Share

Aku Belum Mati

Hadi berbaring di ranjang rumah sakit. Jarum infus menjadi teman di dalamnya saat ini. Sejak sakit bayang-bayang Hana selalu muncul, penyesalan terbesarnya setahun lalu di tempat ini.

Saat itu, Hadi sempat memekik memanggil nama Hana sebelum akhirnya tubuh sang istri-benar jatuh menghantam lantai. Dia tidak sempat menyambutnya karena Hadi juga agak kaget melihat darah mengalir di sepanjang kaki istrinya.

"Pasien sebelumnya mengalami pendarahan hebat. Saya menebak, pasien pernah mengalami hal ini, kan? Karena dari hasil USG yang kami tadi, janin dalam kandungannya tidak berkembang dengan baik. Ukuran janinnya tidak sesuai dengan usia kehamilan pasien. Jika pasien kembali stres dan kelelahan, maka bisa dipastikan bayi kalian tidak akan selamat."

Sekilas pembicaraan Hadi dengan Dokter yang menggenggam Hana melintas di ingatan pria itu.

Itu adalah penyesalan yang tidak berguna untuk setelah itu Kali Hadi lakukan. ketika istri yang tak berdaya itu kembali berbaring di tempat tidur rumah sakit dan bangun tidur. 

Hadi jarang berada di rumah, Hana selalu ditemani mertua dan iparnya selama pria itu pergi. Hadi pikir Hana stres karena terlalu banyak pikiran, pria itu tahu istri tipikal orang yang suka menjadikan sesuatu sebagai bahan pikiran.

Padahal sejatinya tidak begitu, jangan harap Hana akan diperlakukan bak permaisuri istana oleh mertua dan iparnya hanya karena mengandung keturunan Kusuma. Just dua wanita itu bertindak semena-mena, memperlakukan Hana seperti pembantu.

Hana paham kenapa selalu dianggap rendah. Dia jelas bukan pebisnis. Sementara garis takdir keluarga suami adalah pengusaha sejak muda. Mereka terlahir dalam DNA konglomerat dan hanya bergaul dengan orang-orang yang berasal dari kelas mereka.

Pernah suatu hari Lilis mencari Hana sambil marah, tapi Risma hanya menanggapi amarah anaknya dengan enteng seraya mengatakan;

"Mungkin dia sedang sibuk minta dimanja oleh Hadi dengan dalih permintaan anak dalam perutnya. Padahal hanya tak-tiknya dia saja biar tidak beres-beres rumah lagi." ujar Bu Risma.

Lilis mendengkus. "Aah, memang wanita kampungan itu terlalu lembek. Sakit sedikit, minta dimanjain. Capek sedikit, ngeluh. Bilang inilah, itulah. Bikin repot suaminya saja!" Lilis masih mengomel, menyalahkan Hana atas masalah ini.

Risma menyesap teh dalam cangkirnya, kemudian menambahkan. "Si Hana benar-benar mengubah Hadi menjadi anak yang pembangkang sama Ibunya. Tidak mau mendengarkan apa kata Ibu lagi." 

"Terus gimana, Bu? Walaupun begitu, yang lagi kandung adalah calon cucu ibu."

"Ah, Ibu tidak sudi punya cucu dari wanita itu. Dia ibu yang tidak akan menjaga anaknya nanti."

"Jadi, apa rencana ibu sekarang?"

Bu Risma tersenyum dingin, mereka tidak mungkin mencelakai Hana begitu saja selama Hadi masih berada di rumah. Jadi, demi aksinya, mereka meminta bantuannyai Dasimah untuk membuat Hana terhambat.

Usai percakapan singkat antara ibu dan anak tentang menantu yang dibencinya itu, hari berikutnya Hana kembali masuk rumah, kali ini benar-benar sakit.

***

Gadis itu tidak henti-hentinya meremas ujung baju yang dikenakan sampai lecek. Dia dan takut, antara harus pergi atau terus berdiam diri.

Pandangannya terus menelisik seisi rumah lewat dapur, memastikan tidak ada seorang pun yang mengetahui gerak-geriknya.

Diana, itu namanya. Pelayan rumah keluarga Kusuma yang begitu dekat dengan Hana, ketika istri majikannya masih ada, dialah yang selalu menemani ke mana pun Hana pergi.

Malam ini, dia akan membuat laporan ke kantor polisi untuk kepergian Hana yang dirasa janggal. Sejak awal, dia curiga dengan dua majikannya itu, Diana yakin kalau mereka adalah dalang di balik Hana.

Awalnya Diana tak menggubris karena dia takut dipecat dari pekerjaan, belum lagi siksaan dari sang majikan, tetapi mendapat setelah dipikir lebih dalam, dan untuk membersihkan nama Hana, Diana memutuskan untuk melapor saat ini juga.

"Bi Asih, sudah tidur?" tanya Diana pada salah satu pelayan yang hendak masuk ke kamar. Pelayan itu mengangguk dan membuat Diana semakin leluasa untuk mengendap-endap keluar rumah lewat jalan pintas.

Mobil teman sudah terparkir sedikit jauh dari kediaman keluarga Kusuma. Diana meminta bantuan salah satu temannya untuk menunggu di sana, karena kemungkinan dia bekerja sama dengan para pelayan di rumah itu.

Mobil melaju di jalan melewati hutan. Jalanan lengang leluasa untuk menambah laju kendaraan. Namun, jalanan yang berbatu membuat mobil berguncang beberapa kali hingga Diana harus berpegangan.

"Berhenti!" Beberapa orang menghadang laju mobil.

Mobil berhenti secara spontan, membuat Dashboard Diana hampir terantuk. Dia terkejut begitu pintu terbuka paksa dari luar dan sepasang tangan Diana keluar.

"Lepaskan!" Melihat orang-orang suruhan keluarga Kusuma bermunculan membuat Diana menjadi panik. Dia menoleh ke arah temannya, pria itu juga diseret paksa seperti dirinya.

"Ikut kami!"

Diana semakin memberontak ketika dua pria kekar menarik lengannya dengan kasar. "Mau apa kalian?"

"Kau mau ke kantor polisi, kan? Jangan mencoba untuk kabur. Jika masih membantah, nyawamu dalam bahaya."

Diana mengernyitkan kening memandang enam orang bertubuh kekar tersebut. "Bahaya apa maksudnya? Siapa yang menyuruh kalian?"

"Aku yang menyuruh."

Diana terkejut melihat wanita yang tak lain adalah Lilis, adik kandung Hadi. Wanita itu muncul dari balik bayangan. Sejenak dia merasa takut pada wanita itu, Lilis terkenal sebagai anak majikan yang paling kejam.

Sebenarnya Lilis sudah lama memperhatikan gerak-gerik Diana, dia tahu pelayan di rumahnya, yang paling dekat dengan Hana, tentu saja tidak menutup kemungkinan jika suatu saat Diana akan melapor pada polisi. Sekarang Lilis benar-benar tidak akan memberinya ampun.

"Kau mau mencari Hana? Aku tahu dia di mana," kata Lilis dengan seringai mengerikan. "Kau mau bertemu dengan dia? Baiklah, malam ini aku akan mengantarmu ke neraka."

***

Malam itu Lilis benar-benar seperti dirasuki setan, dia menarik rambut gadis itu dengan kuat. Tak dihiraukannya jeritan Diana yang ditinggalkan.

Lilis terbahak. "Hana yang kau cari itu sudah mati. Kali ini kau yang akan menyusulnya."

Diana berusaha melepaskan diri dengan mendorong Lilis. Hal itu semakin membuat lis murka, dia membebani Diana, berkali-kali. Diana hendak menyerang Lilis, dengan beberapa cepat orang menahan tangan tetapi. Wajahnya berubah, sudut bibir Diana sobek dan mengeluarkan darah.

Amarah Lilis tidak kunjung pergi setelah beberapa kali melayangkan tamparan yang cukup keras di pipi pelayannya itu. Diana sudah banjir air mata, tidak kuat menahan rasa perih yang mendera.

"Aku sudah menyuruhmu untuk diam. Apakah kau memang benar-benar ingin mati seperti wanita kampungan itu?" Lilis mendengkus kasar.

Air mata Diana berjatuhan, selama ini tebakannya tidak meleset. Mereka lah yang sudah melakukan perbuatan terkutuk itu pada Hana.

Diana tidak bisa membayangkan penderitaan istri majikannya di tangan Lilis dan Risma. Bahkan saat Hana masih ada, Diana selalu melihat Hana diperlakukan semena-mena. Dia tidak mengerti mengapa ada wanita berhati iblis seperti majikannya ini.

"Mbak Hana masih hidup, aku tidak percaya. Dia tidak akan mati itu."

"Apa kau bilang?"

"Mbak Hana masih hidup. Aku yakin!"

Ucapan lantang Diana memancing amarah Lilis. Dalam kilatan hanya ada kebencian. Kebencian pada Hana karena merasa tersisih ketika Surya berkali-kali mengalaminya.

"Aku akan membunuhmu!" Lilis berteriak dengan gadis brutal itu menduduki perut Diana lalu mencekiknya.

Diana sesak napas. Tangannya berusaha melawan agar Lilis melepaskannya. Namun, wanita di penonton seperti kerasukan setan, Diana tidak membayangkan membayangkan dia mati di tangan majikannya yang kejam itu.

"Seharusnya aku juga membunuhmu. Kau mau tahu bagaimana Hana tewas? Ya, wanita itu mati karena dikubur hidup-hidup. Aku akan mengantarkanmu hidup-hidup!"

Diana tersengal-sengal. Tenaganya mulai habis. Pukulannya pada tangan Lilis mulai melemah lalu jatuh terkulai. Sesak dan bercampur menjadi satu.

Melihat Diana yang tak berdaya, Lilis mengendurkan cekikannya. Dia terengah-engah dengan peluh wajah wajah. Ketika Lilis dari atas perut Diana, tiba-tiba suara gemuruh datang dari kedalaman hutan.

Angin kencang tiba-tiba menerpa, menerbangkan keringanan. Masih dengan rasa terkejut, Lilis dan orang suruhannya terhempas oleh angin kencang, tubuh mereka menabrak pepohonan.

Dalam gelapnya hutan, Lilis menahan nyeri di sekujur akibat akibat hantaman angin kencang tadi. perlahan melihat melihat siluet seorang perempuan yang sangat dia kenal.

"Hana ...." Lilis berusaha bangkit begitu perempuan mendekatinya. Mata gadis itu melotot saat menyadari bahwa sosok di hadapannya benar-benar sosok Hana.

"Kau... Kau kan sudah mati!" Tubuh Lilis gemetar menahan rasa takut, dia benar-benar tidak percaya dengan sosok yang saat ini berada di hadapannya.

Penampilan Hana terlihat sama seperti waktu mereka membawanya ke hutan. Bedanya, tidak ada bekas luka atau setetes pun darah di tubuh wanita itu.

Hana tersenyum melihat adik iparnya yang ketakutan, wanita itu semakin mendekat membuat Lilis memundurkan tubuhnya.

"Belum, Lis. Aku belum mati."

Bersambung

Yang mau tahu gimana Hana bisa selamat dari maut akibat dikubur hidup-hidup, cek part 7 di KBM app yaaa.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status