Pagi yang begitu cerah. Matahari pun sudah mulai meninggi, bahkan cahayanya menerobos kecelah-celah dinding kamar So Myung. Namun, So Myung tidak menghiraukan cahaya matahari yang menyilaukan wajahnya. Dan seakan ia merasa enggan untuk beranjak dari tempat tidur empuknya. Bahkan selimut tebal miliknya ia tarik kembali untuk menutupi seluruh tubuhnya.
"Kring...kring...!" Suara alarm.
Tepat pukul 08.00 pagi alarm milik So Myung telah berbunyi. Sehingga membuat So Myung harus membuka kembali selimut tebal yang menutupi penuh tubuhnya itu. Dan tangannya yang putih mulus mencoba meraih ponsel yang berada di nakas untuk mematikan alarm yang sudah dinyalakannya secara otomatis. Begitu ponsel miliknya sudah diraih, ia tersadar bahwa ada jadwal penting di hari itu. Sehingga membuat So Myung harus segera beranjak dari tempat tidurnya.
"Astaga, bagaimana aku bisa melupakan jadwal penting hari ini," ucap So Myung seraya menepuk jidadnya dengan pelan.
Segeralah So Myung mengambil handuk yang ia letakkan di sebuah jemuran dekat kamar mandi miliknya. Lalu, ia pun menyalakan air shower yang membasahi seluruh tubuhnya. Sehingga rambut lurusnya terbasahi dengan sempurna. Bagi So Myung tidak harus membutuhkan waktu yang lama untuk berada di dalam kamar mandi, cukup memakan waktu sekitar lima belas menit untuk memanjakan dan menyegarkan tubuhnya di dalam sana.
"Akhirnya segar juga tubuh ini setelah air shower membasahi tubuhku." Ungkap So Myung dengan lega.
Dengan handuk yang membalut sebagian tubuhnya, So Myung berjalan lalu berhenti tepat di depan almari berwarna putih untuk mengambil pakaian dari dalam almari miliknya itu. Dan akhirnya ia memutuskan untuk memakai kemeja putih yang dipadukan dengan rok mini miliknya. Terlihat begitu memukau dengan tubuh yang begitu indah bak gitar. Apalagi rambutnya yang basah ia urai dengan bebas. Dan ditambah dengan beberapa make up yang memoles wajah putihnya.
"Aku rasa sekarang sudah cukup untukku berada di depan cermin ini. Lebih baik sekarang aku segera pergi ke rumah sakit untuk menemui pasien yang memiliki jadwal pertemuan denganku." Putus So Myung kemudian.
So Myung berjalan dengan langkah yang begitu cepat untuk menuju dimana mobil miliknya telah ia parkir. Lalu, dinyalakan mesin mobil yang menjadi kendaraannya untuk menuju ke rumah sakit tempatnya bekerja. Dan tak lama kemudian mobil pun dilajukan dengan kecepatan sedang.
"Untung saja dijam segini tidak terlalu dipadatkan dengan kendaraan yang membuat kemacetan panjang. Dan jika sampai itu terjadi, pasti aku akan dapat masalah besar." Kata So Myung.
Sekitar satu jam telah berlalu, kini mobil So Myung memasuki area parkir rumah sakit. Dan ketika ia hendak memarkirkan mobilnya, ia merasa jengkel dengan seorang lelaki yang sama-sama sedang memarkirkan mobil di sana. Sehingga pertikaian terjadi walaupun tidak berlangsung lama.
"Kenapa harus bertemu lelaki itu di saat masih pagi. Sungguh membuatku jengkel dan ingin rasanya aku tidak turun dari mobil sekarang. Tapi jika itu aku lakukan, pasti pasien itu akan marah kepadaku." Kata So Myung dengan bimbang.
Mau tidak mau akhirnya So Myung membuka pintu mobilnya dan turun untuk menuju ke ruangan miliknya dan menemui pasien yang memiliki jadwal bertemu dengannya. Tapi, di saat So Myung tidak menghiraukan lelaki yang dimaksud olehnya,lelaki itu malah menyapanya dengan begitu sombongnya.
"Hai So Myung, ternyata kamu baru datang juga," ucap Ji Tae.
"Iya, lalu?" Tanya So Myung dengan singkat.
"Hah, lalu bagaimana kamu bisa menjadi seorang dokter yang baik bagi pasien kamu jika kamu saja datang terlambat." Papar Ji Tae.
"Itu bukan urusan kamu!. Ketus So Myung.
So Myung pun pergi dan tidak menghiraukan lagi apa yang akan dikatakan Ji Tae kepadanya. Sehingga So Myung pergi begitu saja dari hadapan Ji Tae. Namun, ketika Ji Tae melontarkan ksebuah ata-kata yang membuat So Myung menghentikan langkahnya seketika.
"Hei So Myung, jangan pernah kamu sombong kepadaku. Karena aku bisa melakukan apa yang kamu tidak bisa lakukan," Teriak Ji Tae.
Langkah So Myung pun terhenti, lalu ia memutar kembali tubuhnya dan melangkah menuju dimana Ji Tae masih berdiri di tempat yang tadi. So Myung terus melangkah pelan dengan tatapan tajam yang di arahkan ke Ji Tae. Namun di sana, Ji Tae masih berdiri dengan santainya sambil memberikan senyum sunggingnya.
"Plakkk!" Suara pipi yang ditampar.
Sebuah tamparan keras telah dilayangkan ke pipi Ji Tae. Sampai-sampai pipi Ji Tae seketika berubah memerah, lalu tangan Ji Tae pun ia tempelkan ke pipi dimana yang sudah diberikan tamparan oleh So Myung. Sedangkan So Myung, ia merasa puas dengan apa yang sudah dilakukannya terhadap Ji Tae. Namun, lagi-lagi Ji Tae memancing emosi yang membuat So Myung kembali marah kepadanya.
"Hei So Myung, aku tidak akan pernah main-main dengan perkataanku tadi. Jadi lebih baik sekarang kamu meminta ma'af kepadaku atas apa yang sudah kamu lakukan barusan. Dan oh ya, lebih baik kamu memikirkan lagi tentang tawaranku kemaren," kata Ji Tae kembali mengancam.
"Terserah apa yang akan kamu lakukan kepadaku. Tapi satu hal yang harus kamu tahu, bahwa aku tidak akan pernah mau mengikuti semua apa katamu, termasuk menikah denganmu," balas So Myung kemudian.
Tanpa ada kata lagi So Myung pun pergi dan melintas dihadapan Ji Tae begitu saja. Sedangkan Ji Tae, ia seolah terus memberikan ancaman kepada So Myung. Namun kali ini So Myung benar-benar tidak mempedulikan semua perkataan Ji Tae kepadanya. Dan dengan langkah pasti So Myung terus berjalan bahkan nada sepatu hak tinggi yang dipakainya seakan memiliki irama.
"Hei Si Myung, aku pastikan kamu akan menyesal karena sudah menolakku," teriak Ji Tae.
Punggung So Myung kini tidak terlihat lagi di mata Ji Tae. Dan Ji Tae mendengus kesal karena sudah tidak dihiraukan oleh So Myung. Wanita yang kini diincarnya untuk dijadikan sebagai seorang istri dari putra pemilik rumah sakit besar, tempat So Myung bekerja. Namun So Myung menolak tawaran Ji Tae untuk menikah dengannya.
Setelah kepergian So Myung dari hadapannya, Ji Tae kembali menempelkan telapak tangannya dan mengusap pelan pipi yang ditampar oleh So Myung tadi sambil mengatakan sesuatu hal yang membuatnya begitu berantusias ingin memiliki So Myung.
"Lihat saja So Myung, akan aku pastikan suatu saat nanti kamu mau menikah denganku." Kata Ji Tae dalam hatinya.
Waktu terus berjalan dengan begitu cepat. Kini jam sudah menunjukkan hampir pukul 09.00 pagi. Dan itu membuat So Myung melangkahkan kakinya dengan terburu-buru untuk segera menuju ke ruangannya. Namun ketika ia menelusuri lorong rumah sakit, ia terjatuh karena menabrak seseorang yang tidak di kenalnya. Entah siapa yang sudah bertabrakan dengan So Myung.
"Kenapa Dia berjalan kesini? Mau apa Dia sebenarnya?" tanya Jun Hwan.Ji Tae yang berjalan menuju ke rumah So Myung mendapatkan sambutan tidak baik dari Jun Hwan, karena ia merasa cemburu atas kehediran Ji Tae. Begitupun dengan Ji Tae sendiri yang tidak suka dengan kehadiran Jun Hwan yang sudah berada di depan rumah So Myung. Namun, keduanya bersikap profesional saja, meskioun tidak ada sikap baik diantara mereka."Kamu ada di sini ternyata. Di mana So Myung?" tanya Ji Tae."Ada di dalam, tunggu saja!" jawab Jun Hwan singkat.Keduanya pun berdiri di depan pintu sembari menatap lautan yang luas yang daoat mereka jangkau dari pandangan mereka. Dan tidak lama kemudian So Myung pun keluar dari dalam rumah itu. Dan kehadiran Ji Tae telah mengejutkan So Myung ketika So Myung baru membuka pintu rumahnya."Yeah Ji Tae? Oh ma'af, maksud saya Dokter Ji Tae. Anda datang
"Apakah kamu marah kepadaku?" tanya Jun Hwan kepada So Myung yang masih duduk disampingnya."Tidak. Buat apa aku marah kepadamu? Akh sudahlah, jangan membahas hal yang membuat pikiranku terasa penat. Aku hanya butuh ketenangan pikiran, jiwa dan batin. Jadi, biarkan aku tertidur di pangkuanmu sejenak. Ok!" So Myung pun merebahkan tubuhnya di atas pasir sembari meletakkan kepalanya dipangkuan Jun Hwan.So Myung memejamkan kedua maniknya. Begitupun dengan Jun Hwan yang membiarkan So Myung merasakan ketenangan setelah banyak hal yang sudah dilaluinya. Dan hanya ada angin malam yang membuat udara malam menjadi terasa begitu dingin. Serta suara gemuruh ombak yang mengalun dan terombang-ambing."Kehidupan yang terasa begitu sulit, terkadang membuatku ingin berhenti di titik yang sama. Namun, aku sadar bahwa aku tidak akan selamanya berhenti dan mengurung diri. Masih ada banyak hal yang harus aku lalui, seperti mal
"Ayah, please hear me!" teriak So Myung memanggil Pak Park.Setelah mendengarkan semua perkataan So Myung, Pak Park berjalan melintas dihadapan So Myung begitu saja tanpa melontarkan kata-kata, meskipun So Myung sudah berteriak memanggil namanya. Sehingga So Myung merasa marah dan kesal terhadap Pak Park. Namun So Myung hanya menatap Pak Park yang berjalan membelakanginya."Untuk kalian, segera kembali pulang ke Negara kalian sekarang!" Pak Park memerintahkan Do Myung dan pasukan yang lain untuk segera kembali ke Korea Utara."Tidak. Aku tidak akan kembali pulang sebelum memakamkan Ibuku. Terserah Ayah mau apa, yang pasti aku tidak akan pulang." Do Myung menolak perintah dari Perwira dan menyandang sebagai Ayahnya."Lakukan semua perintah! Jika tidak, maka aku akan akan pernah menganggapmu sebagai putraku. Dan ajak adikmu!" Pak Park membarikan ancaman kepada Do Myung. Yang membuat Do Myung tidak bisa
Itulah perjuangan seorang Tentara. Menyerahkan seluruh jiwa mereka demi perdamaian, melindungi dan menyelamatkan masyarakat serta demi keutuhan Negerinya. Begitupun dengan sosok lelaki yang gagah seperti Jun Hwan. Yang menyerahkan jiwanya demi menyelamatkan seorang ibu paru baya yang memang sedang membutuhkan bantuannya."Bagaimana jika terjadi sesuatu dengan Tentara itu? Dan bagaimana caranya untuk mencari bantuan?" tanya seorang ibu dalam hati.Ibu itu masih kebingungan untuk menyelamatkan Jun Hwan yang masih tidak sadarkan diri. Dan ketika gempa susulan kembali mengguncang kota Geoungju, tembok yang awalnya masih berdiri tegak, kini telah roboh dan menimbun korban, di mana korban itu adalah ibu paru baya yang hendak diselamatkan oleh Jun Hwan."Huft, aw!" rintih Jun Hwan,Perlahan Jun Hwan membuka kedua matanya, lalu mencoba untuk memanggil bantuan agar dapat membantunya dan juga mengeluarkan ibu
Tentara pasukan khusus Korea Selatan telah tiba di lokasi. Begitupun dengan Jun Hwan yang memberi aba-aba setiba di sana. Dan setelah itu pasukan yang lain pun menyebar untuk menyelamatkan korban yang mengalami luka berat maupun kecil."Siapakan peralatan semuanya! Jangan lupa untuk kalian memakai helm kalian!" Jun Hwan memberikan perintah kepada pasukannya.Setelah itu semua menyebar. Sedangkan sang Kapten, yang tak lain adalah Jun Hwan, Ia masih berdiri di tenda memantau keadaan kota Geoungju dengan alat yang sudah disiapkan, sekaligus menunggu kedatangan Tim Medis dari Rumah Sakit Haesung."Lebih baik kita menuju tenda yang didirikan di sana. Mungkin itu adalah tenda tentara pasukan." Ajak Young kepada tim medis lainnya.Setiba di tempat lokasi, Young dan tim medis yang lainnya segera menuju ke tempat Jun Hwan tengah menanti kedatangan mereka. Dan setelah berada di tenda itu, Jun Hwan merasa
"Aku tidak menyangka bahwa So Myung bisa melakukan hal setega itu. Dan jika Dia kembali nanti, aku akan minta perhitungan dengannya." Gerutu Young dengan kesal.Jun Hwan yang melihat Young sedang menggerutu sendirian, akhirnya melontarkan pertanyaan untuk memastikan apa yang sudah terjadi terhadap adiknya itu. Namun Young menjawab pertanyaan Jun Hwan dengan nada yang masih tinggi."Young, ada apa denganmu?" Tanya Jun Hwan memastikan."Aku merasa kesal, bahkan ingin rasanya aku mencabik-cabik rambutnya dan juga bibirnya itu. Akh sudahlah, jangan bahas itu!" Jawab Young kemudian.Suasana pun berubah menjadi memanas. Untung saja ada Min Suk yang masuk ke dalam ruangan itu dan meredam suasana hati Young terbakar karena masih mengingat apa yang dilakukan So Myung terhadap dirinya."Jun Hwan, ada dengannya?" Tanya Min Suk kepada Jun Hwan.Sedangkan Jun Hwan hanya m
"Ma'afkan aku Jun Hwan, karena aku harus pergi sekarang juga. Agar aku bisa menyelesaikan semua urusanku di sini dengan Pak Oh. Dan ini sudah tiba saatnya kamu dan yang lain mengenalku siapa aku sebenarnya." Ucap So Myung kwpada Jun Hwan. Namun Jun Hwan masih tertidur di atas branker.Dan sebelum matahari terbit serta memancarkan cahanya dengan sempurna, So Myung pergi dari ruangan Jun Hwan. Bahkan So Myung meninggalkan rumah sakit Haesung, lalu So Myung melajukan mobilnya untuk kembali pulang.Dengan penuh kemantapan akhirnya So Myung memutuskan untuk menjadi dirinya sendiri. Kembali bertugas seperti apa yang dulu menjadi pekerjaannya. Kini So Myung pun sampai di rumahnya. Dan setelah memarkirkan mobilnya, ia langsung menuju ke kamarnya. Lalu ia segera menuju ke kamar mandi untuk membersihkan tubuhnya.*****Cahaya matahari sudah terpancar dengan sempurna. Sehingga membuat kedua mata Jun Hwan
Do Myung didorong di atas branker rumah sakit Haesung dan menuju ke depan rumah sakit untuk segera dipindahkan ke negaranya, Korea Utara. Dan sebelum Do Myung dimasukkan ke dalam mobil, tiba-tiba So Myung berlari dan menghampiri Do Myung. Lalu So Myung berkata kepada Do Myung, "Aku akan kembali, tapi setelah urusanku di sini selesai." Ucap So Myung, lalu memberikan hormat kepada Do Myung."Akan ku tunggu kehadiranmu kembali, So Myung," balas Do Myung singkat. Lalu membalas hormat yang diberikan So Myung, selayaknya kapten membalas hormat pasukannya.Setelah itu tangan mereka masing-masing diturunkan. Dan Do Myung kembali dimasukkan ke dalam mobil yang menjemputnya. Sedangkan So Myung, ia menatap mobil yang membawa Do Myung tanpa berkedip sama sekali. Bahkan ketika mobil itu sudah tidak lagi dijangkau dalam pandangannya matanya, So Myung masih menatap ke arah ujung jalan kota."Mungkin sudah saat aku harus kembali,
"Awalnya semua berjalan sesuai dengan rencana. Namun ketika di pertengahan acara, tiba-tiba pemerintah Korea Utara berhianat. Lalu meminta orang kepercayaannya untuk menyerang secara tiba-tiba. Dan Kapten dari pasukan tentara khusus Korea Utara menolongku dari tembakan itu. Meskipun begitu, aku membantu menghentikan aksi penembakan itu. Dan akhirnya, perjuanagan aku dan Kapten Do Myung berakhir seperti ini." Jawab Jun Hwan menjelaskan."Sudah ku duga akan menjadi seperti ini," ucap So Myung dalam hati.So Myung sejenak mengarahkan pandangannya ke tirai yang membatasi Jun Hwan dan Do Myung. Setelah itu, So Myung menghembuskan nafas beratnya secara kasar. Sejenak So Myung menundukkan kepalanya. Dan tidak lama kemudian So Myung berkata kepada Jun Hwan."Aku harus pergi sebentar! Jadi, kamu jangan berani-beraninya untuk bergerak sedetik pun. Karena aku tidak mengijinkan kamu untuk melakukan hal itu." Ucap