Dari hari kehari Cafe milik Bara semakin ramai. Bukan hanya mahasiswa namun beberapa orang yang bekerja di perusahaan sering mengadakan pertemuan dengan klien di cafe milik Bara. Omset meningkat tajam, ditambah lagi dukungan Amanda dengan membantu mempromosikan Cafe Bara ke beberapa temannya.Bahkan Amanda merekomendasikan teman - temannya untuk menggunakan Cafe Bara sebagai tempat nongkrong paling asik. Amanda juga meminta bantuan kepada Adi untuk membantunya mempromosikan Cafe milik Bara. "Mand, alhamdulillah omset naik drastis. Terimakasih sudah bantu aku." Bara duduk di sampinh Amanda da memberikan segelas es kopi padanya. "Alhamdulillah, sekarang kamu jadi bos. Semoga bentar lagi kamu bisa buka cabang yang lain.""Amin." sahut Amanda. Rani senyum - senyum sendiri ketika melihat Bara berduaan dengan Amanda. Bu Maya sudah mempekerjakan seseorang yang membantunya untuk menyiapkan menu. Rani sengaja tidak melanjutkan kuliah dulu karena sibuk ikut mengurus Cafe milik Kakaknya. Dita
Cafe buka seperti biasa, Bara, Rani dan Bu Maya menyiapkan semua menu yang akan dijual pagi ini. Bara menyimpan semua kegundahan hatinya tadi malam. Hari ini hari minggu jadi Cafe buka satu jam lebih pagi dari biasanya. "Hai, aku mau pesan menu ini." seorang wanita yang semalam datang lebih pagi untuk memesan makanan. Bara sengaja mengindari tatapan wanita itu dan beralih menyiapkan semua yang dipesan oleh wanita itu."Kenalkan, aku Reva." Reva mengulurkan tangannya pada Bara dan Bara terpaksa bersalaman dengan Reva. "Aku Bara." Bara terlihat biasa saja dengan Reva, namun berbeda dengan Reva. Rani tidak suka cara Reva menatap Abangnya. Rani menggantikan Bara di meja kasir dan Bara gegas ke belakang untuk mempersiapkan menu. Reva duduk di meja yang dekat dengan jendela sembari melihat arus lalu lintas. Seseorang tiba - tiba datang menghampirinya sembari membawa amplop untuk Reva."Ini surat cerai kita." Reva tak terkejut dengan kedatangan suaminya yang menggugat cerai Reva. Reva han
Reva yang sudah berada di luar masuk lagi ke dalam Butik Amanda. Kejahilan untuk membuat Amanda cemburu belum membuatnya puas. Kebetulan sekali di tas Reva ada dua buah cokelat merk ternama. "Oh ya, Mand." Amanda gemas sekali ketika Reva ternyata belum pulang dan kembali masuk ke dalam Butiknya. "Ada apa lagi?" Amanda sedikit berkisap ketus pada Reva dan membuat Reva semakin ingin menjahilinya. "Aku suka membahas soal Bara, apalagi bercerita denganmu." Amanda dengan malas mendengarkan Reva bercerita mengenai Bara. Amanda berharap ocehan Reva segera selesai namun ternyata semakin panjang. Hampir satu jam Reva bicara membahas soal Bara. Reva tahu jika Amanda makin sebal dengan ceritanya namun bagaimana lagi, ini memang tujuan Reva. "Ini bibir apa gak keluar busa ya." batin Amanda. "Mand, titip cokelat ini buat Bara ya." Reva mengulurkan dua buah cokelat padanya. Amanda terpaksa memenuhi permintaan Reva. "Huft selesai juga radio rusak." gumam Amanda. "Apa Mand? mau dengerin lagi
Amanda terpaksa mengantarkan cokelat pada Bara meski hatinya sebal sekali pada Reva. Bara melihat mobil Amanda masuk ke parkiran Cafe Bara. Bara mulai bersandiwara cuek padanya. Kebetulan Cafe sudah tutup jadi tidak ada pengunjung. Terlihat Rani dan Bu Maya sedang merapikan kursi yang sempat berantakan."Bar, ada titipan dari Reva." Amanda memberikan cokelat titipan Reva pada Bara, Bara menerimanya dan memakannya tanpa melihat perasaan Amanda. Bara terlihat sangat menikmati cokelat pemberian Reva padanya. "Kalian beneran punya hubungan?" Amanda ingin tahu yang sebenarnya namun Bara tetap asik dengan memakan cokelat pemberian Reva."Mau?" Bara memberi sebuah cokelat untuk Amanda namun tidak tertarik sedikitpun. Amanda justru semakin benci ketika cokelat itu dimakan oleh Bara.Bara tetap melanjutkan makan cokelatnya hingga membuat Amanda bete dicueki Bara. Amanda memilih pergi namun Bara mencekal tangannya."Ada apa, Mand?""Kamu yang kenapa? dari kemarin kamu cueki aku, apa karena sud
Sore ini Faris sengaja menunggu Amanda di lobi tempat kerja Amanda. Faris sudah lama ingin bicara berdua dengan Amanda. Amanda sedikit gugup saat bertemu dengan Faris. Khawatir jika akan menyakiti perasannya."Kak Faris." Faris berbalik dan tersenyum melihat Amanda di depannya."Amanda." "Ada perlu apa, Kak?" "Hanya ingin bertemu saja denganmu." Faris dan Amanda berjalan ke Cafe tepat di sebelah tempat kerja Amanda."Mand, apakah kamu mencintai Bara?" Amanda terkesiap dengan pertanyaan Faris. Antara menjawab jujur atau tidak."Kenapa Kak Faris bertanya seperti itu?""Kakak mengerti apa yang kamu pikirkan, kamu menyukai Bara kan? Kakak mengerti kok, cinta memang tak bisa dipaksakan." Faris mencoba untuk tegar meski hatinya sedang goyah."Iya, Kak. Maafkan Amanda sudah membuat Kakak terluka." Faris hanya tersenyum melihat Amanda tidak berani menatapnya. Faris sadar jika dirinya tidak bisa bersikap egois apalagi sakit yang dideritanya. Faris merasa tidak akan sanggup untuk menjaganya
Amanda kecewa dengan apa yang diucapkan Bara. Sikap Bara berubah sangat membencinya. Amanda kembali pulang merebahkan bobot tubuhnya di ranjang miliknya dan berderai air mata."Bar, kenapa kamu begini?" Amanda sengaja hari ini tidak bekerja karena kondisinya yang terlalu lelah. Amanda memutuskan untuk istirahat penuh demi menjaga kesehatannya.Tok tok tokAmanda membuka pintu kamarnya dan Adi berada di depan pintu sembari membawa susu hangat untuk Amanda."Kakak tidak bekerja?""Kakak lelah, Di. Kakak izin dulu hari ini." Adi masuk ke kamar Amanda dan duduk di kursi yang ada di kamar Amanda."Apa tidak sebaiknya Kakak resign dari pekerjaan Kakak? Adi lihat Kakak sering capek. Bisnis Kakak juga sudah meningkat drastis." Amanda berpikir sejenak. Ada benarnya apa yang diucapkan Adi. Dirinya bisa fokus mengembangkan bisnisnya."Jika Kakak resign, Kakak ingin tinggal di kampung, Di." "Kenapa? apa karena Bang Bara?""Bukan, Kakak hanya rindu suasana kampung." Adi menyetujui permintaan Ama
Pagi ini Amanda bersiap ke tempat kerja untuk mengajukan pengurunduran dirinya. Semalaman Amanda mencerna keputusan yang sudah dia ambil. Rencana fokus menjalani bisnis Butiknya yang semakin meningkat. Amanda melajukan mobilnya dengan kecepatan sedang ke tempat kerjanya. Amanda berharap mengundurkan diri dan berlibur ke kampung adalah sesuatu yang dia inginkan saat ini. Usai mengajukan pengunduran diri, Amanda segera menuju ke salon milik Reva. Tak lupa, Amanda mampir sebentar ke gerai membeli kue untuk Reva. Sampai di salon milik Reva, Amanda segera masuk ke salon dan terlihat Reva sedang melihat laporan di tempat kasir. "Reva." "Hai, Amanda. Yuk ikut aku." Reva membawa Amanda menuju ke ruang perawatan yang paling bagus. "Mm Reva, lebih baik ke ruang perawatan yang biasa saja." Amanda berusaha menolak secara halus "Apa itu kue untukku?" Amanda mengangguk dan memberikan kue itu kepada Reva. Selanjutnya Amanda menuju ke ruang yanh sudah disiapkan Reva untuknya. Beberapa ahli tera
Usai shalat subuh, Amanda membantu sang Ibu memasak di dapur. Amanda merasa semua masalah yang dia hadapi hilang dan memudar seiring rasa bahagianya bisa tinggal bersama kedua orang tuanya tanpa banyaknya masalah yang datang."Setidaknya aku disini sedikit lebih tenang." gumam Amanda."Nduk, ikut Ayah ke sungai yuk! menangkap ikan segar untuk makan siang nanti. Kamu apa tidak rindu dengan suasana mencari ikan di sungai?" Amanda langsung mengiyakan ajakan Ayahnya. Sudah lama sekali tidak main di sungai.Amanda dan Pak Lukman berjalan menyusuri jalan setapak untuk menuju ke sungai. Melewati lahan sawah yang hijau dan ada sebagian sawah yang menguning karena padi siap di panen."Kak Manda." Asep salah satu pemuda di kampung menyapa Amanda. "Asep, bagaimana kabarmu? wah dapat ikan banyak ya." Amanda melihat Asep membawa ikan hasil tangkapan di sungai."Iya, Alhamdulillah bisa buat lauk, Neng. Neng Manda mau kemana?""Mau ikut Ayah ke sungai mencari ikan sama kayak kamu, Sep.""Wah, Kak M