Share

Episode 2

"Kamu, kalau jalan itu tolong hati-hati,"  ucap So Myung dengan nada tinggi.

So Myung merasa marah dengan lelaki yang sudah bertabrakan dengannya. Dan begitulah sifat dingin So Myung kepada siapapun, terutama seorang lelaki. So Myung seolah menyalahkan lelaki itu lalu pergi begitu saja tanpa mengucapkan kata ma'af kepada lelaki itu. Sedangkan lelaki yang bertabrakan dengan So Myung ia hanya menatap dan melihat perilaku So Myung yang kasar terhadapnya. Seakan lelaki itu terpesona dengan kecantikan wanita yang berusia 26 tahun itu.

"Dasar wanita memang seperti itu, tidak mau disalahkan tapi mau menyalahkan orang lain. Bahkan tidak mau meminta ma'af meskipun itu bukan kesalahannya. Tapi ya sudahlah, aku tidak akan memperpanjang urusan ini dengannya,"  ucap Jun Hwan lirih.

Jun Hwan pun beranjak dari lantai. Lalu berdiri dan berusaha menegakkan kembali tubuhnya. Dan ketika Jun Hwan hendak melangkahkan kakinya tiba-tiba ia merasa aneh dengan apa yang sudah diinjak kakinya. Dimana itu sebuah benda yang terasa tidak asing baginya. Dan Jun Hwan pun memutuskan untuk melihat benda apa yang sudah diinjaknya itu.

"Ponsel siapa ini?" Tanya Jun Hwan dalam hatinya.

Ya, benda yang terasa tidak asing bagi Jun Hwan adalah sebuah ponsel. Entahlah ponsel siapa itu. Yang berada di sana tepat tempat Jun Hwan bertabrakan dengan So Myung. Jun Hwan pun memutuskan untuk mengambil ponsel itu dan memastikan siapa pemilik ponsel itu. Di bukanya layar slide ponsel itu dan di sana ada sebuah foto seorang wanita cantik.

"Bukankah ini milik wanita tadi. Lebih baik aku membawanya saja,"  ucap Jun Hwan.

Jun Hwan berdiri seraya memandangi foto yang ada di ponsel itu. Senyum simpul pun digambarkan di bibir Jun Hwan. Bahkan di dalam otak Jun Hwan seolah hanya gambaran wajah So Myung. Sejenak Jun Hwan membayangkan kembali awal pertemuannya tadi dengan So Myung seraya memberikan senyum di bibirnya.

"Hei, kamu kenapa?"  Tanya Min Suk penasaran.

Min Suk sahabat Jun Hwan pun merasa aneh dengan tingkah laku sahabatnya itu yang dilihat tersenyum sendirian sedari tadi. Sehingga Min Suk bertanya kepada Jun Hwan apa yang sebenarnya terjadi kepadanya. Namun Jun Hwan tidak menjawab dengan segera, malah senyum simpul yang terus diperlihatkannya.

"Kamu tidak sedang gila, bukan! Atau kamu memang perlu diperiksakan ke dokter?"  Tanya Min Sek kembali seraya menempelkan telapak tangannya ke jidad Jun Hwan.

"Dia cantik. Wanita itu terlihat cantik." Kata Jun Hwan pelan.

"Hah, apa aku tidak salah dengar atau salah lihat? Wanita? Wanita siapa yang kamu maksud? Di sana ataupun disini tidak ada seorang wanita. Apa kamu sudah gila? Ayo, leboh baik kita sekarang pergi saja dari rumah sakit ini yang sudah membuatmu berubah menjadi gila,"  kata Min Suk.

Min Suk benar-benar merasa aneh dengan sikap Jun Hwan yang berubah. Sehingga Min Suk memutuskan untuk mengajak Jun Hwan segera pergi dari rumah sakit besar itu dan kembali melakukan aktifitas mereka sebelumnya. 

***

"Sial! Kenapa hari ini aku bertemu dengan lelaki sombong itu dan kedua aku harus bertabrakan dengan lelaki yang tidak aku kenal dan tanpa sengaja aku sudah... Arghh,"  gerutu So Myung.

So Myung benar-benar dibuat kesal dengan kejadian di parkiran tadi dan di lorong rumah sakit ketika ia menuju ke ruang kerjanya. Karena ketika ia bertebrakan dengan Jun Hwan tadi, tanpa sengaja ia terjatuh dan bibirnya menempel dengan bibir Jun Hwan. Dan itu membuat So Myung semakin merasa kesal.

Ketika So Myung hendak membuka pintu ruangannya tiba-tiba seorang suster menghampirinya dan memberitahukan kepadanya tentang sesuatu hal yang cukup penting bagi seorang dokter bedah jatung. Ya, So myung seorang dokter yang ahli dalam bidang bedah jantung di rumah sakit itu.

"Permisi Dokter So Myung,"  kata seorang suster.

Seketika So Myung membalikkan tubuhnya untuk berhadapan dengan suster itu. Lalu ia bertanya kepada suster itu tentang apa tujuannya, "iya, ada apa?"  Tanya So Myung dengan sikap dinginnya. Lalu suster itu pun menjawab pertanyaan So Myung dengan begitu sopan untuk menghargai atasannya.

"Begini Dok, tadi saya diminta untuk memberitahukan kepada Dokter bahwa nanti jam sembilan pagi ada perkumpulan seluruh dokter bedah jantung di ruangan yang biasanya,"  jelas suster itu.

"Huh, baiklah,"  So Myung mendengus kesal.

"Ya sudah kalau begitu Dok, saya permisi terlebih dahulu,"  ucap suster itu kemudian.

So Myung hanya mengangguk pelan untuk mengiyakan suster itu. Lalu ia kembali membuka pintu ruangannya dan masuklah So Myung ke dalam ruangan itu. Dan di sana, So Myung melemparkan tas selempangnya secara kasar karena masih merasa kesal dan tidak habis pikir dengan semua yang sudah terjadi di pagi itu. 

"Setidaknya air ini bisa menghilangkan rasa kesalku meskipun hanya sebentar," kata So Myung yang sudah meneduh segelas air putih di atas meja kerjanya.

So Myung lupa tidak membawa jam tangan yang menempel ditangannya, sehingga ia meraih kembali tas selempangnya yang ia lempar tadi untuk mencari ponsel miliknya. Namun setelah ia mengobrak abrik seisi di dalam tasnya, ia tak kunjung mendapatkan ponselnya. Dan itu kembali membuatnya merasa marah dan kesal.

"Dimana ponselku? Bukankah tadi aku membawa dan memasukkannya ke dalam tas ini. Tapi sekarang dimana?"  Tanya So Myung dalam hatinya.

So Myung melemparkan kembali tasnya di atas kursi. Lalu ia menghantam meja kerjanya dengan kedua telapak tangannya. Mungkin terasa sakit, tapi nyatanya tidak. Karena So Myung yang masih merasa kesal. Dan kini So Myung memutuskan untuk segera memakai almamaternya sebagai dokter bedah jantung yang bekerja di rumah sakit itu. Lalu ia melangkahkan kakinya untuk keluar dan mencari seorang suster yang mengetahui jadwal ia bertemu dengan pasien di pagi itu.

"Permisi suster, apakah pasien yang memiliki jadwal bertemu dengan saya sudah datang?"  Tanya So Myung memastikan.

"Oh iya Dok, tadi sudah datang tapi sekarang sudah pergi lagi. Katanya ada hal yang lebih penting daripada bertemu dengan Anda Dok,"  jelas suster itu.

"Ok, terimakasih,"  balas So Myung singkat.

So Myung pun pergi dan meninggalkan suster yang tadi berbicara dengannya. Dan lagi-lagi So Myung sudah dibuat kesal dengan beberapa hal yang sudah terjadi kepadanya. Apalagi pasien yang memiliki hadwal bertemu dengannya lebih mementingkan sesuatu hal yang entah itu apa. Padahal So Myung sudah memilih datang cepat untuk segera bertemu dengan pasien itu, tapi kenyataannya pasien itu seakan sedang mempermainkan dirinya.

"Apa-apaan ini, kenapa ada pasien yang seperti itu. Lebih mementingkan hal yang entah itu seberapa penting daripada memenuhi jadwal temu denganku. Akh sudahlah, terserah apa maunya,"  gerutu So Myung seraya mendengus kesal.

Jam sudah menunjukkan tepat pukul 09.00 pagi, dimana jadwal semua dokter bedah jantung harus dilangsungkan. Begitupun dengan So Myung yang kembali merapikan pakaian dan almamaternya yang tadinya beracak-acakan karena amarah menyelimuti dirinya. Lalu, setelah dirasa sudah rapi kembali, So Myung pun berjalan dan menuju ke ruangan yang sudah ditentukan. Entah apa yang akan dibahas nanti. Dan mau tidak mau So Myung harus bertemu kembali dengan Ji Tae, karena Ji Tae juga seorang dokter bedah jantung.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status