Share

First Trip

Penulis: Aswa Antari
last update Terakhir Diperbarui: 2022-01-07 14:17:16

*Selamat Membaca*

---

Louva sedikit tenang karena hari ini sepertinya ia bebas dari gangguan Tiwi dan Si Pucat. Hm... kayaknya ia harus mencari nama untuk hantu menyebalkan yang suka mengikuti Pak Elang itu deh. Kira-kira apa nama yang cocok ya?.

Ia teringat jemari kurus wanita itu dan kuku tajamnya yang mencakar-cakar kaki Louva dan bergerak seperti ular kecil, lalu seketika ia pun tahu apa nama yang cocok.

Medusa. Haha. Ya, cocok banget. Sifatnya juga antagonis sesuai nama kan?

Mudah-mudahan saja si Medusa hari ini tidak muncul, akan sangat sulit menghadapinya karena Louva akan meninjau lokasi hotel bersama Pak Elang. Nggak lucu kan kalau Louva berantem cakar-cakaran dengan Medusa di depan bosnya. Bisa-bisa Louva dikira sakit jiwa.

Louva sudah membatalkan pertemuan bosnya dengan Jordan Company hari ini, dan menjadwalkan ulang esok pagi. Syukurlah ada Pak Robert yang sering membantunya dalam hal pekerjaan dan juga nasihat berpakaian. Ia benar-benar berhutang pada lelaki itu.

Louva bertekad akan mentraktir Pak Robert ketika ia mendapatkan gaji pertama, seperti permintaan lelaki itu kemarin walaupun Pak Robert hanya bercanda.

Louva melirik jam di pergelangan tangannya. Sudah jam 9 pagi. Dia akan mengingatkan kembali jadwal sidak Pak Elang ke hotel di Bogor.

Louva menggigit bibirnya. Apa nanti dia boleh minta ijin satu jam untuk mengunjungi mama? Mumpung dia ada di Bogor...

Tapi... tidak. Ini adalah hari pertama ia bekerja. Louva tidak enak jika sudah minta macam-macam sama bosnya. Sepertinya ia harus sabar menunggu weekend sajalah untuk pulang ke Bogor dan bertemu mama.

Biip... Biiip...

Telepon meja yang berada di sampingnya tiba-tiba berbunyi, dan Louva melirik sekilas display untuk mengetahui siapa yang menelepon.

"Ada yang bisa saya bantu, Pak Elang?" tanya Louva, setelah ia melihat nomor bosnya di display telepon.

"Siapkan mobil dan hubungi Robert. Bersiaplah untuk berangkat ke Bogor dan bawa dokumen yang tadi saya e-mail," perintah Elang dari seberang telepon.

"Baik, pak."

Louva segera menghubungi driver Pak Elang yang bernama Lintang, lalu menghubungi Robert untuk menjemput Pak Elang di ruangannya.

Segera, mereka bertiga keluar menuju lift VIP yang hanya diperuntukkan bagi CEO. Di dalam lift, Pak Elang terus bertanya pada Robert mengenai informasi Hotel Abimanyu cabang Bogor yang dijawab dengan lugas oleh Robert. Louva sampai terkagum-kagum mendengarnya.

"Lihat, Louva? Robert bisa menjawab semua pertanyaanku dengan baik. Belajarlah padanya. Kelak, aku akan bertanya padamu, dan aku tidak akan bisa mentolerir jawaban yang salah apalagi asal-asalan. Mengerti?" ucap Pak Elang sambil melirik Louva sekilas namun tajam.

"Saya mengerti, pak," sahut Louva. Ia melirik Robert yang tersenyum sambil mengedipkan mata padanya. Louva pun membalasnya dengan senyum kecil.

Saat pintu lift terbuka, Pak Elang keluar lebih dahulu, diikuti oleh Robert dan Louva yang berjalan di belakangnya. Louva sedikit kerepotan mengikuti langkah lebar dari kaki panjang Pak Elang, sehingga ia harus berlari-lari kecil agar tidak ketinggalan.

Louva kembali melirik Robert yang terlihat berjalan dengan santai. Huh. Pak Elang dan Robert sama-sama memiliki kaki yang panjang, dan tinggi tubuh yang hampir sama. Louva mengira-ngira mungkin tinggi mereka sekitar 193 cm, sedangkan dia hanya 167 cm. Pantas saja dia jadi terlihat seperti kura-kura yang mengejar kelinci.

Di lantai bawah, ia bertemu Lissy yang membawa beberapa dokumen tebal dan terlihat berjalan terburu-buru. Mereka saling menatap dan melemparkan senyum, sebelum Lissy menghilang ke arah lift.

Kemudian Louva pun segera menelepon Lintang--driver Pak Elang--untuk stand by di lobby.

Robert berjalan mendahului mereka menuju ke mobil, untuk membukakan pintu penumpang untuk Pak Elang, sementara Louva bingung ia harus duduk di mana.

Akhirnya ia memutuskan untuk berjalan ke pintu depan. Louva berpikir, pasti Pak Elang ingin berdiskusi dengan Robert di kursi belakang.

Namun saat kakinnya hendak melangkah menuju pintu depan, tiba-tiba saja Pak Elang memegang tangannya dan membuat langkah Louva terhenti.

"Mau kemana?" Pak Elang menatapnya dengan kening berkerut.

"Uhm... saya duduk di depan kan, Pak?" tanya Louva bingung.

Pak Elang pun kembali menyapukan pandangannya pada baju dan rok Louva sekilas. "Ck. Bajumu terlalu seksi, sebaiknya duduklah di belakang denganku agar aman." Lalu ia pun melepaskan tangannya dan berjalan masuk ke dalam mobil.

"Robert, kamu duduk di depan," perintahnya kepada Robert sebelum masuk ke dalam mobil.

"Baik, pak," sahut Robert sebelum menutup pintu mobil untuk bosnya.

Louva yang hanya bisa patuh pada perintah Pak Elang, masih bertanya-tanya dalam hati. Duduk di belakang biar aman? Memangnya kalau duduk di depan tidak aman? Dan kenapa sih, bosnya ini selalu mengatakan bajunya terlalu seksi?

Bahkan tadi Louva sempat membandingkan dirinya dengan Lissy, dan jelas-jelas baju Lissy jauh lebih seksi! Gadis itu mengenakan kemeja lengan pendek yang membalut tubuhnya ketat dengan bunga besar di pundaknya, dengan rok mini yang juga ketat.

Bagaimana mungkin Louva yang hanya mengenakan kemeja longgar dan pencil skirt selutut dibilang seksi??

Mungkin Pak Elang butuh kacamata. Kira-kira kapan ia berulang tahun, ya? Louva ingin sekali memberinya kacamata biar Pak Elang bisa melihat dengan jelas, pikirnya kesal.

Perjalanan ke Bogor dari Jakarta yang mereka tempuh diwarnai kemacetan seperti biasa. Louva menyandarkan kepalanya, setelah melirik sekilas pada Pak Elang yang masih sibuk mengetik di laptopnya.

Huufhh... lelah sekali. Semalam ia ngobrol dengan Tiwi tentang Robert. Tiwi ingin Louva membuat Robert menyukainya, dan meninggalkan calon istrinya yang ketahuan selingkuh itu. Cih. Ada-ada aja tuh kunti satu.

Dan tentu saja Louva menolak ide aneh itu dan membuat Tiwi menangis dengan suaranya yang melengking, ngotor-ngotorin telinga aja. Jadilah Louva semalaman mendengarkan tangisan Tiwi yang menyayat.

Tak terasa, Louva pun tertidur. Angin sejuk dari AC mobil dan deru pelan mobil mengantarnya menuju dunia mimpi dengan cepat.

Elang yang masih sibuk memeriksa laporan keuangan, baru menyadari kalau sekretarisnya telah tertidur saat menoleh ke arah Louva. "Nyenyak sekali," gumannya geli, saat melihat Louva menjatuhkan Ipad dari genggamannya ke atas kursi.

Tatapannya pun kembali ke wajah Louva yang damai, dan Elang tiba-tiba merasa lebih suka memperhatikan sekretarisnya yang sedang terlelap dari pada laptopnya.

Hmm... wajahnya terlihat jauh lebih polos dan rapuh saat tertidur seperti itu. Jika melihat ekspresi Louva saat tertidur, tidak akan pernah ada yang menyangka kalau gadis ini sangat datar dan dingin saat terjaga.

Elang mengambil ponselnya, dan diam-diam memfoto Louva dalam kondisi tidur. Saat melihat hasilnya, sebuah senyum tipis pun terukir di bibirnya.

Lucu sekali. Dia pasti malu jika aku tunjukkan foto ini nanti. Hah. Berani-beraninya dia tertidur saat hari pertama kerja!

Elang masih sibuk menertawai foto itu dalam hati, ketika tiba-tiba Robert bersuara.

"Apa Louva tertidur, pak?" tanyanya tak percaya. Ia sedang menoleh ke belakang dan menatap Louva dengan terkesima.

"Ssh..." Elang menaruh telunjuknya di bibir saat menatap Robert, dan terkejut sendiri kenapa ia melakukan itu. Kenapa ia malah peduli jika Louva terbangun? Bukankah seharusnya ia memang membangunkan sekretarisnya itu?

Robert pun terdiam dan mengangguk. Dengan cepat, ia membalikkan badannya dan kembali menatap jalanan yang dipenuhi kendaraan bermotor.

Elang pun mengutuk dirinya. Semoga saja Robert tidak berpikiran yang bukan-bukan karena tadi Elang menyuruhnya untuk diam.

*Bersambung

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Supernatural Louva   Siapa Yang Akan Melindungi Kamu?

    "Sebenarnya apa yang mereka inginkan?" Tanya Elang dengan nada frustasi. Louva tidak langsung menjawab. Gadis itu seperti sedang melamun, namun beberapa detik kemudian ia pun berkata, "mereka ingin menjaga Bapak dari wanita indigo seperti saya.""Menjaga saya dari wanita indigo seperti kamu?" Ulang Elang tak mengerti."Seorang indigo memiliki gelombang aura bersinar yang hanya dapat dilihat oleh makhluk astral atau ghaib. Dan aura itu membuat mereka tertarik untuk melihat serta mendekat. Itu sebabnya saya nggak mau punya teman dekat, Pak. Karena semua yang dekat dengan saya akan ikut diganggu oleh mereka," terang Louva panjang lebar."Yang sekarang berada di samping Pak Elang itu bermaksud baik sih, sebenarnya. Mereka hanya mau melindungi Bapak dan nggak mau Pak Elang jadi sasaran makhluk yang kadang-kadang ada yang sifatnya agresif."Elang mengerutkan keningnya selama beberapa saat, mencerna semua informasi yang sangat asing bahi dunianya yang dipenuhi logika.Ya, dan semua logika i

  • Supernatural Louva   Dua Penjaga Elang

    Setelah tiga hari dirawat di rumah sakit, akhirnya hari ini Louva bisa kembali bekerja.Tangan kirinya masih diperban karena lukanya masih belum sembuh total, namun sudah tidak terlalu sakit lagi bila digerakkan untuk beraktivitas.Ia disambut oleh Widya, Lissy dan Robert yang sengaja menunggunya untuk memberikan surprise selamat datang di depan ruangannya. Louva benar-benar terharu ketika menerima sebuah buket bunga mawar merah muda dari Robert dan sekeranjang camilan manis yang diberikan Widya kepadanya. "Ini dari kami bertiga," ungkap riang gadis manis bertubuh mungil itu sambil menyodorkan keranjangnya. "Terima kasih," balas Louva sambil tersenyum manis. Meskipun masih sangat baru di perusahaan, tapi ia merasa beryukur karena sudah memiliki beberapa teman yang sangat baik kepadanya."Eh iya, ada satu lagi nih," tiba-tiba Lissy berucap dengan merogoh kantung kemeja lengan pendeknya yang ujungnya dimasukkan ke dalam rok sepan ketat sepuluh senti di atas

  • Supernatural Louva   Hantu (Yang Masih)Jatuh Cinta

    Netra hijau Louva tak berkedip mendengar cerita tentang masa lalu Dahlia, si sundel bolong yang merasuki dirinya dan juga yang mengganggu Pak Elang. Naas sekali nasib perempuan itu. Selama beberapa saat, Louva merasakan duka yang cukup dalam memberatkan dadanya. Duka yang seringkali ia rasakan sebagai manusia indigo yang bukan hanya bisa berkomunikasi dengan makhluk astral, namun juga bisa merasakan rasa sakit dan ketakutan yang amat sangat di saat-saat terakhir kehidupan mereka. Jiwa seorang indigo terhubung dan dapat menyentuh ruang hampa di dalam eksistensi tak kasat mata, sehingga tanpa Louva sadari, sebutir cairan bening telah luruh dari manik hijaunya. Gadis itu tersentak ketika merasakan sebuah jemari kuat telah mendahului untuk menghapus air matanya. Kesiap pun pelan lolos dari bibirnya saat pandangannya bersirobok dengan netra pekat Elang yang menyorotnya teduh."Kamu bisa merasakannya, ya?" Louva mengerjap pelan. Mind-reader ini pasti sedang me

  • Supernatural Louva   Dahlia's Story

    Perlahan, Louva membuka kedua kelopak matanya yang terasa berat. Ia meringis ketika merasakan sekujur tubuhnya yang terasa seperti habis digilas tronton, dan lehernya yang teramat nyeri ketika ia mencoba menelan saliva agar sedikit mengurangi rasa kering di tenggorokannya.Tunggu dulu. Kenapa rasanya ada yang aneh di sini ya?Louva pun mengedip pelan ketika pada akhirnya ia menyadari sesuatu. Sesuatu tentang ingatannya yang terakhir... saat si sundel bolong yang mengaku bernama Dahlia itu... mencekiknya.Louva mengira momen itu adalah akhir hayatnya di dunia, tapi ternyata dia masih hidup!Louva melarikan netranya kesana kemari untuk lebih meyakinkan dirinya bahwa ia memang masih berada di dunia nyata, bukanlah fana. Dan beberapa saat kemudian gadis itu pun menghembuskan napas lega.Ia sedang terbaring di atas brankar, dengan infus yang menancap di tangan kirinya. Saat ini ia sedang berada di kamar rawat VIP yang sepertinya sudah dirapikan, karena beberapa s

  • Supernatural Louva   Siapa Dahlia?

    Elang hanya bisa menahan napasnya ketika merasakan bagian lembut dari tubuh Louva menekan kulitnya Gadis indigo itu duduk di pangkuan Elang dan memeluk tubuhnya, dengan dalih untuk memancing si makhluk astral itu keluar. Tapi apa Louva tahu kalau posisi mereka ini sangatlah berbahaya? Meskipun sikapnya sedikit aneh, namun Louva adalah gadis yang cantik dengan tubuh seksi, dan Elang sendiri adalah lelaki yang normal!"Saya melakukan ini agar si makhluk itu keluar, Pak. Nanti kalau dia merayu Bapak lagi, tolong jangan tergoda. Tapi berusahalah untuk mengorek informasi!"Bisikan Louva itu pun malah membuat darah yang mengalir di tubuh Elang semakin memanas. Sial! Apa gadis ini sengaja menggodanya??Louva terkesiap ketika Elang malah mencengkram tengkuknya dan menarik wajahnya hingga berhadapan sangat dekat. "Kalau mau bikin cemburu, jangan nanggung!" Guman Elang dengan matanya yang telah pekat oleh hasrat. Ia menatap bibir Louva yang merah merekah alami.

  • Supernatural Louva   Pancingan

    "Mendingan kita keluar dulu deh," usul Elang sambil menarik tangan Louva keluar dari kamar mandi. Ia tidak bisa menjamin akan tahan untuk tidak menyerang Louva jika mereka masih saja berada di kamar mandi ini. Bayangan sekretarisnya yang menatapnya sayu sambil mendesah dengan suara seksi masih terngiang di pikiran lelaki itu. Oke, sepertinya dia harus meluruskan otaknya dulu sebelum bicara dengan tenang kepada Louva."Baju kamu basah, ganti dulu sana," titahnya kemudian. Louva melirik home dressnya yang mulai setengah kering, lalu memutuskan untuk menggantinya dengan yang baru. Louva membawa sepotong kemeja santai dan celana panjang yang longgar kembali ke kamar mandi untuk berganti pakaian. Lagi-lagi ia hanya bisa meringis kala melihat pantulan wajahnya di cermin. 'Aku terlihat seperti cewek binal,' pikirnya sambil menoyor kepala sendiri. Bagaimana tidak? Bibirnya bengkak kemerahan seperti habis melakukan ciuman hot dengan durasi yang panjang, dan bagian dadanya dipe

  • Supernatural Louva   Tergoda Makhluk Penggoda

    "Selamat pagi! Sarapan untuk Nona Louva Maynara!" Suara cempreng dan riang khas ibu-ibu yang mengantarkan makanan itu, serta-merta membuat Elang yang sedang terbawa suasana intim dengan Louva pun sontak tersadar. Dengan cepat, ia melepaskan pagutan bibir mereka yang semakin panas dan liar. Wajah Louva yang merah karena gairah kini berada begitu dekat dengan wajahnya, membuat Elang tergoda ingin melanjutkan kembali apa yang baru saja ia hentikan.Aaahh!! Rasanya ia ingin sekali memukul kepalanya sendiri, karena tak mampu menolak rayuan maut sosok astral yang menjelma ke dalam tubuh sekretarisnya ini!Efek gairah panas itu pun masih terasa meledak-ledak di dalam dada Elang, juga seperti ada sesuatu yang menggelitik dan merayap di bawah kulitnya. Sambil menggeleng-gelengkan kepala seraya mengerjapkan mata, Elang berusaha mengusir gelora hasrat yang membuat kepalanya pusing karena menginginkan hal yang lebih intim dari sekedar bercumbu.Elang pun mencengk

  • Supernatural Louva   Kerasukan Yang Kedua

    Baru sekali ini Louva bisa tertidur di malam hari dengan nyenyak.SANGAT nyenyak.Tidak ada drama jam tiga pagi terbangun karena mendengarkan Tiwi si kuntilanak yang nangis dan mimta dipeluk. Tak ada Popo si pocong yang suka iseng melompati tubuhnya yang sedang berbaring, tak ada anak kecil dengan satu mata bolong yang suka bertanya dimana mainannya, dan lain-lain.Setelah bertahun-tahun, Louva terbangun di pagi hari itu dengan senyum puas terlukis di bibirnya yang sudah terlihat tidak terlalu pucat lagi.Dengan mata yang masih terpejam, senyum manis pun terlukis di wajahnya.Namun senyum itu seketika memudar, ketika telinganya menangkap sebuah suara gemericik air dari kamar mandi.Serta merta matanya pun terbuka lebar, menampakkan iris emerald yang menatap nanar pintu kamar mandi.'Eh, Pak Elang masih di sini??'Louva mengalihkan wajahnya ke jam dinding yang menunjukkan pukul delapan. Jam kerja di kantornya dimulai

  • Supernatural Louva   Teman Tidur

    Tak ada kata-kata yang keluar dari bibir Louva saat Elang memberitahukan bahwa dirinya adalah seorang mind reader atau pembaca pikiran. Ulangi, Mind-Reader! Catet!! Ingin rasanya Louva tertawa sambil bertepuk tangan untuk candaan bosnya itu yang telah berhasil mengelabuinya hingga dua kali, jika saja kali ini Pak Elang tidak mengucapkannya dengan wajah yang sangat serius. "Pak Elang becanda, kan?" Timpal Louva, masih enggan untuk mengakui jika memang beberapa kali pikirannya seperti dapat dibaca dengan tepat oleh bosnya itu. Elang terdiam sejurus, kemudian ia menggeleng pelan. "Saya tidak bercanda." Gadis itu pun cengo selama beberapa saat, berusaha untuk menyelaraskan otak dan pikirannya saat ini. Menjadi indigo saja adalah sesuatu yang rasanya masih sulit untuk diterima akal sehat, lhaa ini malah bertambah lagi orang yang memiliki kemampuan yang aneh! "Kalau kamu nggak percaya, coba pikirkanlah sesuatu dan biark

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status