Share

Bab 4

Author: Ina Qirana
last update Last Updated: 2023-07-28 17:40:03

 

Pembalasan yang simple tapi menusuk, itulah yang dilakukan Mutia, ia tak ingin bersikap rendah hanya demi merusak citra orang lain termasuk adik madunya yang rese itu.

 

Seperti hari ini ia dan Areta berbelanja di sebuah pusat perbelanjaan paling besar dan megah di pusat kota, barang-barangnya tak ada yang berharga murah, semua berharga fantastis puluhan juta.

 

Lelah memanjakkan mata, Mutia duduk di salah satu restoran favorit semua orang, tempat yang bernuansa indah dan megah saat ditangkap layar kamera, juga makanan yang tak kalah lezat di lidah, kini ia nikmati semua itu tanpa sosok seorang Haikal seperti biasanya.

 

Mutia tak ingin tenggelam dalam laut kesepian yang mematikan, ia lebih memilih memanjakan mata, diri juga lidahnya di luar rumah sebelum hatinya terbiasa menerima kenyataan ini.

 

Lelah berada di luar kini Mutia singgah d hotel berbintang lima, ia rela membayar harga fantastis agar bisa tidur nyenyak di tempat ini, tanpa dihantui bayang-bayang sang suami yang sedang bersama wanita lain.

 

Semua yang terjadi hari ini tak luput dari rekaman kamera, ia mengunggah semua foto-fotonya yang sedang berbelanja dan foya-foya tadi ke akun warna hijaunya.

 

Supaya aman karena di akun biru semua saudara ibu mertua pasti ikut berkomentar buruk, menghujat Mutia sebagai istri pemborosan dan menghambur-hamburkan uang suami.

 

Ia malas harus berhadapan dengan orang seperti itu, Mutia tak suka perdebatan dan perselisihan, tapi saat ini ia juga membutuhkan sesuatu untuk membuat mata dan tubuh Neneng memanas.

 

Mutia faham dengan cara ini dia bisa membalas perbuatan Neneng tadi siang, ia menyeringai saat membayangkan Neneng yang kepanasan menginginkan semua yang ia nikmati saat ini.

 

*

 

Sementara di sana di rumah yang kini dihuni ibu mertua sekaligus tempat Neneng berlindung, Haikal dan istri keduanya sedang berdebat kecil perihal status efbe yang menjelek-jelekkan Mutia.

 

Haikal tak terima Neneng lakukan hal itu sama saja dengan merusak citra dirinya dan istri pertama, yang selalu membuatnya terbelenggu oleh rindu.

 

"Aa ga suka sama perempuan yang suka curhat di sosial media, apalagi menjelekan Mutia, dia itu istriku! Aku pasti marah!" tegas Haikal sambil membanting ponselnya ke pembaringan.

 

Neneng yang resah kini mulai panik, tak menyangka suami yang ia nikahi akan mati-matian membela madunya yang menyebalkan itu.

 

'Aku ini istri muda, harusnya aku yang utama dalam segala hal buka si borokokok itu terus yang dibela' 

 

Umpat Neneng dalam hatinya.

 

"Kalau kamu kaya gitu lagi aku ga mau pulang ke sini selama seminggu!" Ancam Haikal tak main-main.

 

Neneng membulatkan mata, bibir yang berlipstik merah cetar membahana itu mengerucut menandakan protes.

 

"Iya, Aa! Eneng ga akan bikin status lagi." Terpaksa Neneng berdusta, kupingnya sudah panas mendengar ceramah Haikal yang panjang laksana rel kereta.

 

Malam yang harusnya penuh cinta kini harus rusak hanya karena seorang Mutia, ia tak terima semua rencana berantakan begitu saja.

 

'Kalau begini kapan aku punya anaknya!"

 

Dengan memiliki anak, itu merupakan kebanggaan tersendiri baginya, derajatnya sedikit lebih tinggi dari Mutia yang belum bisa mengabulkan keinginan sang mertua.

 

Neneng sangat berambisi terhadap hal ini, hingga ia lakukan cara apapun untuk membuat Haikall takluk dan tunduk seketika, termasuk dengan cara memasukkan cairan penambah stamina ke dalam gelas kopinya.

 

Namun, sayang gelas yang seharusnya diminum oleh Haikal tertukar malah diminum olehnya, kini ia merasa tubuhnya panas sementara Haikal masih asyik dengan ceramahnya.

 

Huuhh Menyebalkan!

 

Ia duduk dalam resah, tubuhnya saling bergesek merasakan panas yang menjalar, tubuh itu merindukan sentuhan sosok Haikal, sedangakan bibir tak mampu mengatakan.

 

"Sekarang juga kamu telpon Mutia! Minta maaf sama dia karena kamu sudah menjelek-jelekkannya di sosial media," perintah Haikal, bak seorang raja memerintah pengawalnya.

 

Neneng diam merasakan hawa panas, juga malas menuruti titah raja dunianya.

 

"Ayo Neneng! Kalau ga mau minta maaf aku akan pergi sekarang!"

 

"E-eh iya-iya, jangan pergi atuh A, kita 'kan harus menyelesaikan misi untuk membahagiakan ibu, Aa jangan lupakan itu," goda Neneng sambil mengerlingakan bola mata genitnya.

 

Haikal memutar bola mata malas, semenjak malam pertama yang bertabur kecewa itu ia sudah kehilangan selera terhadap istri keduanya, ia terbiasa menjadi yang pertama bukan menikmati bekas orang.

 

"Teh Mutia-nya ga diangkat, Aa, besok saja ya, sekarang kita lakukan misi dulu malam ini, biar cepet jadi, kasihan ibu kalau lama-lama menanti," bujuk Neneng dengan tatapan genitnya.

 

"Kalau ga diangkat coba kamu kirim pesan, jangan banyak alasan!" ujar Haikal, sejatinya ia malas bermalam di sini, semua hampa tak sehangat saat bersama Mutia.

 

Bukan salahku tapi salah Neneng yang tak bisa menjaga mahkotanya, bisik Haikal dalam hati.

 

"Heeeuhh, ya sudah." Neneng terpaksa mengetik sebuah pesan permintaan maaf jemarinya teras berat untuk mengetik huruf demi huruf untuk merangkai kata maaf.

 

"Yang sopan minta maafnya!" tegur Haikal sambil memperhatikan layar ponsel istri keduanya.

 

"Nih, sudah! Aa seneng?" 

 

Bukan menjawab pria bertubuh tinggi atletis itu malah pergi ke kamar mandi hendak membuang hajatnya, beberapa detik kemudian tercium aroma bau busuk menyeruak.

 

"Bau apa ini? kaya bau kentut? Apa A Haikal yang kentut?" tanyanya pada diri sendiri sambil memencet hidung peseknya, ia tak tahan mencium bau yang serupa dengan bau telor busuk itu.

 

"Keterlaluan kamu Aa! Malah kentut di sini bau lagi!" umpatnya sambil menghentakkan kaki.

 

Aroma melati yang semula tercium di ruangan ini, kini berganti dengan aroma bau kentut yang yg tercium begitu menusuk.

 

"Huhh! Ganteng-ganteng tapi kentutnya bau!" hardik Neneng sambil memandang pintu kamar mandi.

 

Bosan, lalu membuka WA story, ia tercengang kala unggahan milik Mutia lewat di pandangan matanya, belanja barang-barang branded impiannya, makan di restoran mahal dan terakhir  menginap di hotel bintang lima, semua itu membuat Neneng kian memanas.

 

Detak jantungnya berirama kencang, jiwa kisminnya meronta menginginkan hal yang sama.

 

"Harusnya Eneng yang nginep di hotel itu sama Aa Haikal, buka silampir reseh itu." Ia berbicara sendiri.

 

"Aa! Cepat keluar!" teriak Neneng sambil menggebrak pintu.

 

"Bentar, lagi nanggung!" sahut Haikal dari dalam sana, membuat Neneng kian murka.

 

"Aa harus lihat Teh Mutia jalan-jalan ke emoll sama siapa ini?! Dia juga nginep di hotel mewah, Aa ga mau lihat," teriak Neneng mencoba mengadu domba.

 

"Apa? Ke hotel?" teriak Haikal, tak berselang lama terdengar bunyi percikan air, pertanda jika ia sudah selesai membuang hajatnya.

 

Seketika Neneng merasa lega, bisa menyulut api permusuhan antara suami tersayangnya dengan dengan Mutia, ia menyeringai membayangkan pertengkaran mereka nanti Yang pastinya akan menimbulkan keretakan dalam rumah tangga keduanya.

 

"Dia nginep di hotel mana? coba kulihat." Saat pintu kamar mandi itu terbuka, bau busuk itu tercium lagi.

 

"Ih bau! Aa makan apaan sih?" tanya Neneng sambil memencet hidungnya.

 

"Semur jengkol!"

 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Novi Anggraeni
panaaaasss
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   ENDING

    Aku mulai membaca lembar pertama surat yang ditulis oleh Neneng, begitu pula dengan Mas Haikal ia pun ikutan membaca karena penasaran."Assalamualaikum, Teh Mutia, Eneng tuh nulis surat karena ga berani ngomong ini sama Teteh secara langsung karena selama ini kita ga pernah akur.""Entah kenapa Eneng pengen banget nulis surat ini karena merasa ajal sudah dekat, sudah sering sakit-sakitan selama hamil, Teteh akan baca surat ini kalau Eneng udah ga ada, tapi kalau Eneng berumur panjang mungkin surat ini sudah hangus dibakar api."Semua orang pernah berbuat salah dan kesalahan terbesar Eneng yaitu sudah masuk ke kehidupan Teh Mutia dan A Haikal, harusnya waktu itu Eneng nolak lamaran suami orang bukan Nerima dan nyakitin Teteh.""Eneng minta maaaf sekali karena pernah buat Teteh menangis dalam kesendirian, udah pernah buat hidup Teteh putus asa, semoga rasa sakit yang Teteh rasakan bisa jadi penggugur dosa dan meninggikan derajat Teteh di akhirat."Aku merenung, ada rasa sesal yang terbe

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 32

    "Neneng kenapa, Mas?" tanyaku dengan perasaan yang mulai gelisah, tak biasanya Mas Haikal menangis seperti perempuan.Ia masih sesenggukan, mungkin lidahnya kelu untuk mengungkapkan sesuatu, aku menunggu sampai tangisan itu mereda dan ia mau mengungkapkan segala yang aku risaukan."Mas, kamu baik-baik aja 'kan?" tanyaku lagi, kali ini suara isakan itu tak terdengar lagi."Neneng, Mut, dia ... dia sudah meninggal," ujar Mas Haikal dengan suara lemah.Seketika badanku luruh lalu terduduk di kasur mendengar kabar ini, bagaimana mungkin Neneng pergi secepat itu, padahal aku belum meminta maaf karena sering menyakitinya."Mas kamu jangan bercanda ya, aku ga suka," cetusku sambil geleng-geleng kepala."Engga, Mut, Mas serius Neneng udah ga ada, tadi di ambulans dia juga sempat nitip kata maaf buat kamu." Suara Mas Haikal tercekat."Ya Allah, harusnya aku yang minta maaf karena selama ini ...." Suaraku tertahan, bayangan masa lalu hadir di depan mataku, di mana kami tak pernah akur malah ser

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 31

    (POV Mutia)Aku tak mengerti jalan fikir Mas Haikal, katanya ia tak lagi mencintai Neneng, tapi kenyataannya ia selalu gelisah memikirkan wanita itu, bahkan bolak balik menjenguknya."Mut, kayanya Neneng mau lahiran, Mas mohon kamu ngerti ya, bagaimanapun juga dia mau lahirkan anakku." Mas Haikal berlari menghampiriku di kamar.Aku tetap dia membisu, rasanya ingin sekali pergi dari sini dan memulai hidup bersama si kembar di tempat asing, hati ini sakit seperti dipermainkan melihatnya tak bisa tegas seperti itu."Ayolah, Mut, jangan ngambek, Mas cuma khawatir sama anaknya takut kenapa-napa, mana dia sendirian di rumah," bujuknya lagi, ia sampai bersimpuh "Yaudah lah sana pergi," jawabku ketus.Air mata hampir merembes di pipi."Kok kamu kaya ga ikhlas gitu sih, senyum dong," pinta Mas Haikal ngeselin.Bukannya cepet pergi malah menggodaku untuk tersenyum."Sana pergi urus istri kesayanganmu itu, aku ga apa-apa bisa sendiri," ujarku masih ketus.Sejujurnya hati ini tak ikhlas membiark

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 30

    (POV Haikal)Hari ini hari aqiqah si kembar, tujuh hari sudah usia mereka, di rumah banyak tetangga dan saudara ibu yang sedang memasak.Dua ekor kambing sudah disembelih dan siap dibagikan untuk para tetangga juga kerabat jauh, hari ini kami semua sibuk melayani tamu-tamu yang datang melihat si kembar.Tamu yang paling banyak yaitu karyawan Mutia dari mulai karyawan bagian produksi hingga bagian management, mereka hadir memberikan kado terbaik untuk anak kami yang bernama Aisyah Putri Abimana, sedangkan adiknya Asiyah Putri Abimana.Nama belakang mereka kompak diambil dari belakang namaku yaitu Haikal Abimana, banyak yang memuji kecantikan Aisyah dan Asiyah, mereka juga mengatakan jika si kembar merupakan kembar identik, memiliki kesamaan wajah yang begitu mirip.Kado si kembar sudah numpuk di dalam kamar, sedangkan di ruang tamu dan teras banyak kerabat dan saudara jauh kami yang datang.Acara ini sebenarnya di gelar sederhana hanya mengundang kerabat dan saudara, tak ada pesta mewa

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 29

    Aku geleng-geleng kepala melihat tingkah Bu Minah yang tak lain ibunya Neneng, kelihatan sekali matrenya."Mana aku tahu, Bu, kerja aja belom udah nanya gaji," jawab Mas Haikal sewot."Palingan juga tiga jutaan gajinya," celetukku, sengaja untuk mematahkan harapan Neneng.Aku tak ingin wanita itu berubah fikiran untuk berpisah dengan Mas Haikal, aku tak ingin si kembar kekurangan kasih sayang seorang ayah."Mas pergi dulu ya." Mas Haikal mencium keningku dan berlalu begitu saja mengabaikan Neneng."Halaaah gaji tiga juta aja bangga! Apa bedanya dengan buruh, anakmu itu memang b*d*h, Ningsih, punya pabrik sendiri malah kerja di tempat orang, begitu kalau suami l3mb3k sama istri aja takut," cerocos Bu Minah ngegas.Sepertinya ia kesal karena Mas Haikal tak seperti yang diharapkan, emang enak! Makanya jangan berharap pada manusia."Mau gajinya tiga juta ataupun satu juta tapi aku tetap akan menerima, jadi istri itu jangan terlalu matre lah, giliran suami banyak duit disayang giliran ga p

  • Suruh Siapa Kawin Lagi   Bab 28

    (POV Mutia)Akhirnya aku tiba di klinik khusus bersalin, perawat segera menolong dan membawaku ke ruang bersalin menggunakan kursi roda.Mas Haikal menggendongku dan meletakkan tubuh ini di kasur khusus melahirkan, tiba lah Dokter Rista, ia adalah dokter langganan yang biasa memeriksa saat aku kontrol kandunganNyeri ini semakin sering kurasakan, Dokter Rista mengatakan bahwa aku siap untuk mengejan, mengikuti aba-aba darinya sambil mengucap basmallah.Aku mulai mengejan hingga beberapa kali, Mas Haikal berdiri di sampingku sambil menggenggam tangan ini, terkadang ia mengusap keningku yang basah oleh keringat."Ayo, Sayang, kamu pasti bisa," ujarnya menyemangati.Bayi pertama berhasil keluar, karena bayinya kembar maka dokter menyarankan untuk mengejan kembali, tak lama kemudian bayi kedua berhasil keluar melihat dunia ini.Kuucapkan Hamdallah tiada henti begitu pula dengan Mas Haikal, Dokter Rista ditemani oleh asistennya segera mengeluarkan placenta dari rahimku, terasa sangat ngilu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status