Share

Mommy and Baby Ghost

"Louva, bangun!"

Saat kedua kelopak mata itu perlahan terbuka, Robert pun termangu untuk beberapa saat.

Lelaki itu baru menyadari kalau warna bola mata Louva tidak benar-benar hijau, tapi ada sedikit gurat kecoklatan di dalamnya, dengan bintik-bintik kecil hitam yang tersebar di bagian irisnya.

Unik dan... cantik sekali.

"Loh? Pak Robert? Pak Elang kemana?" Tanya Louva kaget, ketika melihat kursi penumpang di sebelahnya telah kosong. Mesin mobil belum dimatikan, namun driver yang bernama Pak Lintang juga sudah tidak ada.

Hanya Robert dan Louva yang masih tertinggal di mobil, dengan posisi Robert yang jongkok di depan pintu dimana Louva berada.

Robert tersenyum lucu melihat Louva yang seperti masih linglung karena baru bangun tidur. "Pak Elang udah duluan turun ke proyek dengan dikawal Lintang. Kamu tuh ya! Bisa-bisanya ketiduran di hari pertama kerja!" Cetus Robert sembari menggeleng-gelengkan kepalanya heran.

Louva pun gelagapan, dan buru-buru menegakkan tubuhnya dengan kaku dan mendehem pelan. "Maaf..." cicitnya pelan sambil menunduk.

Robert hanya mendengus geli sambil berdiri. "Rapihkan dulu rambutmu yang kusut!" Perintahnya, yang langsung ditanggapi Louva dengan meraba rambur panjangnya serta menyisirnya dengan jemari. Setelah merasa semuanya sudah rapi, Louva pun buru-buru keluar dari mobil karena tidak ingin bosnya menunggu terlalu lama.

"Untung saja Pak Elang tidak marah karena sekretarisnya ketiduran di mobil," ujar Robert sambil melirik Louva yang berjalan di sampingnya dengan masih menundukkan kepala.

"Beneran Pak Elang nggak marah, Pak?" Louva pun meringis gugup.

Robert mengangguk. "Beneran kok. Malah tadi Beliau menyuruh saya nggak berisik, biar kamu nggak keganggu tidurnya."

"HAH?!"

Robert terkekeh pelan melihat ekspresi melongo Louva yang jarang sekali ia lihat sejak kemarin. Gadis ini biasanya datar sekali seperti robot, dan Robert cukup menikmati melihat Louva yang akhirnya bersikap selayaknya manusia normal.

Mereka berjalan masuk ke dalam sebuah proyek yang sepertinya sebuah gedung yang sangat tinggi. Louva membaca papan nama besar yang melintang di depan pagar tinggi.

"The Abimanyu Sky Tower," lirih pelan Louva sambil mengangguk-angguk. Ia pernah membaca soal pembangunan gedung yang digadang-gadang akan menjadi gedung tertinggi di Asia Tenggara itu.

Gedung yang mengusung konsep modern dengan tema eco-friendly. Louva nggak terlalu detail membaca seperti apa konsep eco-friendly yang dimaksud sih, tapi sepertinya sesuatu yang tidak terlalu banyak melibatkan polusi serta pencemaran udara. Juga material yang digunakan untuk mendirikan gedung terbuat dari bahan-bahan alami tanpa campur tangan bahan kimia.

Mereka berdua pun terus berjalan masuk ke dalam lokasi megaproyek itu, setelah Robert memberikan sebuah topi proyek berwarna kuning kepada Louva.

Gadis berambut panjang itu pun hanya bisa menelan salivanya dengan kasar ketika melihat sosok tegap Pak Elang dari kejauhan.

Lelaki itu tampaknya sedang memberikan pengarahan kepada pimpinan proyek yang terlihat serius mendengarkan CEO-nya berbicara.

Louva sedikit terkesiap ketika melihat sesosok yang berbeda diantara para lelaki yang iku berdiri diantara mereka.

Sial.

Ada hantu nyasar berdiri diantara Pak Elang dan lelaki yang sepertinya pimpinan proyek!

Louva mendehem pelan, gugup karena sosok itu sepertinya menyadari kehadiran seorang indigo. Mata mengerikan yang hitam seluruhnya itu menatap tajam Louva, begitu pun dengan bayi kecil aneh yang ada di dalam gendongannya.

Aneh, karena wujudnya yang sama pucat dan kaku seperti sosok yang mendekapnya di dada itu.

Refleks, Louva berdiri di belakang Pak Robert ketika sosok itu melayang mendekatinya sembari memiringkan kepala dengan sudut leher yang tak wajar.

Mungkinkah dia mati karena bunuh diri? Ataukah jangan-jangan dia dijadikan tumbal proyek?

Yang pasti, Louva merasakan aura gelap yang menakutkan keluar dari sosok itu dan bayinya. Seketika bulu kuduk gadis itu pun merinding, hal yang sudah sangat jarang ia rasakan walaupun seringkali bertemu dengan makhluk astral.

Louva yakin sekali kalau makhluk itu berniat jahat, entah kepada siapa niat itu akan ia lakukan, yang pasti Louva bisa merasakan bahwa hari ini akan ada sesuatu yang terjadi.

Robert mengernyit melihat Louva yang tiba-tiba berdiri di belakangnya. Lelaki itu mengira kalau sekretaris CEO itu takut bertemu Pak Elang setelah ketahuan ketiduran pada jam kerja.

Sambil menghela napas, lelaki itu pun menarik lengan Louva, membuatnya kembali berjalan berdampingan dengannya.

"Kan tadi saya sudah bilang, kalau Pak Elang nggak akan marah sama kamu?!" Jelasnya dengan nada yang disabar-sabarkan. "Meskipun tetap saja, kamu harus minta maaf pada beliau, Louva."

Louva menelan ludah kasar sembari berjalan kaku di samping Robert. Ia tak berani menoleh ke kanan, karena si hantu wanita dan baby hantunya itu sedang melayang di sampingnya dengan wajah menyeringai lebar hingga ke telinga.

'Fokus, Louva. Fokus! Abaikan saja hantu nggak jelas itu!' Batin Louva menguatkan hatinya.

Sementara itu, Elang yang kali ini mendengarkan Pak Benny pimpinan proyek yang sedang berbicara, seketika menoleh refleks karena melihat Robert dan Louva yang berjalan ke arahnya.

Satu alis lebatnya serta-merta terangkat naik, saat melihat tatapan tajam Louva yang terarah kepadanya.

'Ini cewek berani banget menatapku seperti itu?!' batin Elang salah paham sambil mendengus.

Louva yang tidak tahu harus mengalihkan pandangannya kemana untuk berusaha mengabaikan sosok astral di sampingnya, tanpa sengaja malah memandang Elang lekat-lekat.

Robert pun langsung menyikutnya ketika Louva hanya diam saja saat sudah berada di dekat Elang.

"Minta maaf," bisiknya pelan di telinga Louva.

"Ini siapa, Pak Robert?" Tanya Benny ramah sambil tersenyum kepada Louva.

"Oh ya, kenalkan semuanya. Ini adalah sekretaris saya yang baru, namanya Louva," Elang pun langsung mengambil alih memperkenalkan Louva kepada semua orang.

"Ini Pak Benny, dia adalah pimpinan mega proyek ini, yang bertanggung jawab sepenuhnya," tukas Elang lagi memperkenalkan Benny kepada Louva.

Louva menunduk sopan dan tersenyum sambil mengedarkan pandangannya kepada Pak Benny dan semua orang. Selintas, ia mendengar bisik-bisik rendah diantara pekerja di sana.

"Cantik banget ya."

"Masih muda juga kayaknya."

"Emh. Pak Elang pinter cari sekretaris."

"Sering-sering aja dibawa ke sini. Lumayan yang bening-bening bikin semangat kerja."

Suara kekehan tertahan kemudian yang terdengar selanjutnya.

Oh, Louva memang bisa mendengar suara manusia yang saling berbisik apabila jaraknya tidak terlalu jauh, karena panca indra seorang indigo jauh lebih sensitif dibandingkan manusia normal lainnya.

Itu lumrah.

Selanjutnya Pak Elang kembali berdiskusi dengan Pak Benny, sementara Louva celingukan mencari-cari keberadaan si hantu dengan aura jahat itu.

Aneh, kemana ya perginya??

Saat Louva menengadahkan kepalanya ke atas, seketika manik hijau emerald kecoklatan miliknya pun melebar dengan sempurna. Si ibu hantu itu ternyata sedang berdiri di lantai sepuluh gedung yang terbuka sambil menunduk ke bawah dan tertawa melengking.

Louva ingin sekali menutup telinganya yang mulai berdenging karena kuatnya gelombang suara yang dikeluarkan hantu emak-emak itu, tapi jelas tidak mungkin ia lakukan di depan semua orang.

Apalagi sekarang, saat giliran Pak Elang yang sedang memberikan pengarahan!

Namun Louva tak lepas menatap ke atas, karena perasaannya seketika tidak enak.

Dan hal itu pun terbukti ketika tiba-tiba sepotong kayu besar pun melayang jatuh tepat di atas Pak Elang!

*BERSAMBUNG

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status