Share

BAB 2. Talak

Sore hari sepulang kerja, Vera dan Arman sengaja bertemu untuk pulang bersama ke rumah  Arman untuk bertemu dengan bu Ratna.

 Tok tok tok

 Suara ketukan pintu dari depan. Saat Amanda membuka pintu, kedua mata Amanda  terbelalak saat melihat suaminya  bersama sekretaris pribadi bosnya bergandengan manja. 

 "Mas, apa yang kamu lakukan dengan Vera seperti ini?" tanya Amanda yang hatinya mulai memanas ketika melihat kemesraan suaminya bersama wanita lain.

 "Kenapa, kamu tidak suka? Lagian aku sama Mas Arman udah punya hubungan sejak lama kok dan Mas Arman mau menikahiku." Vera bergelayut di lengan Arman. Terlihat wajah tak bersalah dari Arman.

 "Amanda, hari ini dan detik ini aku talak kamu dengan talak tiga. Saat ini juga, silahkan keluar dari rumah ini!" ucapan Arman membuat pertahanan Amanda runtuh. Seketika itu air mata tak bisa dibendung lagi.

 "Salahku apa Mas? Kenapa kamu malah berhubungan dengan Vera padahal kamu adalah suamiku?" Amanda berusaha sekuat mungkin untuk tak terlihat runtuh di depan  Arman, namun lagi - lagi Vera mencoba mengalihkan pandangan Arman dari Amanda.

 "Salahmu adalah kamu sudah tidak menarik lagi Amanda dan aku akan menikahi Vera setelah kamu pergi dari rumah ini." Tanpa ada rasa bersalah sedikitpun, ucapan  Arman terlontar begitu saja tanpa rasa bersalah sedikitpun pada Amanda.

 "Maaf Mas, aku tidak bisa keluar dari rumah ini sebelum masa iddahku selesai. Aku terima talak darimu dan kamu bisa menikahi Vera setelah massa iddahku selesai." jawab Amanda  berusaha tegar walau hati runtuh.

 "Baiklah, kamu bisa lakukan sesukamu di Rumah ini sampai masa Iddahmu selesai. Selesai masa Iddahmu, silahkan pergi dari rumah ini." ucap Arman seraya berlalu meninggalkan Amanda yang diam terpaku di ruang tamu.

Amanda melenggangkan kaki memasuki kamar dan mengambil semua barang - barang pribadinya untuk di pindahkan ke kamar sebelah. Sebenarnya Amanda sudah tahu perselingkuhan Arman dengan Vera sejak foto itu tersebar dan video Arman sedang tidur satu selimut. Hanya saja dirinya tak ingin membongkarnya. Amanda hanya ingin Arman sendiri yang menunjukkannya sendiri bukti perselingkuhannya. 

 Sebelum Amanda menikah dengan Arman, sebenarnya Amanda sudah memiliki bisnis sendiri yang tidak tunjukkan kepada siapapun. Bahkan ke Armanpun, Amanda tidak memberitahukannya. Semua dia lakukan supaya semua tulus ikhlas menerimanya apa adanya. 

 "Biarkan aku dipandang sebelah mata hanya sebagai seorang karyawan sebuah perusahaan. Padahal di balik itu aku memiliki saham di beberapa perusahaan dan memiliki butik kecil di sebuah lokasi strategis. Semua aku handle tanpa sepengetahuan Mas Arman. Butik aku atas namakan adikku. Sehingga setiap penghasilan ditranfer oleh adikku ke rekeningku," Amanda meletakkan beberapa rekening tabungan ke kotak pribadinya.

 Keesokan harinya, sengaja Amanda tidak melayani Arman seperti biasanya. Amanda hanya membuat sarapan sendiri sebelum berangkat kerja. Tak  dihiraukannya Arman yang tiba - tiba duduk di meja makan.

 "Mana sarapanku Amanda, kenapa kamu buat sarapan untukmu sendiri?" tanya Arman saat melihat Amanda sedang sarapan sendiri di ruang makan. Amanda tersenyum kecut saat melihat Arman yang tiba - tiba meminta untuk dilayani.

 "Maaf, mas! karena aku sudah kamu talak, jadinya sudah bukan menjadi hakku melayani kamu. Silahkan kamu lakukan sendiri, aku di sini hanya sampai massa iddahku selesai?" Amanda menjawab pertanyaan Arman yang masih diam terpaku di meja makan.

"Tapi, kan kamu yang biasanya menyiapkan semuanya termasuk sarapan." Arman sepertinya lupa dengan ucapan talak yang dia berikan pada Amanda.

 "Karena kamu sudah punya calon, istri sebaiknya kamu minta jatah sarapan tuh sama calon istri kamu, kan dari dulu sejak kalian berhubungan, Mas Arman pasti  memberi lebih banyak  jatah bulanan sama Vera, iya kan? Oh ya Mas, jangan kebanyakan melongo gitu dong, nanti kesambet lagi. Sudah aku berangkat dulu!" Amanda berdiri mengambil tas dan melenggang pergi kerja tanpa memperdulikan Arman yang tengah kelaparan di meja makan.

 "Man, Manda!" Teriakan Arman dari dalam ruang makan membuat Amanda berbalik ke arahnya.

 "Apalagi sih Mas, Aku mau berangkat kerja udah telat!" Amanda semakin kesal dengan sikap Arman mantan suaminya.

 "Jangan sombong begitu kamu, baru jadi karyawan swasta dengan jabatan rendah saja belagu!" ucapan ketus Arman membuat Amanda sangat muak dengannya.

 "Aku belagu, halo mas! Aku karyawan biasa, tetapi setidaknya kelakuanku lebih baik daripada kamu, sudah aku tidak mau debat sama kamu ya, aku sudah menerima talak dari kamu dan aku juga sudah ngijinin kamu dengan si Vera. Oh ya lupa, kalau kalian menikah jangan lupa undang aku ya? Aku juga pengen liat mantan suamiku menikah dengan sekretaris bosnya, by Mas," Amanda melangkahkan kaki ke mobilnya untuk pergi bekerja. 

 Amanda merasa sesak setiap kali bicara dengan Arman. Karena sudah tidak menarik dia menceraikannya. 

"Oke, mas kita mulai permainan ini. Aku akan memberikan kejutan buatmu nanti setelah kamu menikah dengan Vera. Akan aku buka semua kedok Vera agar kamu menyesal telah menyakitiku." gumam Amanda dalam perjalan ke tempat kerjanya. Senyum licik Amanda tersungging  untuk merencanakan sesuatu. 

"Jangan harap  ingin aku kembali padamu. Kau sudah membuangku dan aku juga tak sudi jika kembali padamu." gumam Amanda sendirian di dalam mobil.

"Vera, jangan harap aku bodoh seperti Mas Arman yang mudah kau tipu." Amanda mengusap kasar air mata yang lolos begitu saja.

Cieeettt

Amanda menghentikan mobilnya mendadak ketika dirinya hampir saja menabrak sebuah gerobak yang didorong oleh pemiliknya.

"Astaghfirullah"

"Astaghfirullah." tak hentinya Amanda mengucap kata istighfar atas kelalaiannya yang hampir menabrak seseorang. Untung saja dia segera mengerem mobilnya sehingga tak terjadi kecelakaan.

"Aku harus fokus! lupakan dia yang sudah menyakitimu." Amanda menguatkan dirinya sendiri agar tidak terlalu kalut dengan semua masalah yang menimpanya.

Amanda kemudian melajukan kembali mobilnya menuju ke tempat kerja. Sesampai di sana terlihat beberapa orang menatapnya dengan tatapan kasihan.

"Man, yang sabar ya!" seorang rekan kerja wanita menepuk pundak Amanda. Amanda tak mengerti dengan semua sikap rekan kerjanya.

"Man, ada nomor tak dikenal yang menyebarkan Arman serta wanita lain sedang tidur satu selimut di sebuah hotel, kamu yang sabar ya?" Rini menepuk pundak Amanda. Rini rekan kerja Amanda ikut menenangkan kegundahan Amanda.

"Rin, santai deh! aku sudah tahu semuanya dan kamu bisa lihat aku! I'm fine, baby." Amanda menunjukkan rasa tenangnya ketika berada di depan teman - temannya.

"Yakin?" 

"Sangat yakin,l." Amanda tersenyum menatap Rini.

"Mand, hampir telat kamu. Tumben?" Bara mendekati Amanda yang sedang pura - pura tenang meski hati yang terdalam sangat rapuh. Bara adalah lelaki yang sangat mengetahui sifat asli Amanda. Wanita mandiri namun terkadang pura - pura tegar dengan masalah yang menimpanya.

"Macet, Bar!" Amanda menjawab sekenanya seraya berlalu menuju ke meja kerjanya. Amanda bekerja sebagai staff akuntan di sebuah perusahaan swasta.

"Ah, kamu tetap Amandaku! sahabatku dan temanku, aku tahu jika hatimu sedang..

"Stop, Bar! jangan mulai lagi dengan membuka masalah rumah tanggaku. Biarkan mengalir mengikuti takdir, aku siap dengan semuanya." Amanda memotong ucapan Bara ketika mengetahui isi hatinya yang terdalam.

"Oke, santai saja Amanda dan aku minta maaf padamu." Bara pergi meninggalkan ruang kerja Amanda.

"Mand, andai kau tahu. Aku juga sakit melihatmu seperti ini." batin Bara ketika berjalan menuju ke ruang kerjanya yang bekerja sebagai manajer.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status