Home / Rumah Tangga / Sultan Dianggap Upik Abu / Bab. 7 Pertengkaran Yusuf vs Santi

Share

Bab. 7 Pertengkaran Yusuf vs Santi

Author: Pena Merah
last update Huling Na-update: 2023-12-02 16:42:14

"Mas Yusuf dikirim ke Kalimantan untuk mengurus sesuatu pak," jawab Melinda.

"Astaga istri lagi hamil muda kok ditinggalin begitu aja. Tapi bagus deh kalau dia mau tetap pulang itu artinya dia lelaki yang bertanggung jawab dan cekatan," ucap bapak Kusuma kemudian.

***

Setelah dua jam berlalu, ponsel Melinda kembali berdering. Terpampang jelas nama Mas Yusuf dilayar.

Dia hanya mengirim pesan untuk menanyakan alamat tempat Melinda dan keluarganya menginap.

Gegas Melinda menjawab dan menshareloc kepada suaminya. Tak perlu menunggu lama, hanya setengah jam Yusuf telah tiba dihotel karna memang jarak antara bandara dan hotel cukup dekat.

Yusuf langsung menemui keluarga Melinda. Dia juga minta maaf kepada istri dan mertuanya untuk perihal perlakukan keluarganya.

"Sudah lah gak papa kok, Suf. Bukan salah kamu juga. Hanya saja bapak ingin mengingatkan janji mu dulu saat meminta Melin menjadi istrimu, kamu tak akan pernah lupa dengan janjimu itukan?" jawab pak Kusuma mencoba mengingatkan peran Yusuf sebagai suami.

Yusuf mengaguk pasti, "Aku akan selalu ingat janji ku pak. Aku akan selalu membahagiakan Melinda, nanti juga akan menegur mbak Santi dan mas Riko agar tak bersikap begitu lagi kepada istriku,"

"Memang harusnya begitu. Mereka tak boleh berlaku seenaknya kepada putri kami," timpal ibu Marisha.

"Kalau begitu bagaimana kalau kita pulang kerumah orangtua saya saja, pak, bu? Biar menginap dirumah sekalian menunggu mama dan papa pulang umrah," ucap Yusuf lagi.

"Bagaimana dengan kakak mu itu?" sindir pak Kusuma.

"Kalau masalah mereka ada saya pak. Saya akan selalu menjadi garda terdepan untuk Melinda," balas Yusuf mencoba meyakinkan.

"Hm baiklah kalau begitu. Yaudah kita pulang sekarang saja," jawab bapak Kusuma.

Karna Yusuf tak membawa mobil jadi mereka pulang bersama di sopirkan oleh pak Wowo.

"Boleh saya bertanya sesuatu mas?" tanya pak Wowo kepada Yusuf saat diperjalanan pulang.

"Tanya apa pak?" ucap Yusuf. Meski Yusuf baru menjadi anggota keluarga Melinda tapi Yusuf dan pak Wowo sudah lama kenal, karna sering bertemu di kampus saat mengantar jemput Melinda.

"Ahh gak jadi deh mas,"

"Loh kok begitu pak? Tanya aja apa yang mengganjal dipikiran pak Wowo,"

Karna tak enak pak Wowo tak jadi bertanya kepada Yusuf. Dan tepat saat itu mereka juga tiba di kediaman keluarga Yusuf. Pak Wowo langsung memarkirkan mobil mereka di halaman rumah. Kebetulan pagar rumah juga sudah terbuka.

Yusuf langsung mengajak keluarga Melinda masuk ke dalam. Baru saja menginjak teras, sudah ada mbak Santi berdiri didepan pintu sambil tangan bersilang didada.

"Loh kenapa balik lagi kemari? Katanya tadi mau menginap dihotel? Gak mampu buat sewa kamar hotel ya?" sindir mbak Santi.

"Jaga ucapan mu ya mbak!" jawab Yusuf saat telah selesai menerima telponnya. Tadi dia pamit sebentar untuk menjawab panggilan dari bosnya.

"Loh Yusuf? Kapan kamu pulang? Kenapa sudah ada dirumah?" tanya mbak Santi gelagapan.

"Kenapa jika aku sudah pulang mbak? Bukan kah ini rumah ku juga? Kenapa jadi gugup begitu?" geram Yusuf melihat tingkah kakaknya.

Mbak Santi menarik nafas panjang, ia mencoba menutupi kegugupannya, "Hmm, ya gak papa sih. Hanya saja kok kamu jadi begini, biasanya kan kamu sangat disiplin dengan pekerjaanmu. Apakah Melinda yang telah menyuruhmu pulang?"

"Mamangnya kenapa kamu Melinda yang menyuruhku pulang? Bukan kah dia istriku?" tanya Yusuf memicingkan matanya kepada mbak Santi.

Mbak Santi mengaguk, "Tuh kan sudah bisa ditebak kalau dia yang menyuruhmu untuk pulang. Jadi istri kok bisa nya cuman nyusahin saja,"

"Jaga ucapan mu Santi. Kami memang terlihat kampungan begini, tapi soal tata krama kami lebih baik dari dirimu. Kamu sudah keterlaluan!" ucap bu Marisha geram menunjuk wajah mbak Santi.

"Sudah ya bu gak usah diladeni. Lebih baik bapak dan ibu istirahat saja. Mel antarin ibu dan bapak ke kamar tamu ya," ucap Yusuf menengahi.

Melinda hanya mengaguk, dia kemudian menuntun kedua orangtua untuk beristirahat ke kamar tamu. Sedangkan Santi dan Yusuf terlibat cekcok dirumah tengah.

"Kamu itu jangan mau diperlakukan seenaknya sama perempuan kampungan itu. Dia hanya berpura-pura baik sama kamu. Dia dan keluarganya itu akan menjadi parasit untuk mu kelak. Tuh lihat baju mereka kampungan betul, masa di kota hanya mengenakan daster. Sangat tak selevel dengan keluarga kita. Kita beda kasta, Yusuf!" teriak Santi kepada adiknya.

"Apaan sih mbak? Apanya juga yabg tak selevel dan beda kasta?" Yusuf menyerngit heran mendengar ocehan Santi.

"Ya jelas sangat berbeda lah Suf. Dia itu hanya perempuan upik abu yang kamu pungut menjadi sultan, tuh lihat dasternya warnya kusam banget. Mbak yakin dia hanya akan memanfaatkan mu kelak. Harusnya kamu cari istri seperti Dina, dia itu perempuan karier. Tampilan juga bikin segar mata gak kayak istrimu burik amat. Sungguh beruntung si Yuda bisa punya istri seperti Dina,"

"CUKUP MBAK! Jangan hina istriku lagi, dia pilihan ku jadi mbak gak usah ikut campur!" bentak Yusuf kepada Santi.

"Halah kamu ini dibilangin makin nyolot aja. Cantikan juga Alika mantan pacar mu dulu kok bisanya kepincut sama si Melin upik abu itu? Kamu itu seorang maneger perusahaan besar juga lulusan sarjana bisa kepincut upik abu yang hobby nya cuman dasteran gak bisa dandan!"

"Aku bilang berhenti mbak! Jangan menghina istriku lagi. Melinda juga cantik dan cerdas. Aku ingatkan jangan lagi berlaku seenaknya kepada istriku!" ancam Yusuf kepada Santi.

Santi melongos menatap Yusuf, "Mbak hanya minta tolong sama dia buat bantu-bantu dirumah karna bik Ramlah lagi sakit. Emang dianya aja gak tau diri, udah numpang manja lagi. Begiu lah orang kaya baru, dari upik abu dipungut jadi sultan. Jadi ngelunjakkan dianya,"

Sakit, sungguh sakit yang dirasakan oleh Melinda saat mendengar hinaan kakak iparnya. Tapi ia mencoba menerima segalanya karna cintanya yang begitu besar kepada Yusuf. Niat nya tadi Melinda ingin kembali ke kamarnya tapi ketika sampai di ambang pintu ia mendengar pertengkaran antara kakak ipar dengan suaminya.

"Gak usah memburukkan Melinda didepan ku mbak. Karna aku lebih percaya sama dia ketimbang mbak. Emang Melin punya salah apa sih sama mbak?" suara Yusuf terdengar sangat geram.

Bersambung...

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 102

    Keluarga Yusuf turun dari mobil. Mereka berdecak kagum saat melihat dekorasi pernikahan Melinda kali ini. Sangat berbeda saat pernikahannya dengan Yusuf.Hati Santi berdenyut nyeri kembali, ketika awal mula dia merendahkan Melinda. Hanya karna memakai daster dan menggelar pernikahan dengan sederhana. Dia lalu memperlakukan Melinda seperti Upik Abu yang ternyata adalah seorang Sultan.Mereka langsung mengisi buku tamu, bahkan terpampang banyak papan ucapan dan buket bunga membuat mereka semakin kagum.Saat melihat dekorasi yang begitu bagus, kepala Dina langsung travelling. Dia menduga-duga berapa biaya yang sudah dihabiskan oleh Rio dan Melinda untuk dekorasi ini. Sungguh dia merasa lucu karna sempat ingin bersaing kekayaan dengan Melinda dulu.Mata Yusuf melirik ke sebuah foto besar yang di sebut foto prewedding. Foto itu sepertinya diambil di sebuah pantai. Tiba-tiba Yusuf teringat saat dia menelantarkan mantan istrinya itu."Lihat itu!" bisik Dina pada Yuda. Yuda langsung melirik k

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 101

    Kolega dan rekan bisnis juga datang berganti, mereka tak sabar ingin mengucapkan selamat kepada Melinda dan Rio.Sakti juga menjadi tamu terhormat disana, sebab dia salah satu pengusaha muda yang sukses. Banyak kaum hawa yang ingin mendekatinya."Samperin! Lamar!" ucap Rio kepada Sakti, sedangkan Melinda sedang berganti pakaian untuk melanjutkan sesi resepsi."Kamu ngomong sama aku?" tanya Sakti seraya menunjuk ke arah hidungnya."Bukan! Sama bujang tua yang gak laku!" ketus Rio membuat Sakti semakin melotot."Mentang-mentang sudah laku. Hemm, ingat! Apa yang kamu dapat sekarang juga ikut andil diriku!" angkuh Sakti seraya menyilangkan kedua tangannya di dada."Haha, sumpah idemu gak guna, Bro! Yang ada, aku seperti ABG labil!" kekeh Rio membuat Sakti menyatukan kedua alisnya."Aku berhasil karna cara ku sendiri, Sakti. Perempuan itu susah di tebak maunya. Makanya ku paksa saja!" ucap Rio masih tertawa bangga."Dipaksa? Yang ada dia ilfeel!""Jangan banyak mikir, sana buruan samperin!

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 100

    Melinda sedang di rias oleh tim MUA, Marisha dan Maida pun begitu. Di bagian dapur juga hidangan sudah siap. Dan di depan meja sudah tertata rapi. Hampir sembilan puluh persen semuanya selesai, hanya menunggu kedatangan pengantin laki-lakinya saja lagi."Done!" ucap Sesea yang merias wajah Melinda."Cantik sekali kamu!" kata Sesea tersenyum bangga dengan hasil karyanya menyulap wajah Melinda menjadi makin cantik.Asistennya pun ikut tersenyum melihat bos nya sudah selesai berkarya.Maida juga tersenyum puas saat melihat Melinda yang memang benaran sangat cantik sekali. Riasan Melinda memang sangat berbeda dari biasanya. Dia terlihat sangat natural dan cantik. Maklum saja yang meriasnya adalah perias para kalangan artis. Tarif jasa untuk merekuitnya pun cukup mahal. Tapi tidak untuk Melinda dan Rio. Mereka hanya menggunakan uang saku sehari saja untuk meminta jasa Sesea.Jam sudah menunjukkan pukul delapan pagi, dan Melinda sudah siap dengan kebaya putih dengan dandanan adat Sunda. Ba

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 99

    Resa keluar kamarnya setelah selesai mandi, dia menuju kamar Rio. Perlahan tangan nya mengetuk pintu, namun hingga ketukan pintu yang kesekian kali tak ada jawaban juga.Resa meraih hendle pintu dan membuka pintu kamar. Nampak di dalam kamar masih gelap dan tidak ada aktivitas apapun. Itu menandakan sang penghuni kamar masih terlelap.Sebuah selimut tebal masih teronggok di atas kasur. Resa meraba selimut itu dan menyingkapnya sedikit.Sang cucu tercinta yang akan melaksanakan akad nikah hari ini, ternyata masih terbuai dalam alam mimpi. Resa tersenyum seraya menatap wajah tenang Rio yang masih menutup mata dengan sempurna."Hari ini kamu mau menikah, padahal baru kemarin rasanya Oma menggendongmu," ucapnya pelan seraya tangan Resa membelai wajah Rio.Rio tiba-tiba membuka mata dan terkejut saat mendapati neneknya sudah duduk di sampingnya."Oma?" ucap Rio seraya mengerjapkan mata, terlihat Resa tersenyum ke arahnya. Sejak dulu, Rio memang jarang menyusahkannya. Berbeda dengan Reza.

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 98

    Hari ini Rio dan Melinda melakukan foto prewedding di pantai. Mereka sudah menginap sejak semalam. Dan pagi ini sebelum matahari menampakkan sinarnya. Melinda sudah siap di dandani oleh tim MUA.Sesi foto pertama, Melinda mengenakan dress berwarna maron hingga menyentuh mata kakinya. Dengan meneteng topi e di tangannya. Sedangkan Rio mengenakan baju dan celena pendek yang senada dengan baju Melinda. Mereka menggunakan latar hamparan laut yang luas. Dan berpose menghadap ke arah matahari terbit.Kemudian di sesi berikutnya, Melinda mengenakan gaun pernikahan warna gold dan Rio mengenakan kemeja putih dibalut dengan toxido hitam. Kesan mewah dari baju mereka begitu terlihat.Fotografer yang mereka sewa juga berkerja keras dengan totalitas. Berbagai pose dilakukan, bahkan sang fotografer harus tiduran untuk mendapatkan foto terbaik.Pose terbaik adalah saat Melinda dan Rio berada di balik karang yang di hantam oleh ombak, dan airnya menyiprat seperti air terjun. Mereka berpose sangat bag

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 97

    Rio berjalan sembari berkari dari parkiran. Sebab sempat terkena macet tadi saat di jalan menuju rumah sakit. Kini dia terlembat sepuluh menit.Lobby rumah sakit yang ramai juga membuat moodnya berantakan. Karna menghalangi jalan menuju ruangannya. Sesampainya di ruangan, Rio menghembuskan nafas kasar. Karna sudah banyak pasien yang menunggu kedatangannya. Dia langsung mengerjakan tugasnya untuk menangani berbagai keluhan pasiennya. Hingga tiba waktu istirahat, dia melangkah ke kantin rumah sakit untuk mencari secangkir kopi. Dia butuh kafien untuk mengembalikan moodnya.Baru saja melangkah beberapa langkah, tangan nya di cekal oleh seseorang."Yo!""Jelita? Ngapain kamu kesini?" tanya Rio seraya melirik ke arah tangannya yang di cekal oleh Jelita. Perempuan yang menjadi sahabat Rio sejak SMA, dia pernah menyatakan perasaannya pada Rio. Namun Rio tak pernah membalas perasaan Jelita."Aku sengaja kesini!" kata Jelita seraya menatap lekat ke arah Rio."Ngapain? Aku mau ke kantin! Mau

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 96

    Argadana menemui Resa setelah Rio dan Melinda pulang."Bu!" panggil Argadana menghampiri Resa yang masih duduk di ranjang, sama saat Melinda menemuinya tadi."Mau minum jus?" tanya Argadana basa-basi."Nggak! Kamu kesini mau menawari jus atau ada maksud lain?" tanya Resa sudah tahu maksud kedatangan anaknya."Aku eh, au,.." ucap Argadana tergagap."Kamu kalah sama Rio dan Melinda, Arga! Keduanya tidak ada yang takutnya saat bicara dengan ku," ledek Resa."Jadi kapan Rio akan melamar perempuan itu?"Argadana langsung shock ketika mendengar pertanyaan Resa. Dia bahkan tak bisa berkata apa-apa lagi."Kamu kenapa?" tanya Resa menatap heran ke arah anaknya."Aku terkejut karna pertanyaan ibu tadi," jujur Argadana."Kok bisa?"Argadana menggeleng, "Ibu yakin mau menerima Melinda?""Bukankah sudah aku katakan barusan? Apakah harus aku tarik kembali kata-kataku?" sahut Resa kesal."Ti-tidak seperti itu, Bu! Ya, kalau sudah pas, biar Riana yang mengurus semuanya. Aku akan segera bilang padanya

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 95

    Semua orang memuji masakan Melinda. Mereka makan dengan lahap, termasuk Resa. Tapi dia tidak mencibir atau memuji masakan Melinda. Riana yang melihat itu, bersorak gembira sebab calon mantunya selangkah lebih maju. Biasanya Resa selalu mengkritik masakannya dan Gendis jika tidak enak, walaupun hanya kurang tingkat kematangannya sedikit. Namun sekarang, mertuanya itu makan dengan lahap tanpa protes sedikit pun.Setelah makan, semua anggota keluarga Argadana kembali berkumpul di ruang tamu, termasuk Resa. Dia ingin menunjukkan kepada Melinda siapa dirinya."Hmm, Ma, Pa, Oma, dan Tante. Sebenarnya kedatangan Rio membawa Melinda kesini, ingin meminta restu. Agar hubungan ini bukan hanya untuk jalan bersama. Rio minta izin untuk melamar Melinda secepatnya," ucap Rio tegas hanya dengan satu helaan nafas."Kamu itu! Baru aja kenal beberapa hari, sudah sok sokan mau lamaran. Mbok harus di kenali dulu bibit, bebet, dan bobotnya dulu. Kamu kan tahu kita ini siapa, Rio?" sela Resa, dia memotong

  • Sultan Dianggap Upik Abu   Bab. 94

    "Wah ada yang dapat cincin nih! Coba ibu lihat!" celutuk Marisha sudah berdiri di ambang pintu kamar Melinda. Dia langsung masuk untuk memastikan.Melinda menutup wajah dengan sebelah tangan yang tersemat cincin pemberian Rio."Sebentar ibu foto ya!" ujar Marisha mengeluarkan ponsel dari saku dasternya. Dia langsung mengunggah di story Whatshapp nya dengan caption 'Semoga ini pertanda baik' tulisnya.Marisha mengulas pucuk kepala putrinya."Istirahat, Mel. Udah malam ini, jangan liatin cincin itu mulu. Nanti ibu beliin yang lebih banyak kalau mau!" goda Marisha membuat Melinda melongo. Marisha langsung keluar dan menutup pintu kamar anaknya. Melinda melanjutkan mengoles skincare malamnya.***Rio sudah berganti baju dan bersiap untuk tidur. Namun dia lupa menyalakan alrm untuk besok pagi, karna masuk jadwal pagi. Dia membuka whatshapp nya terlebih dahulu. Siapa tahu ada pesan dari Melinda. Rio mendesah pelan karna harapan tak sesuai keinginan.Tapi matanya terpaku pada unggahan story

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status