Bab 17: Antara Munif dan Munaf
Baik? Baik apanya? Seperti kuntilanak begitu dibilang baik? Iya, betul, baik, kalau dilihat menggunakan sedotan, dari puncak gunung Himalaya sana. Namun, tanda tanya yang tadi sempat membersit dalam benakku pun kembali mencuat; “apakah mereka berdua ini sedang bersandiwara?”
Lalu, Ibu Joyce, apakah dia juga bersandiwara? Pada sesi wawancara dia bersikap genit dan mau menggodaku, apakah itu sandiwara? Ketika dia mencak-mencak di ruangan CS tadi, itu juga sandiwara?
Aku yakin sekali, Ibu Joyce tadi tersenyum ketika melihatku yang memelas dan memohon-mohon supaya jangan dipecat. Benar, meskipun dia cepat-cepat menutupi senyumnya itu dengan tablet, tapi sorot mata yang geli masih sempat aku tangkap meski hanya sesaat. &nb
Bab 18:Rindu Pakai Banget “Untuk postur badan Bu Joyce yang sekarang ‘over’ begini, menurut aku agak sedikit lucu juga sih,” kata Danil kemudian.“Kenapa begitu?” tanyaku.“Setahu aku, ini setahu aku ya? Biasanya, perempuan kalau sudah bercerai dari suaminya malah semakin kelihatan cantik, semakin seksi, begitu. Kalau gemuk, akan semakin langsing. Kalau dia kulitnya kusam, akan semakin cerah. Kalau jerawatan, akan semakin mulus. Yah, lebih kurang seperti itulah. Tapi, Ibu Joyce malah kebalikannya. Setelah bercerai, dia malah gemuk begitu.”“Jadi, Bu Joyce itu.., janda?” tanyaku lagi yang tiba-tiba antusias.“Iya.”“Sudah lama?”“Apanya?”
Bab 19:Bertemu Gebetan Tunggu, apakah itu perempuan yang bernama Resti? Dia sedang berjongkok, menggulung selang air yang barusan tadi dia pakai untuk menyiram bunga di pekarangan. Dia membelakangi jalan, maka dia juga membelakangi aku.Aku sengaja melambatkan langkahku, sembari berharap dia akan berbalik supaya aku bisa melihat paras wajahnya. Ketika aku melewati depan rumah Tante Resmi, wanita itu masih juga belum selesai menggulung selang air. Aku langsung berjongkok dan berpura-pura membetulkan tali sepatuku.“Kalau memang kamu Resti, berbaliklah kamu!” harapku dalam hati.“Jangan takut, sayang. Aku tidak akan menggoda kamu.”&nbs
Bab 20:Awas Jatuh Cinta! Ternyata, dugaanku salah. Sampai dua kali pula. Pertama, tentang Lo Rena. Foto profilnya di facxbook ternyata memang asli. Lo Rena memang secantik di dalam foto pada akun media sosialnya itu. Tidak ada trik, tidak ada editing, tidak ada filter, tidak ada manipulasi foto yang macam-macam.Melihatnya tadi sore di alun-alun kota, serasa aku melihat seorang model yang baru saja keluar dari kalender. Aku sampai gugup, gagap, tak bisa bicara, dan wajahku terperangah dengan permen karet yang sedang melembung karena aku tiup. Kejadian selanjutnya, waduh, bagaimana aku menceritakannya? Singkat saja, bla, bla, bla, dan kami pun berpisah, dengan akhir yang sangat tragis bagi Alex, sahabatku yang baik hati itu.Lo Rena menyangka b
Bab 21:Mau Tahu Namaku? Satu bulan kemudian…,Dengan Ibu Anne yang ternyata seorang manajer itu, interaksiku sudah mulai membaik. Tidak terlalu baik sebenarnya, tetapi paling tidak dia sudah mulai memandangku dengan sorot mata yang wajar, tanpa aura bengis seperti preman pasar. Ini bermula dengan aku yang ketika itu sedang menyapu halaman. Ibu Anne yang baru tiba dengan mobilnya sedikit kerepotan dengan sebuah kotak yang akan ia bawa. Spontan aku menjatuhkan sapuku dan bergegas menghampiri dia.“Butuh bantuan, Bu? Biar saya saja yang bawa,” kataku, menunjuk kotak yang membuatnya berjalan miring-miring.“Oh, iya,” katanya sedikit kikuk.Sampai di atas, di ruangan kerja Ibu Anne itu, aku bertanya akan aku letakkan di mana kotak yang entah berisi apa.“Letakkan saja di situ.” Ibu Anne menunjuk sebuah kursi.“Teri
Bab 22:Fitness Pada detik ini, baik aku maupun Alex belum mengetahui siapa sesungguhnya Lo Rena itu. Karena ajaibnya, ternyata dia adalah.., “oh, iya, aku kan belum tahu.”********Nah, sebuah ruangan di mana aku keluar barusan adalah kamar kosku. Ini adalah kos yang paling dekat dari kantor PT Benua Trada tempatku bekerja. Jaraknya hanya sekitar delapan kilometer, dan aku hanya cukup satu kali saja menaiki angkot. Sebenarnya, masih ada beberapa kos-kosan yang lebih dekat lagi, tetapi biaya perbulannya pasti akan membuat aku tercekik.Ukuran kamar kosku hanya sekitar dua koma lima meter untuk lebar, dan lima meter untuk panjang. Lumayan, aku masih bisa selonjor. Ada kamar mandinya, di dalam, kecil saja. Di bagian belakang ada sebuah teras yang cuma seuprit, tempat aku bisa mengga
Bab 23:Romansa Kue Bolu “Aku tadi mencari kamu di bawah, ternyata tidak ada. Kata Bu Kemas, kamu dapat giliran di lantai atas, makanya aku ke sini.”Aku mulai cemas.“I, iya, Mbak, lantai empat dan lantai lima ini.”“Sekarang, aku mau kamu berkata dengan jujur ya, Ko.”Mbak Yana meletakkan sebuah kotak plastik kecil berwarna hijau di antara dua lututku, lantas membuka penutupnya. Aku melirik ke bawah, ternyata isinya adalah kue bolu. Ia kemudian mengambil sepotong kue itu dan…,“Buka mulutmu!”&n
Bab 24:Orang Yang Nyebelin Selain beberapa ruangan kecil tempat menyimpan arsip-arsip lama, lantai lima ini didominasi oleh fasilitas olah raga yang sudah aku sebutkan tadi. Dalam sehari-hari nyaris tidak ada orang yang naik ke sini. Kecuali hari Jum’at pagi saat seluruh karyawan PT Benua Trada melakukan senam pagi bersama. Lain dari pada itu, beberapa hari di waktu sore sampai malam hari di mana banyak para karyawan dan juga para eksekutif melakukan olah raga ataupun fitness.Maka, bermula dari lantai lima inilah aku melakukan ekplorasi di dalam pekerjaanku. Aku melatih kedua tanganku untuk membersihkan dinding kaca dengan menggunakan dua karet wiper sekaligus. Kanan dan kiri, kedua tanganku bergerak mengusap-usap kaca setelah sebelumnya aku semprot menggunakan cairan pembersih.&nb
Bab 25:Ada Hati di Sinergi Laras Aku sudah menerima gajiku sejak beberapa hari yang lalu lewat transfer rekening. Namun, slip gajinya baru aku terima siang ini. Pantas saja ada yang janggal ketika aku mengecek rekeningku di ATM. Ternyata memang benar, gajiku tidak penuh aku terima, berkurang dari yang seharusnya.Beberapa saat aku terus memandangi slip gaji yang sedang aku pegang ini. Pada kolom deskripsi gaji, ada satu item rincian yang diberi nama yaitu “Potongan”, terdiri dari; Pajak Penghasilan, Asuransi, dan Kasbon.Poin nomor yang pertama dan yang kedua, itu kosong. Artinya aku tidak dikenai pajak dan tidak dipungut uang iuran untuk asuransi. Akan tetapi, pada poin nomor tiga, yaitu Kasbon, aku dikenai potongan sebesar lima ratus ribu rupiah. Dan kejadian ini sudah yang kedua kalinya. Kecuali dengan Ale