Share

BAB 3. Tak Sengaja Bertemu

"Mand, hatiku sakit melihatmu hancur tapi aku juga sedikit bahagia. Karena aku sendiri berharap bisa memilikimu seutuhnya. Ingin kujadikan dirimu ratu hatiku, kaulah cinta pertamaku dan sampai saat ini hatiku tak mampu berpaling. Maaf, dulu aku belum berani mengungkapkan cintaku karena aku sadar bahwa saat itu aku masih pengangguran. Rela melepaskan cintaku untuk Arman." Bara memandang pintu ruang kerja Amanda.

"Menatap terus tanpa berkata buat apa, Bro!" Rendy salah satu teman Bara mengejutkan Bara dalam lamunannya.

"Sudah, yuk! balik ke tempat kerja masing - masing." Bara menyembunyikan perasaan hatinya dari Rendy. 

"Jangan mengalihkan terus, kebetulan nih! dia sebentar lagi janda, rebut lagi hati cinta pertamamu, Bro. Masa kamu rela melihatnya disakiti Arman terus." ucapan Rendy berhasil membuat Bara kembali termenung.

"Terimakasih sarannya, segera ke ruang kerjamu. Sebentar lagi kamu harus wawancara calon karyawan yang sudah berdatangan di bawah." Bara mengingatkan tugas Rendy sebagai GA. Rendy berlalu meninggalkan Bara dan Bara kembali ke ruang kerjanya.

Bara mengingat semua kejadian masa lalu saat dia menjadi pengangguran ketika sudah lulus kulyah. Sedangkan Amanda sudah bekerja, begitu pula dengan Arman. Bara tak berani mengungkapkan rasa cintanya karena tak percaya diri dengan kondisinya yang menjadi pengangguran saat itu. Suatu ketika Bara mendapat pekerjaan, dan saat itu juga Amanda menerima lamaran Arman. Hati Bara terasa remuk redam karena cinta tak berpihak padanya. Bara bahkan sengaja menutup hatinya dari wanita manapun, karena hanya nama Amanda yang mampu mengukir hati Bara.

Tok tok tok

"Masuk." suara Bara dari dalam ruang kerjanya. 

Ceklek

Amanda masuk dengan membawa berkas keuangan yang harus ditanda tangani Bara.

"Bar, tolong tanda tangan di sini." Amanda memberikan berkasnya kepada Bara, Bara mulai mengamati hasil kerja Amanda.

"Kusut amat, nanti temani aku makan di kantin Mand." Bara membuka ucapan pada Amanda yang wajahnya terlihat banyak masalah.

"Malas saja, tiap hari ketemu kamu terus, Bar. Bosen." 

"Mand," tiba - tiba Bara memegang tangan Amanda. Amanda hanya diam melihat tangan Bara mengenggam tangannya tanpa mampu berkata.

"Maaf, Mand!" Bara sadar jika dia harus menjaga batasan sebagai seorang sahabat.

Iya, deh! tapi jangan di kantin. Kalau di kedai mie ayam solo di ujung sana, boleh? lama tak makan mie ayam solo semenjak mulai banyak pekerjaan menumpuk seperti ini." Amanda menunjuk arah lokasi kedai solo.

"Siap!" Bara memberikan laporan Amanda dan Amanda segera pergi dari ruangan Bara.

'Duh, kenapa ada perasaan aneh begini pada Bara, dia sahabatku. Tak mungkin kami saling mencintai,' Amanda merasakan getaran aneh. Biasanya tak ada getaran seperti ini ketika bersama Bara. Bara adalah sahabat yang selalu menghibur Amanda di saat hatinya sedang gundah.

'Kenapa aku memegang tangannya? maafkan aku Manda, hatiku tak ingin kau pergi lagi dari hidupku,' Bara mengingat kejadian barusan yang tanpa sadar menggenggam tangan Amanda ketika akan pergi dari ruangannya.

Tepat siang pukul 12.00 semua karyawan sedang beristirahat untuk isoma. Amanda segera merapikan semua pekerjaannya dan bersiap - siap untuk pergi ke kedai mie ayam solo kesukaannya.

"Sudah siap, Mand?" Bara tiba - tiba sudah berada di depan pintu ruangan Amanda saat Manda keluar.

"Kamu mengagetkanku, Bar! aku sudah lapar, kita kesana yuk!" Amanda tanpa sadar menggandengan tangan Bara dan menariknya untuk segera keluar dari tempat kerjanya. Bara menatap tangannya yang ditarik Amanda tanpa berkata sedikitpun.

'Seperti ini saja aku sudah senang, Man,' batin Bara yang mulai berseri - seri.

Amanda dan Bara berjalan melewati trotoar dan tak jauh dari situ sudah terlihat kedai mie ayam solo kesukannya. Bara memesan dua porsi mie ayam dan jus jeruk untuk mereka berdua.

"Mie ayam ini masih favorit sejak pertama kali kerja di sini, Bar!" Amanda menikmati mie ayam yang sudah ada di depannya begitu juga Bara yang mulai memasukkan kuah mie ke dalam mulutnya.

"Rasa tak pernah berubah." tukas Bara, padahal di hatinya berkata lain. Rasa hatinya tak oernah berubah kepada Amanda.

"Iya, karena itu aku lebih suka makan mie di sini, cocok dengan lidahku." Amanda memasukkan lima sendok sambal ke dalam mie ayamnya.

"Man, jangan banyak - banyak. Nanti kamu sakit perut." Bara sedikit protektif pada Amanda. 

"Biasanya juga segini kan, masa lupa kalau temannya ini suka makanan pedas," Manda menyuapkan kembali mie ayam pedas kesukaannya.

"Mand, kalau kamu sering - sering makan sambal dan sakit, nanti bagaimana dengan masalahmu. Apa kamu mampu untuk menyelesaikan di saat sakit?" Bara mengingatkan kembali masalah pelik rumah tangga Amanda.

"Tenang saja, aku kuat kok! semalam aku sudah ditalak sama mas Arman," 

Uhuk uhuk. Bara terbatuk setelah mendengar perkataan Amanda. Sedih dan senang Bara rasakan ketika Amanda sudah ditalak oleh mantan suaminya.

"Santai, Bar! nih minum." Amanda menyodorkan minuman Bara. Bara kemudian meneguknya agar tenggorokannya lebih lega.

"Jadi, kamu sudah ditalak?" Bara meyakinkan lagi ucapan Amanda barusan.

"Iya, tapi aku tetap tinggal di sana sampai iddahku selesai. Tenang saja, aku tinggal di kamar terpisah kok." Amanda kembali menyuapkan mie ke dalam mulutnya tanpa ada beban.

"Apa kamu tak sedih?" 

"Sedih sih, penghianatan lebih menyakitkan daripada masalah ekonomi keluarga. Tapi aku sendiri tidak mau jika harus terpuruk dalam kesedihan." sahut Amanda.

"Kenapa tidak keluar saja, sih! kan lebih aman, kamu juga bisa pakai apartemenku atau bisa juga ke rumah yang akan kamu kontrakan. Usahamu dan penghasilanmu kan besar," dari hati yang terdalam, Bara meminta Amanda untuk segera keluar dari rumah itu.

"Bara, temanku. Hukumnya seperti itu, setelah di talak masih harus menyelesaikan masa iddah, dan setelah masa iddah selesai aku baru boleh keluar." 

"Aku takut saja jika nanti Arman akan memintamu rujuk atau bahkan akan menyakitimu." Bara sebenarnya khawatir dengan keadaan Amanda di rumah Arman. Apalagi Amanda juga tidak pernah akur dengan ibu mertuanya yang serakah dan pelit.

"Kau tahu siapa aku, Bar? tenang saja, aku bisa menghadapi semuanya. Kalau nanti aku disakiti aku bisa mengabari kamu." 

"Tapi,

"Mand, nanti temani aku makan malam sepulang kerja ya, pengen makan spageti." Bara sengaja meminta Amanda menemaninya makan spageti padahal tidak pernah meminta Amanda menemaninya. Malah sebaliknya, Amanda yang selalu meminta Bara menemaninya makan.

"Tenang, tapi anter aku ke salon dulu ya? creambath sebentar," Bara mengacungkan jempolnya pada Amanda. Mereka makan mie ayam sampai seporsi ludes masuk ke perut mereka.

Setelah dari makan siang, mereka berdua kembali ke tempat kerjanya. 

[Rencana makan malam bersama wanita pujaan] status Arman seperti sedang kasmaran muncul di ponsel Amanda.

"Aku akan beri kejutan padamu, Mas! lagian gundikmu sebenarnya tak terlalu cantik. Tapi entahlah, kau bisa mencintai gundikmu." gumam Amanda ketika membaca status Arman.

Sore sepulang kerja, Bara dan Amanda pergi ke salon untuk mengantar Amanda creambath. Bara sengaja menitipkan mobilnya di tempat kerja dan menggunakan mobil Amanda untuk pergi ke salon dan ke restoran.

"Pakai mobilku aja, nanti aku antar pulamg ke rumahmu." Amanda mengajak Bara untuk menggunakan satu mobil.

"Biar aku saja yang bawa mobilmu, besok aku jemput ketika bekerja." sahut Bara yang duduk di kursi kemudi. Tak lama, mobil yang dikendarai mereka sampai di sebuah salon langganan Amanda. Amanda mulai perawatan rambut serta melakukan make up minimalis agar tak terlihat kusam. Rambut terlihat lebih rapi dengan sedikit sentuhan penata rambut.

"Mand, kamu cantik banget." Bara sampai terperangah melihat kecantikan Amanda. Amanda sebenarnya sudah cantik namun dirinya kurang suka sering - sering melakukan perawatan kulit.

"Biasa saja deh, Bar! biasanya juga kayak gini kan?" Amanda segera berlalu meninggalkan Bara yang terpaku dengan penampilan baru Amanda. Rambut sedikit dipotong pendek dengan perubahan menjadi sedikit kriting. Sehingga Amanda terlihat sempurna dari biasanya.

"Mau bengong di situ atau makan?" ucapan Amanda mengejutkan lamunan Bara. Bara segera kembali ke kursi kemudi dan melajukan mobil ke restoran.

"Mand, sepertinya itu mobil Arman," Bara menunjuk sebuah mobil milik Arman yang terparkir di tempat yang sama dengan mobil Amanda.

"Kita beri kejutan yuk! sepertinya lebih cantik aku daripapa gundiknya." Amanda tersenyum licik.

"Ayo kita masuk, nanti jangan menangis ya," Bara mengingatkan Amanda. Mereka berdua memasuki restoran dan memilih duduk yang dekat dengan tempat duduk Arman bersama gundiknya.

"Manda." Arman sampai terpukau melihat kecantikan Amanda dan lupa jika di sebelahnya sedang menahan marah.

"Dia terpukau dengan kecantikanmu, abaikan dia dan nikmati makan ini." Bara membisikkan kata itu ke telinga Amanda membuat Arman semakin cemburu.

"Manda, ini kamu?" Arman malah mendekat ke arah Amanda yang sedang makan.

"Yes, cemburu kan?" batin Amanda yang melihat wajah gundiknya semakin memerah karena marah

"Iya, ada apa Mas?" Amanda pura - pura tak tahu jika Arman juga berada di sana.

"Ih, Mas! cantikan aku dari pada Amanda!" Vera menarik tangan Arman agar segera kembali ke tempat duduknya. Bara dan Amanda tertawa cekikikan melihat tingkah Arman dan Vera.

"Biarin mereka berantem, sebaiknya kita makan." Amanda mengajak Bara untuk memakan pesanannya.

'Rasa sakit yang pernah kurasakan saat kamu merebut Amanda dariku, Arman." batin Bara ketika melihat Arman yang sakit hati melihat Amanda bersama Bara, apalagi penampilannya sudah lebih cantik dari pada sebelumnya.

"Sudah, ayo pergi!" Vera menarik tangan Arman gara menjauh dari Amanda dan Bara. Kedua mata Arman terus saja memandang Amanda yang semakin cantik dari sebelumnya

Komen (1)
goodnovel comment avatar
Rieca Chandra
Ndak salah kok jatuh cinta sama sahabat. Wuihh mentang2 tmn manggilnya nama bkn jabatan ato boss
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status