Share

Episode 3

Author: Alfianita
last update Last Updated: 2021-06-22 12:50:06

"Permisi,"  kata So Myung seraya membuka pintu ruangan khusus yang dipakai untuk peetemuan antara tim dokter bedah jantung dengan pimpinan rumah sakit. Dan di sana sudah banyak yang berkumpul, termasuk juga Ji Tae. Hanya saja pimpinan rumah sakit yang belum masuk ke dalam ruangan itu.

"Hei Dokter So Myung, kita dipertemukan kembali. Bukankah ini adalah pertanda bahwa kita memang jodoh,"  kata Ji Tae dengan begitu percaya diri.

So Myung tidak memperdulikan apa yang semua Ji Tae katakan kepadanya. Bahkan So Myung melewati Ji Tae yang berjalan menghampurinya. Dan So Myung lebih memilih diam, lalu mencari tempat duduk yang nyaman dan yang sudah disediakan di sana. Sedangkan dokter yang lain tidak berani mengatakan hal apapun tentang percakapan So Myung dengan Ji Tae, karena mereka tahu bahwa So Myung adalah dokter yang memiliki paras wajah cantik tapi So Myung juga memiliki sikap dan sifat dingin dan angkuh. Begitupun dengan Ji Tae, dimana dokter yang lain juga merasa tidak nyaman dan tidak suka terhadao dokter Ji Tae. Karena dokter Ji Tae sendiri memiliki sifat sombong, meskipun wajah dokter Ji Tae cukup tampan. Sehingga banyak wanita tidak suka kepadanya.

"Sial! Lagi-lagi aku tidak dianggap oleh So Myung, dokter angkuh itu. Tapi aku tidak akan membiarkan itu berlangsung lama. Karena aku akan membuatnya memohon cinta kepadaku,"  kata Ji Tae dalam hatinya.

Semua dokter terdiam ketika pintu ruangan itu telah dibuka secara pelan oleh seorang lelaki paru baya, yang tak lain itu adalah pimpinan rumah sakit. Pimpinan rumah sakit berjalan dengan langkah penuh pasti dan tatapan yang tajam yang diarahkan kepada seluruh tim dokter bedah jantung. Sehingga membuat semua dokter yang hadir merasa penasaran atas tujuan pertemuan itu.

"Dokter Ji Tae, sebenarnya apa yang akan kita bahas bersama pimpinan rumah sakit kali ini?"  Salah satu dokter bertanya kepada Ji Tae dengan berbisik.

"Hah, kenapa kamu menanyakan hal itu kepadaku? Ya jelas saja aku tidak tahu."  Ji Tae menjawab pertanyaan itu dengan biasa-biasa saja. Tanpa ekspresi yang pasti.

"Ya jelas saja dia tidak tahu, karena yang dia tahu hanya bagaimana cara dia bisa menyombongkan dan menghamburkan uang orang tuanya."  Sahut So Myung dengan ketus.

"Kau...,"  kata Ji Tae yang merasa geram dengan tingkah So Myung. Tapi ketika Ji Tae hendak menghampiri So Myung untuk membalas ucapan So Myung, tiba-tiba pimpinan rumah sakit membuka pembicaraan untuk membahas permasalahan pertemuan mereka.

"Sebelumnya saya sangat berterimakasih atas kehadiran kalian para tim dokter bedah jantung. Mungkin kalian semua bertanya-tanya kenapa dan untuk apa kalian dikumpulkan di ruangan ini. Baiklah, saya sebagai pimpinan rumah sakit akan menjelaskan secara detail dan seksama kepada kalian. Jadi saya harap kalian bisa mendengarkan dan menangkap dengan baik."  

Pimpinan perusahaan membuka suaranya untuk menjelaskan kenapa dan untuk apa mereka, tim dokter dikumpulkan. Sehingga semua dokter di sana mengambil posisi duduk yang nyaman bagi mereka. Lalu mendengarkan dengan seksama dalam setiap kata yang akan terlontar dari mukut pimpinan rumah sakit. Begitupun dengan So Myung dan juga Ji Tae. 

Setelah sejenak terdiam kini pimpinan rumah sakit membuka kembali suaranya lalu berkata,"saya sebagai pimpinan rumah sakit akan mengatakan bahwa rumah sakit kita terpilih dalam mengoperasi seorang perwira. Jadi saya harap kalian sebagai tim dokter bedah jantung harus mempersiapkan sebaik mungkin operasi besar ini. Jika tidak, nama rumah sakit ini akan terancam. Dan kekompakan kalian harus bisa dijaga. Dalam operasi besar ini kita tidak bisa main-main. Jadi saya harap kalian bisa mempersiapkan semua dengan kematangan." Suara lantang seorang pemimpin rumah sakit membuat mimik wajah semua tim dokter bedah jantung berubah menjadi keseriusan. Tapi tidak dengan So Myung, ia tetap biasa-biasa saja tanpa ada wajah serius yang diperlihatkannya.

"Tunggu Pak, saya akan bertanya tentang kejelasan kapan waktu yang ditentukan untuk jadwal operasi besar itu?"  Tanya So Myung dengan suara lantangnya.

"Ya Dokter So Myung, untuk waktunya adalah satu minggu lagi. Karena jantung perwira harus segera dioperasi."  Jawab pimpinan rumah sakit dengan tegas.

"Baiklah pak, terimakasih,"  kata So Myung seraya menundukkan kepalanya untuk menghormati pimpinan rumah sakit itu.

Suasana berubah menjadi heboh dan seolah tidak terkendali. Karena tim dokter bedah jantung merasa tidak siap jika sepekan lagi jadwal operasi akan dilangsungkan. Tapi mereka tidak bisa mundur lagi, karena rumah sakit dimana mereka bekerja sudah terpilih untuk dilangsungkannya operasi seorang perwira.

"Saya harap kalian bisa melakukan operasi dengan benar. Ya sudah, pertemuan kali ini saya akhiri dan jangan sampai kalian berbuat kesalahan yang fatal."  Pimpinan rumah sakit kembali bersua dan memberikan ketegasan untuk kesekian dalam berlangsungnya operasi besar nanti. Dan kini pertemuan di antara mereka dengan pimpinan rumah sakit telah berakhir.

Namun semua dokter bedah jantung yang masih berada di dalam ruangan itu kembali dihebohkan dengan operasi besar itu yang akan berlangsung sepekan lagi. Tapi, kini So Myung telah bersua untuk memberikan intruksi dalam kekompakan mereka nanti.

"Saya harap kalian semua tim dokter bedah jantung tenang! Mulai hari ini kita harus bisa menjadi tim yang kompak. Sesuai dengan apa yang sudah dikatakan oleh pimpinan rumah sakit ini. Jangan pernah di antara kalian ada yang berselisih ataupun yang lain, termasuk Anda Dokter Ji Tae. Karena yang kita tahu Anda lah yang senior di antara kami semua. Jadi saya harap Anda bisa memimpin kita dalam operasi besar itu."  Dengan suara yang lantang So Myung mengatakan hal itu kepada semua dokter yang berada di sana. Sedangkan Ji Tae, yang ditunjuk oleh So Myung untuk memimpin operasi itu, seketika mimik wajahnya berubah pucat. Entahlah ada apa dengan Ji Tae.

"Ya, itu benar apa yang dikatakan Dokter So Myung. Bukankah Anda senior kami Dokter Ji Tae, jadi Anda lah yang lebih mengerti dalam operasi besar ini."  Sambung salah seorang dokter.  

Semua tim dokter bedah jantung merasa setuju dengan aoa yang dikatakan So Myung. Dimana mereka menyetujui bahwa Ji Tae yang akan memimpin operasi besar perwira yang akan dilangsungkan sepekan lagi. Namun di sana Ji Tae menolak atas persetejuan itu. Bahkan Ji Tae melemparkan itu kepada So Myung.

"Tidak. Aku tidak bisa menjadi pemimpin dalam operasi ini. Lebih baik kamu Dokter So Myung, yang lebih pantas memimpin operasi ini. Bukankah yang senior hanya mengawasi saja, dan tidak ikut campur dalam operasi ini, bukan," ucap Ji Tae dengan senyum seringainya. 

Mimik wajah Ji Tae yang diperlihatkan kepada So Myung sungguh membuat So Myung merasa geram kepada Ji Tae. Dan ingin sekali rasanya So Myung memberikan tinjuan kepada Ji Tae di saat itu juga. Tapi So Myung berusaha untuk menahannya lalu menyusun rencana untuk menjatuhkan harga diri Ji Tae dihadapan semua dokter bedah jantung. Bahkan jika perlu pimpinan rumah sakit tahu bagaimana perilaku putranya yang suka menyombongkan kekayaan orang tuanya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sunset is Love   Episode 47

    "Kenapa Dia berjalan kesini? Mau apa Dia sebenarnya?" tanya Jun Hwan.Ji Tae yang berjalan menuju ke rumah So Myung mendapatkan sambutan tidak baik dari Jun Hwan, karena ia merasa cemburu atas kehediran Ji Tae. Begitupun dengan Ji Tae sendiri yang tidak suka dengan kehadiran Jun Hwan yang sudah berada di depan rumah So Myung. Namun, keduanya bersikap profesional saja, meskioun tidak ada sikap baik diantara mereka."Kamu ada di sini ternyata. Di mana So Myung?" tanya Ji Tae."Ada di dalam, tunggu saja!" jawab Jun Hwan singkat.Keduanya pun berdiri di depan pintu sembari menatap lautan yang luas yang daoat mereka jangkau dari pandangan mereka. Dan tidak lama kemudian So Myung pun keluar dari dalam rumah itu. Dan kehadiran Ji Tae telah mengejutkan So Myung ketika So Myung baru membuka pintu rumahnya."Yeah Ji Tae? Oh ma'af, maksud saya Dokter Ji Tae. Anda datang

  • Sunset is Love   Episode 46

    "Apakah kamu marah kepadaku?" tanya Jun Hwan kepada So Myung yang masih duduk disampingnya."Tidak. Buat apa aku marah kepadamu? Akh sudahlah, jangan membahas hal yang membuat pikiranku terasa penat. Aku hanya butuh ketenangan pikiran, jiwa dan batin. Jadi, biarkan aku tertidur di pangkuanmu sejenak. Ok!" So Myung pun merebahkan tubuhnya di atas pasir sembari meletakkan kepalanya dipangkuan Jun Hwan.So Myung memejamkan kedua maniknya. Begitupun dengan Jun Hwan yang membiarkan So Myung merasakan ketenangan setelah banyak hal yang sudah dilaluinya. Dan hanya ada angin malam yang membuat udara malam menjadi terasa begitu dingin. Serta suara gemuruh ombak yang mengalun dan terombang-ambing."Kehidupan yang terasa begitu sulit, terkadang membuatku ingin berhenti di titik yang sama. Namun, aku sadar bahwa aku tidak akan selamanya berhenti dan mengurung diri. Masih ada banyak hal yang harus aku lalui, seperti mal

  • Sunset is Love   Episode 45

    "Ayah, please hear me!" teriak So Myung memanggil Pak Park.Setelah mendengarkan semua perkataan So Myung, Pak Park berjalan melintas dihadapan So Myung begitu saja tanpa melontarkan kata-kata, meskipun So Myung sudah berteriak memanggil namanya. Sehingga So Myung merasa marah dan kesal terhadap Pak Park. Namun So Myung hanya menatap Pak Park yang berjalan membelakanginya."Untuk kalian, segera kembali pulang ke Negara kalian sekarang!" Pak Park memerintahkan Do Myung dan pasukan yang lain untuk segera kembali ke Korea Utara."Tidak. Aku tidak akan kembali pulang sebelum memakamkan Ibuku. Terserah Ayah mau apa, yang pasti aku tidak akan pulang." Do Myung menolak perintah dari Perwira dan menyandang sebagai Ayahnya."Lakukan semua perintah! Jika tidak, maka aku akan akan pernah menganggapmu sebagai putraku. Dan ajak adikmu!" Pak Park membarikan ancaman kepada Do Myung. Yang membuat Do Myung tidak bisa

  • Sunset is Love   Episode 44

    Itulah perjuangan seorang Tentara. Menyerahkan seluruh jiwa mereka demi perdamaian, melindungi dan menyelamatkan masyarakat serta demi keutuhan Negerinya. Begitupun dengan sosok lelaki yang gagah seperti Jun Hwan. Yang menyerahkan jiwanya demi menyelamatkan seorang ibu paru baya yang memang sedang membutuhkan bantuannya."Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Tentara itu? Dan bagaimana caranya untuk mencari bantuan?" tanya seorang ibu dalam hati.Ibu itu masih kebingungan untuk menyelamatkan Jun Hwan yang masih tidak sadarkan diri. Dan ketika gempa susulan kembali mengguncang kota Geoungju, tembok yang awalnya masih berdiri tegak, kini telah roboh dan menimbun korban, di mana korban itu adalah ibu paru baya yang hendak diselamatkan oleh Jun Hwan."Huft, aw!" rintih Jun Hwan,Perlahan Jun Hwan membuka kedua matanya, lalu mencoba untuk memanggil bantuan agar dapat membantunya dan juga mengeluarkan ibu

  • Sunset is Love   Episode 43

    Tentara pasukan khusus Korea Selatan telah tiba di lokasi. Begitupun dengan Jun Hwan yang memberi aba-aba setiba di sana. Dan setelah itu pasukan yang lain pun menyebar untuk menyelamatkan korban yang mengalami luka berat maupun kecil."Siapakan peralatan semuanya! Jangan lupa untuk kalian memakai helm kalian!" Jun Hwan memberikan perintah kepada pasukannya.Setelah itu semua menyebar. Sedangkan sang Kapten, yang tak lain adalah Jun Hwan, Ia masih berdiri di tenda memantau keadaan kota Geoungju dengan alat yang sudah disiapkan, sekaligus menunggu kedatangan Tim Medis dari Rumah Sakit Haesung."Lebih baik kita menuju tenda yang didirikan di sana. Mungkin itu adalah tenda tentara pasukan." Ajak Young kepada tim medis lainnya.Setiba di tempat lokasi, Young dan tim medis yang lainnya segera menuju ke tempat Jun Hwan tengah menanti kedatangan mereka. Dan setelah berada di tenda itu, Jun Hwan merasa

  • Sunset is Love   Episode 42

    "Aku tidak menyangka bahwa So Myung bisa melakukan hal setega itu. Dan jika Dia kembali nanti, aku akan minta perhitungan dengannya." Gerutu Young dengan kesal.Jun Hwan yang melihat Young sedang menggerutu sendirian, akhirnya melontarkan pertanyaan untuk memastikan apa yang sudah terjadi terhadap adiknya itu. Namun Young menjawab pertanyaan Jun Hwan dengan nada yang masih tinggi."Young, ada apa denganmu?" Tanya Jun Hwan memastikan."Aku merasa kesal, bahkan ingin rasanya aku mencabik-cabik rambutnya dan juga bibirnya itu. Akh sudahlah, jangan bahas itu!" Jawab Young kemudian.Suasana pun berubah menjadi memanas. Untung saja ada Min Suk yang masuk ke dalam ruangan itu dan meredam suasana hati Young terbakar karena masih mengingat apa yang dilakukan So Myung terhadap dirinya."Jun Hwan, ada dengannya?" Tanya Min Suk kepada Jun Hwan.Sedangkan Jun Hwan hanya m

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status