Share

Episode 4

So Myung berjalan mendekati Ji Tae lalu tepat di hadapan Ji Tae, So Myung berkata kepadanya seolah menantang Ji Tae,"baiklah, jika itu mau kamu seniorku. Aku akan melakukannya dengan senang hati. Dan akan aku pastikan bahwa aku lebih hebat daripada seniorku."

Setelah mendengar ucapan So Myung ekspresi wajah Ji Tae seketika berubah dan tangannya pun ia kepal karena merasa geram. Namun itu ia tahan, karena tidak mungkin jika ia memberikan hantaman kepada seorang wanita. Apalagi wanita yang dihadapannya saat itu adalah wanita yang sudah lama diincarnya.

"Dan untuk kita semua harus bisa melakukan operasi besar itu tanpa adanya senior yang sombong seperti dia. Jadi, saya harap kita semua bisa kompak dan membuktikan kepada pimpinan rumah sakit bahwa kita bisa tnpa adanya putra kesayangannya ini,"  kata So Myung dengan tegas.

Setelah mengatakan hal itu kepada para dokter bedah jantung yang lain So Myung memberikan senyum sunggingnya kepada Ji Tae. Lalu So Myung pergi begitu saja dari ruangan yang membuatnya merasa kesal karena kesombongan Ji Tae. Begitupun dengan dokter lainnya yang mengikuti langkah So Myung. Sedangkan Ji Tae, ia masih berdiri mematung di ruangan itu.

"Sial! Kenapa malah aku yang dipermalukan oleh wanita angkuh itu. Padahal yang aku inginkan dia memohon kepadaku agar aku yang tetap memimpin operasi ini. Tapi nyatanya, malah dia yang seolah menantangku,"   Ji Tae menggerutu kesal.

Setelah menggerutu cukup lama di dalam ruangan itu kini Ji Tae memutuskan untuk kembali ke ruangannya dan memikirkan kembali bagaimana caranya agar So Myung tunduk kepadanya dan memohon cintanya. Tapi itu dirasa sangat sulit, karena So Myung sendiri yang memiliki sikap dingin terhadapnya.

Hari sudah semakin sore dan jam sudah menunjukkan tepat pukul 16.00 sore. So Myung yang kebetulan sudah selesai berjadwal di rumah sakit, kini ia memutuskan untuk berkemas lalu kembali pulang ke rumahnya. Almamater rumah sakit ia lepas lalu dengan langkah yang terburu-buru ia menuju ke tempat parkir untuk mengambil mobilnya.

"Tut... Tut...!" 

Mobil itupun dilajukan dengan kecepatan tinggi agar So Myung segera sampai di rumahnya dan melepaskan kelelahan yang ada di tubuhnya. Sekitar setengah jam kemudian sampailah So Myung di halaman rumahnya. Lalu memarkirkan mobilnya di garasi yang tidak terlalu luas, hanya cukup untuk mobilnya saja. Langkah cepat kebali dilakukannya dan setelah sampai di kamarnya ia disibukkan dengan pencarian ponselnya yang hilang.

Semua barang sudah diacak-acak olehnya, tapi ponselnya tetap saja belum ditemukan,"hah, kemana ponselku sebenarnya? Kenapa di kamar ini juga tidak ditemukan. Apa benar-benar sudah hilang?" Tanya So Myung seraya mengacak-ngacak rambutnya.

Setelah dibuat kesal atas apa yang terjadi di rumah sakit tadi pagi, kini So Myung di buat pusing atas hilangnya ponsel pentingnya. Bahkan So Myung merasa sudah menyerah untuk mencari ponsel tersebut yang sulit ditemukan. Dan So Myung memutuskan untuk menyegarkan tubuhnya di bawah air shower.

****

"Aku akan mengembalikannya besok,"  ucap Jun Hwan seraya memegang sebuah ponsel ditangannya.

Jun Hwan masih membawa ponsel So Myung yang terjatuh kemaren saat bertabrakan denganny. Bahkan detik itu juga Jun Hwan merasa jatuh hati kepada So Myung. Dan dengan kesempatan yang ada, Jun Hwan memutuskan untuk berkenalan dengan So Myung.

****

Cahaya matahari telah terpancar begitu teriknya. Bahkan cahayanya mampu menerobos celah-celah korden kamar So Myung. Dan itu membuat So Myung harus segera beranjak dari ranjang yang membuatnya nyaman,"selamat pagi dunia dan selamat pagi buat kamu, penyemangatku setiap waktu. Meskipun kamu sudah hilang dari muka bumi ini, tapi aku tidak akan pernahenghilangkanmu dari hatiku. Karena hanya kamu yang bisa membuatku merasakan bahagia.dan kenyamanan."

So Myung memandang lekat sebuah bingkai foto dengan selembar foto seorang lelaki tampan di dalam bingkai itu. Bahkan setelah mengucapkan hal itu So Myung memberikan sebuah kecupan pelan kepada foto lelaki itu. Lalu, So Myung berdiri dan membuka korden kamarnya dengan selebar mungkin. 

Rumah yang di dekorasi dengan indah. Karena posisi pembangunannya di jalan dekat tepi pantai. Dan itu pilihan So Myung sendiri yang ingin hidup mandiri tanpa memiliki harta yang dimiliki kedua orang tuanya. Sehingga So Myung memutuskan untuk berpisah dari keluarganya itu dan membuat rumah yang nayaman sesuai dengan pikihannya.

Hari itu dimulai tanpa adanya sebuah ponsel yang digunakan sebagai alatnya untuk tetap berhubungan dengan rumah sakit tempat bekerjanya. Namun So Myung tidak boleh bermalas-malasan, karena So Myung ingat betul dengan jadwal ia beetemu pasien kemaren yang belum sempat bertemu dengannya. Dan kali ini So Myung memtuskan untuk berangkat pagi agar pasien kemaren tidak menunggu lama kehadirannya.

"Aku rasa sudah cukup untuk berada di depan cermin ini. Dan sekarang sudah waktunya untuk aku kembali bekerja dan mempersiapkan untuk operasi besar itu," putus So Myung setelah merapikan pakaiannya.

Pagi itu matahari memancarkan cahanya dengan begitu terik. Untung saja So Myung selalu menggunakan mobil sebagai kendaraannya menuju kemana pun ia memiliki tujuan, termasuk ke rumah sakit. Meskipun pada akhirnya ia akan bertemu dengan Ji Tae, lelaki yang selalu membuatnya merasa jengkel.

Beberapa menit kemudian sampailah So Myung di rumah sakit itu. Dan beberapa suster yang berpapasan dengannya telah menyapa sopan,"selamat pagi, Dokter!" Begitupun dengan So Myung yang membalas sapaan mereka meskioun dengan sikap yang selalu diterapkannya, yaitu sikap dingin dan angkuh. Karena So Myung hanya membalas sapaan mereka dengan anggukan pelan.

So Myung terus berjalan dengan gontai saat menuju ke ruangannya. Dan setelah sampai di dalam ruangan miliknya itu, ia dikejutkan dengan kehadiran seorang lelaki yang tidak asing baginya. Dan seketika So Myung merasa marah atas kehadiran lelaki itu.

"Kamu," ucap So Myung seraya mengarahkan telunjuknya ke arah dimana lelaki itu tengah duduk.

Seketika lelaki itu berdiri dan memberikan senyuman manis kepada So Myung,"ya, ini aku. Lelaki yang sudah melakukan ciuman bersamamu kemaren." Dengan santai Jun Hwan mengatakan hal itu kepada So Myung.

"Apakah kamu sudah tidak waras mengatakan hal itu kepaku? Lebih baik kamu sekarang pergi dari sini sebelum aku mengusirmu,"  So Myung memberikan ancaman kepada Jun Hwan tapi ancaman itu tidak digubris oleh Jun Hwan,"aku tidak akan pergi dari sini, karena aku masih memiliki keperluan denganmu."

So Myung melangkah pelan dan semakin mendekati Jun Hwan. Bahkan So Myung ingin memberikan sebuah tamparan kepada Jun Hwan, tapi Jun Hwan dengan tangkas menangkap tangan So Myung. Sehingga tangan So Myung tak bisa menampar pipi Jun Hwan. 

"Hah, lepaskan tanganku!" Jika tidak, aku akan berteriak dan memgatakan bahwa kamu sudah berusaha menyakitiku,"  ancam So Myung kembali.

"Tidak akan, jika kamu mau memgatakan kepada mereka semua bahwa aku sudah menyakitimu, maka aku akan memgatakan kepada mereka semua bahwa kamu dokter yang tidak bisa melayani pasiennya dengan baik," balas Jun Hwan.

So Myung tidak habia pikir bagaimana bisa ia bertemu lagi dengan lelaki yang menyebalkan dan itu lebih memyebalkan daripada Ji Tae. So Myung berusaha melepaskan tangannya secara paksa, dan ketika tangan itu sudah terlepas malah dirinya yang sengsara. 

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status