”Dan, saat ini aku dihidupkan kembali dari kematianku. Bersama ular itu aku melintasi dimensi waktu dan akhirnya aku dikembalikan ke tubuhku ini.”
”Ular itu memang calon suamimu, nak” ucap bapak merespon penjelasan Angi kepada Adhimas.
Adhimas yang mendengar ucapan bapak langsung menelan air ludahnya dan membuka matanya dengan lebar. Ia merasa tak terima dengan takdir ini.
Adhimas yang masih syok dengan perkataan Bapak, melirik ke arah Angi mencoba mendapatkan jawaban yang lebih menenangkan. Namun, Angi tak membalas lirikan Adhimas. Ia hanya menunduk dan menatap kedua tangannya.
“Aku minta maaf, Adhimas,” ucap Angi sendu. ”Aku juga akan berbesar hati menerima sosok ular itu meskipun rasanya berat.”
”Baik, aku mengerti dengan keadaanmu. Tapi, aku akan berusaha untuk menjadi yang terbaik bagimu.”
”Aku harap takdirmu adalah aku,” gumam Adhimas dalam hatinya.
”N
”Terima kasih atas informasi yang bapak berikan. Akhirnya, kami bisa menyelesaikan tugas ini dengan baik,” berkata salah satu perwakilan polisi yang bertugas. “Sama-sama, pak,” jawab Adhimas.Pak polisi dan segenap petugas segera kembali untuk mengotopsi korban dan mengecek sidik jari yang tertinggal di ambulance. Namun, Adhimas dan Angi masih berada di tempat. Tiba-tiba Angi merasakanuh pening di kepalanya. Muncul sebuah ilusi bayangan seorang laki-laki paruh baya sedang menatap tajam pada mereka. Ia berdiri tepat dibawah pohon mahoni besar yang berada di sisi jalan. “Ada Angi?” tanya Adhimas. “Ada seseorang yang memerhatikan kita,” jawab Angi. ”Bau ini…. sangat kental sekali. Segar dan pekat,” lanjut Adhimas. Ia berjalan mengikuti bau yang terasa di penciumannya. Dalam ilusi bayangannya ia melihat kejadian tragis yang dialami supir dan perawat itu. Ia melihat sosok pak supir dengan kepala hancur dan ceceran darah menutupi sebagian
Jam dinding berputar dengan cepat. Suara dentang jarum jam terdengar jelas di setiap gerakannya. Tak terasa sudah hampir dua jam ia berselancar dengan smartphonenya. Ia segera merapikan dirinya dan bersiap untuk interview selanjutnya bersama HRD. Ia masih menunggu kedatangan Adhimas. Sudah pukul 10.20 pagi namun Adhimas tak kunjung datang. Ia kemudian memutuskan berangkat sendiri menuju perusahaan itu. Saat ia sedang menunggu pesanan taksi online datang, mobil fortuner putih langsung berhenti di depan Angi. "Maaf aku telat. Ayo cepat masuk," ucap Adhimas dari dalam mobil yang masih memegang setir. "Tapi aku sudah memesan taksi online mas. Dia sedang menuju kesini." Adhimas kemudian membuka pintu mobilnya dan berjalan menuju Angi. Dengan gerakan cepat ia merebut HP Angi yang sedang digenggamnya. "Nih, sudah. Ayo masuk ke mobil." "Hahh?" Adhimas memegang tangan Angi dan menuntunnya hingga ke pintu mobil. Ia membuka pintu dan memp
Perusahaan tempat Angi bekerja berlokasi di Sunter, Jakarta. Perusahaan yang bergerak di bidang otomotif ini adalah salah satu perusahaan asing terbesar di Indonesia. PT Honda Motor merupakan Agen Tunggal Pemegang Merek Mobil Honda di Indonesia. Sebagai agen tunggal, PT Honda Motor merupakan satu-satunya perusahaan yang berhak mengimpor, merakit dan membuat kendaraan bermerk Honda di Indonesia. PT Honda Motor yang berlokasi di Sunter ini merupakan Head Office. Sedangkan yang berlokasi di Karawang adalah Factory. Oleh karena itu, Angi sangatlah beruntung bisa bekerja di bagian office dan memegang peran penting sebagai Human Resource. Pagi yang cerah dan matahari yang menyinari bumi Jakarta dengan hangat membangkitkan semangat Angi. Hari pertama masuk kerja tak mau ia lewatkan dengan kesalahan. Ia bangun lebih awal dan segera bersiap untuk pergi ke kantor. Ia yang tinggal bersama Adhimas di dalam ruangan yang sama, membuat dirinya merasa canggung. Dalam satu sisi, ia m
Saat ia tiba di lantai 5, ia melihat Adhimas berjalan lurus setelah keluar dari lift. Angi yang tanpa berpikir panjang, ia langsung mengikuti Adhimas. Ia berjalan sangat cepat sehingga Angi kehilangan jejak. ”Duuhh.. pergi kemana sih dia,” ucap Angi. ”Sebenarnya dia mau kemana sih?” Kemudian Angi masuk ke salah satu ruangan dan ia terkejut. ”Aaakkkkkhh!!” Seekor tikus melompat tepat di hadapan Angi yang baru saja membuka pintu. Tikus itu berlari sangat cepat dan ia memasuki ruangan lain. Angi yang tak berniat untuk mengagetkan si tikus malah kena batunya. ”Dasar tikuss!!” kesal Angi. ”Ngagetin aja!” Angi melanjutkan pencariannya. Ia menutup kembali pintu ruangan tersebut. Tak disangka, ada sesosok makhluk astral menempel di atas atap ruangan itu. Ia sengaja menjatuhkan air liurnya pada si tikus yang sedang bersembunyi. Hingga si tikus melompat ke arah Angi. Makhluk itu menyeringai sinis.Angi berjalan cepat dan ia melihat punggung A
Anak kecil itu menunjuk ke arah pak satpam yang sedang berdiri di depan pintu masuk. Ia menunjukkan dirinya adalah korban kecelakaan yang tak tertolong dan hingga saat ini keluarganya belum mengetahuinya. Ia meminta bantuan kepada Angi untuk memberi tahu keluarganya. Ia ingin dimakamkan dengan layak. Angi dan Adhimas yang masih syok dengan kehadiran anak kecil itu, belum bisa melakukan sesuatu sesuai yang ia minta. Adhimas dan Angi berpamitan pulang dan berjanji akan membantunya. *Pagi. Pukul 07.00. Adhimas dan Angi bernagkat dari apartemennya. Seperti biasa, Adhimas mengantarkan Angi terlebih dahulu ke kantornya. Ketika ia tiba di pintu masuk, ia teringat dengan anak kecil kemarin malam yang mengikutinya. Ia sudah berjanji untuk membantunya menemukan jasadnya yang terkubur bersama bangunan tersebut. Angi berjalan menuju ruangan kerjanya. Saat melewati ruangan kerja karyawan lain, ia melihat ada beberapa karyawati sedang berkerumun. Ia yang pe
“Akhirnya, weekend telah tiba. Rasanya lega banget bisa refresh otak dulu,” ucap Angi yang merasa lelah dengan kegiatan kantor. Angi pun bisa menghela nafas lega karena anak perempuan itu sudah tidak mengikutinya lagi. Ia tenang di alamnya. “Oiya, mas. Kamu ada waktu gak hari ini?” ”Emangnya mau kemana? Tumben.” “Bantu aku cari kosan baru yuk!” ”Gak perlu kosan baru, Ngi. Disini emng kurang cukup ya?” “Aku gak enak, mas. Masa numpang terus sama kamu.” ”Kamu kaya gak kenal aku aja, Ngi.” ”Aku hanya butuh privasi sih, mas. Karena kita punya keperluan berbeda. Lagian kita bukan suami istri!” ”Kalau gitu kita nikah aja?” ”Ngaco kamu!” Angi tersenyum mendengar celoteh Adhimas yang ga mungkin bisa terjadi. “Kamu suka kan sama aku?” Canda Adhimas pada Angi yang lugu. “Hmmm…..,” wajah Angi memerah dan tak bisa menjawab pertanyaan Adhimas. “Iiihhh apaan si kamu!. Aku anggap kamu seperti kakakku sendiri.”
Di sisi lain, dari arah berlawanan, ada seseorang yang memerhatikan Angi dan Adhimas. Ia bersembunyi di balik pagar tembok. Ia menyunggingkan senyumnya sambil menggigit setangkai rumput. Tatapan matanya tajam seakan ingin menerkam dari jauh. Kulit sawo matang dengan rambut panjang terurai. Sesekali suaranya terdengar menggeram.Saat Angi dan Adhimas menggotong koper masuk ke kamar, Angi tak sengaja mendengar suara gesekan sendal. Ia menoleh kesana kemari namun ia tak meliaht siapapun. Tak ada penghuni yang keluar satupun.”Kenapa, Ngi?” tanya Adhimas.”Kamu barusan denger gak?””Denger apaan?””Suara kaki.””Gak ada apa-apa kok,” ucap Adhimas sambil memandangi sekitar. ”Yauda, yuk. Cepet masuk. Berat nih!””Sorry! Hehee.”Adhimas dan Angi mulai sibuk menata barang-barang Angi di kosan. Ruangan kamar yang cukup luas dan sudah difasilitasi dengan
Adhimas dan Angi mulai sibuk menata barang-barang Angi di kosan. Ruangan kamar yang cukup luas dan sudah difasilitasi dengan kamar mandi, tempat tidur, AC dan WIFI.Yang kurang dari kosan ini adalah tidak disediakan lemari baju. Untung saja, Angi sudah mempersiapkan lemari siap pakai yang bisa dibongkar pasang.”Akhirnya, beres juga nih, mas. Makasih yaa bantuannya.””Any time. Gimana kalau pesen go food? Lumayan menguras tenaga nih.””Boleh. Mau pesan apa?””Apa aja deh. Yang penting bikin kenyang dan haus hilang.”“Oke.”Mereka berada di dalam kamar hampir seharian karena kelelahan. Setelah makan mereka beristirahat dan akhirnya tertidur. Hingga akhirnya, waktu sudah menunjukkan pukul 05.00 sore. Adhimas yang terlelap tiba-tiba terbangun karena suara kentongan es cendol yang sedang melewati indekos.”Ya ampun, udah sore ternyata. Aku harus segera kembali ke apart