manajerku tahu kita ada di sini.”

Aiden mendengus menahan tawa mendengar itu. Apa yang dilakukan Aju terlihat lucu di matanya, tapi juga berbahaya pada saat yang sama. Perempuan cantik yang mabuk di klub malam, tentu akan mengundang kejahatan.

“Gimana kalau Mbak Angelina saya antar ke mobil?” Aiden mencoba menawarkan bantuan. “Setelah itu, kita bisa memanggil manajer, Mbak.”

“Aku gak mau pulang, sebelum berhasil tidur dengan lelaki tampan.” Tanpa diduga, Aju mengatakan apa yang dia pikirkan dengan jujur. “Aku perlu bukti foto untuk ditunjukkan pada mantanku yang menghina aku perawan tua.”

“Begitu?” Tentu saja lelaki dengan seragam klub itu terlihat bingung.

“Kau mungkin mau tidur denganku?” tanya Aju dengan mata berbinar. “Soalnya kau bahkan sudah tahu namaku dan kau juga cukup tampan, walau mungkin agak muda.”

“Maaf, tapi saya bekerja.” Aiden menolak dengan tegas, bahkan mencoba untuk melepaskan pegangan tangan perempuan di depannya.

“No. No.” Sayangnya, Aju tidak membiarkan itu terjadi. Dia bahkan dengan nekat memeluk lelaki yang tidak dia kenali itu. “Malam ini kau milikku.”

“Maaf, tapi saya benar-benar tidak bisa.” Aiden kembali menggeleng dan berusaha melepas pelukan yang mencekiknya itu.

Namun, bukan Aju namanya kalau dia sampai menyerah. Perempuan tinggi itu malah menaikkan kedua kakinya, memeluk pinggang lelaki muda di depannya dengan erat. Itu jelas saja membuat Aiden dengan refleks harus menyangga tubuh perempuan yang memeluknya seperti koala.

“Mbak, Angelina.” Aiden kembali memanggil dengan nafas yang agak memburu karena beban yang harus dia tanggung.

“Pokoknya, aku tidak akan membiarkanmu lari.” Angelina Julie yang sedang mabuk itu tersenyum lebar.

Perempuan yang katanya selebriti itu, merogoh kantong belakang celananya dan mengeluarkan bungkusan plastik bening. Plastik yang biasa digunakan untuk membungkus obat dan isinya juga adalah obat.

“Tadinya aku mau menggunakan ini untuk diriku sendiri, tapi kurasa aku harus memberimu ini.” Aju tersenyum lebar.

Perempuan mabuk itu, memaksakan sebutir untuk masuk ke mulut Aiden. Sayangnya, lelaki itu menolak dengan mengatupkan bibirnya rapat-rapat.

Sebenarnya atraksi itu akan menarik perhatian banyak orang jika terjadi di tempat ramai, tapi ini adalah klub malam. Tempat banyak orang mabuk, sehingga yang seperti ini masih dianggap biasa.

“Yang benar saja.” Aju mulai kesal, apalagi dia bisa merasakan kalau lelaki di depannya mulai mengendurkan pegangan untuk menahan tubuhnya. “Kalau kau tidak mau, maka aku akan memaksa.”

Aju mengambil minuman seseorang yang baru saja lewat dan meminumnya sampai habis, kemudian memasukkan obat tadi ke mulutnya sendiri. Setelah itu, dia beralih mencium bibir lelaki di depannya. Membuat Aiden tidak sadar melepas kedua tangan yang menyanggah tubuh Aju dan membuka sedikit mulutnya.

“Kena kau.” Aju langsung berteriak riang ketika berhasil memberikan obatnya.

“Obat apa yang kamu berikan?” tanya Aiden mulai panik.

“Obat perangsang,” jawab Aju dengan senyum lebar.

***To be continued***

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status