Bab 8: Selingkuh
Rizky dan beberapa karyawan berdiri di tepi pintu masuk aula hotel. Mata Rizky memerhatikan gelagat manusia yang memegang pelbagai gelaran hebat dan status tinggi dalam dunia perusahaan internasional sedang berjalan masuk ke dalam aula hotel. Papa dan Bundanya sedari awal sudah memasuki aula untuk menyertai persidangan itu. Hanya dirinya saja yang tidak layak untuk menyertai persidangan karena statusnya hanyalah sebagai karyawan biasa di kantor milik Papanya, Tuan Syahputra Wijaya.
Malang sekali nasib hidupnya. Jika rakyat marhaen berpikir putra tunggal dari keluarga millionaire bisa mendapatkan kuasa, pangkat dan harta menimbun yang tidak pernah habis hingga tujuh keturunan dengan mudah, nasib Rizky sangat bertentangan dengan pemikiran rakyat marhaen itu. Sedari kecil dia sudah diajar dan dididik untuk mandiri dalam menghadapi gelombang hidup yang penuh dugaan.
Dia dipaksa untuk membuktikan kemampuan dan kebolehan yang ada dalam dirinya. Namun, apabila dia berhasil mendapatkan kontrak dagang internasional dari perusahaan besar di United Kingdom, Papanya berpendapat bahwa kesuksesan yang dia peroleh hanyalah disebabkan nasib baik semata.
Rizky membuang nafas dengan kasar. Dia benci dengan dirinya yang tidak mampu menggapai impian menjadi seorang CEO ternama. Usianya sudah menginjak 28 tahun dan sudah enam tahun dia bekerja di perusahaan Papanya tapi dia masih memegang posisi sebagai pengurus biasa. Namun, akan dia buktikan pada Papanya bahwa dia bisa menjadi seorang manusia yang sukses satu hari nanti.
Mata Rizky menangkap kelibat gadis yang sangat dia kenal. Gadis misterius yang berhasil membuat dadanya berdetak kencang. Hampir saja mereka berciuman di dalam lift namun gagal total di saat akhir. Gadis misterius itu berjalan masuk ke dalam aula bersama seorang wanita berketurunan Cina Malaysia yang dia bertemu di hadapan lift semalam. Wanita itu yang menggagalkan rencana mesumnya untuk mencium bibir gadis berkerudung itu. Kelibat dua perempuan itu akhirnya hilang dari pandangan mata Rizky. Meninggalkan Rizky yang sedang berperang dengan dirinya sendiri.
****
Hani sedang sibuk memasak di dapur. Dia mahu membuat pancake buat kekasihnya, Arvin. Arvin yang sedang tidur pulas di kamar tercium bau masakan segera membuka kelopak matanya. Dia menggeliat beberapa kali sebelum turun dari ranjang menuju ke dapur dengan bertelanjang dada. Matanya menyapa punggung Hani yang sedang membuat pancake. Gadis itu hanya memakai singlet berwarna putih bertali halus dan nipis sehingga dia dapat melihat kulit gadis cantik itu. Segera dia melangkah dan terus memeluk tubuh Hani dari belakang.
"Awal kamu bangun hari ini, sayang. Kenapa?" tanya Arvin dengan nada masih mengantuk.
"Iya, sayang. Aku bangun awal pagi ini untuk membuat sarapan khas buatmu. Sayang, kamu harus bersiap sekarang. Pagi ini kamu ada rapat di kantor," ujar Hani. Dia menutup kompor listrik sebelum memusingkan tubuhnya dan memeluk tubuh polos Arvin dengan manja. Arvin hanya tersenyum bahagia saat menatap wajah gadisnya yang tercinta, Hani Alisya.
"Tidak usah, sayang. Aku sudah meminta Dave menggantikan posisiku untuk rapat pagi ini. Jadi, aku bisa meluangkan masaku sepanjang hari denganmu. Kamu tau kan aku sangat merindukan kamu. Bisa diucap bahwa aku selalu merindukanmu setiap waktu. Melihat wajahmu aja sudah bisa memicu nafsuku." ujar Arvin seraya mencium dahi Hani dengan mesra.
"Kamu ini ada-ada saja, sayang. Tadi malam aku sudah melayanimu. Apa kamu masih belum puas?" Hani mengerdipkan matanya. Dia sengaja mahu menggoda lelaki itu.
“Tubuhmu ibarat candu buatku, honey. Kamu tidak keberatan untuk bercinta denganku di pagi hari kan?" ucap Arvin dengan lembut.
"Iya, asalkan pria itu adalah kamu. Aku sanggup bercinta denganmu kapan aja karena hanya kamu yang bisa memuaskan diriku." balas Hani.
Tangan kasar Arvin mengelus lembut rambut hitam milik Hani. Matanya merenung anak mata gadis itu dengan tatapan penuh hasrat. Seketika kemudian, bibirnya sudah mengecup bibir basah milik kekasihnya dengan penuh rasa cinta yang menggebu. Tangannya turun ke bawah tubuh Hani lalu menyentuh perlahan mutiara milik gadis itu. Hani menggigit bibir bawahnya menahan rasa ghairah saat lelaki itu memanjakan aset miliknya dengan ritma lembut. Arvin menikmati keindahan wajah Hani yang mulai berkeringat dan coba menahan kabut hasratnya tetapi gadis itu akhirnya mengeluarkan erangan dan desahan yang panjang. Gadis itu sudah mencapai puncak kesenangannya sendiri. Arvin tersenyum senang saat dia melihat bibir perempuan yang sangat dia cinta itu melengkung membentuk senyuman manis. Hani memeluk tubuh Arvin dengan pelukan yang sangat erat seolah-olah dia takut kehilangan pria itu.
"Aku mencintaimu, Arvin." ucap Hani dengan tulus.
"Aku tahu, sayang. Aku juga sangat mencintai kamu. Kamu sudah siap untuk bercinta denganku, honey?" tanya Arvin dengan tatapan menggoda.
Arvin mengerdipkan kelopak mata kirinya ke arah Hani yang tersenyum malu tetapi mahu. Hani segera meraih tubuh milik Arvin lalu Arvin mengangkat tubuh gadis ala bridal style itu menuju ke kamar tidur. Bermulalah pelayaran sanggama mereka di sana.
Di saat dua manusia itu sedang mabuk berasmaradana dan berbagi kehangatan cinta hingga menyalurkan 'kasih sayang', telah masuk satu pesanan WhatsApp dalam ponsel milik Hani. Dari skrin ponselnya, tercetak jelas nama pengirim yaitu Rizky. Hanya tiga baris ayat yang dihantar lelaki itu:
'Doakan agar segala urusan kerjaku beres ya sayang. Setelah ini, kita bisa libur bersama-sama. Aku benar-benar mencintaimu, sayang.' -Rizky-
Alangkah malangnya jika lelaki itu mengetahui kenyataan sebenar bahwa hati dan rasa cinta gadis itu bukan lagi untuknya. Gadis cantik itu sudah berpaling dari cinta Sang Pria dan mengejar kebahagiaan cinta dengan pria lain. Selingkuh dan curang itu indah dari sudut Sang Pelaku tetapi sangat azab buat pasangannya. Di saat kita memegang janji untuk terus setia menanti, kita ditikam dengan pengkhianatan secara bertubi-tubi dari belakang. Ditambah dengan rasa sakit hati karena ditinggalkan oleh insan yang kita cinta dan sayang.
Bab 92: Setelah Tiga Tahun Berlalu"Kau yakin mau bertemu Rizky?" Vivian bertanya pada Safiyya yang sedang sibuk menyisir rambut dua putra kembarnya yaitu Amir Syahputra dan Aariz Syahputra. Kedua nama tersebut diberi oleh bapa mertuanya. Alasan terbesar Tuan Syahputra Wijaya ketika memberikan nama tersebut adalah beliau mau cucu-cucunya itu yang akan mewarisi perusahaan Wijaya Groups dan Wijaya Properties. "Bukan aku yang mau. Dia yang hendak bertemu denganku setelah dia tahu papanya akan menyerahkan dua perusahaan kepada Amir dan Aariz," jelas Safiyya, tenang. "Terus kenapa kau mau?" Desak Vivian, tak puas hati. "Vi. Aku harus bertemu dengannya. Lagian, dia sudah berjanji untuk bercerai denganku dan menyerahkan hak asuh anak-anak jika aku bersetuju menyerahkan dua perusahaan tersebut kepadanya.""Lelaki itu betul-betul gila! Dia sanggup menceraikanmu demi harta," cemooh Vivian. "Aku tak peduli tentang harta itu, Vi. Lagian semua itu memang milik keluarganya Rizky. Almarhum ayah
Bab 91: HamilMikail melihat arloji di pergelangan tangannya beberapa kali. Sebentar lagi, pesawat dari negeri tetangga akan tiba di KLIA. "Bro." Satu tangan menepuk lembut bahu Mikail. Mikail lantas menoleh ke belakang. Matanya membulat. "Kau buat apa dekat sini?" tanya Mikail dengan nada sebal. "Aku datang nak berjumpa dengan Safiyya lah," sahut Tengku Zafril enteng. Laki-laki itu tidak peduli dengan tatapan jengkel yang ditunjukkan Mikail secara terbuka. "Zaf, dah banyak kali kita berbincang tentang hal ini. Kau tak boleh berjumpa dengan adik aku buat sementara waktu. Apalagi Safiyya—""Bang Mika!" Mikail terdiam ketika dia melihat Safiyya berlari ke arah mereka. Tengku Zafril pula hanya tersenyum tipis di saat Safiyya meluru ke dalam dekapan Mikail. "Hai, Zaf." Vivian menyapa Tengku Zafril seraya tersenyum ramah. Di belakang wanita itu ada dua bagasi berukuran sederhana besar. "Oh, hai Vi. Sikitnya barang kau," seloroh Tengku Zafril. "Itu semua tak penting. Boleh kita ber
Bab 90: TerusirBRAKK!Tubuh Safiyya menegang sewaktu dia mendengar bunyi pintu kamar tidur dibanting dengan keras. Dia baru saja selesai berdoa setelah menunaikan salat Isya. Rizky langsung melabuhkan tubuh di atas ranjang. Matanya tajam merenung langit-langit kamar. Dadanya turun naik saat menarik dan membuang nafas.Selepas melipat dan meletakkan mukena di lemari, Safiyya berjalan mendekati ranjang lalu duduk di samping Rizky yang masih berbaring. Wajah suaminya terlihat gusar dan urat lehernya bahkan terlihat jelas. "Ada apa kamu ke mari, Riz?" Perlahan Safiyya membuka bicara. Rizky bangkit dari pembaringan. "Kenapa? Kamu tak suka melihatku datang? Apa kamu menyembunyikan laki-laki lain di sini?"Tuduhan tak masuk akal yang dilemparkan Rizky berhasil merobek hati Safiyya. "Aku bukan seperti kamu yang tak bisa menjaga hati, Riz. Langsung saja ke intinya. Tak usah bertele-tele."Rizky mendesah berat. "Hani keguguran.""Inna lillahi wa inna ilayhi raji'un. Terus kondisi Hani se
Bab 89: Mengemis Restu Bunda"Keluar. Aku jijik melihat wajahmu," cerca Vivian seraya melempar bantal ke arah Roby. Jemarinya memegang erat selimut yang membungkus tubuhnya. "Duh, Sayang. Ternyata kamu masih galak seperti dulu." Roby terkekeh senang. "KELUAR!" Roby masih bergeming. Bibirnya mengukir senyuman mengejek. "Apa kamu lupa isi perjanjian kita? Kamu akan memuaskan dahaga batinku selama satu jam jika aku berhasil membujuk Tante Rafedah untuk membeberkan rahasia pernikahan siri Rizky dan Hani kepada Bunda Yasmin. Wanita tua itu bersetuju dan semuanya berjalan mulus. Kamu harus ingat, Vi. Aku sudah berhabis banyak uang semata-mata untuk membantumu." Nada suaranya terdengar dingin. Mata Vivian mendelik. "Membantuku? Yang benar saja. Kau sendiri tahu kalau aku melakukan ini demi Safiyya. Dia dalam kesusahan gara-gara ulah Rizky yang tak mau bercerai secara baik-baik. Fiya juga tak bisa mengurus gugatan cerai karena Mikail sialan itu tidak mau keluarga mereka dan keluarga Wij
Bab 88: Amarah Bunda YasminTiga bulan kemudian. Safiyya merenung mata Adit dengan tatapan tak percaya. "Apa benar—" Bicara Safiyya terhenti. Wanita itu menghembus nafas pelan. Dia masih tak percaya dengan kabar yang baru saja dia dengar. Sementara itu, raut wajah Adit terlihat datar biarpun hati laki-laki itu diterpa rasa bersalah yang teramat sangat. Mau tak mau, dia terpaksa memberitahu kabar ini pada Safiyya sebelum wanita itu pergi ke pengadilan agama untuk memproses gugatan cerai."Benar, Fiya. Hani sedang hamil anak Rizky. Kandungannya sudah masuk tiga minggu."Safiyya bergeming. Lelucon apakah ini? Kenapa dia harus mendengar berita ini di saat hatinya sudah mantap dan dirinya sudah kuat untuk menggugat cerai dari Rizky? Safiyya tertawa kecil tetiba. Sesungguhnya dia mentertawakan nasibnya yang malang. Seketika, dia merasa cemburu dengan kebahagiaan keluarga kecil Rizky dan Hani. Tidak! Dia tidak boleh lemah apalagi merasa iri dengan kebahagiaan orang lain. Dia harus terima
Bab 87: Istri Kedua Rizky IqbalHani menyentak tangannya dari genggaman jemari Rizky ketika mereka sudah berada di tempat parkir rumah sakit. Raut wajahnya terlihat bengis."Kenapa kamu maksa aku keluar? Aku belum selesai bicara dengan wanita munafik itu, Rizky!""Cukup, Hani. Aku tidak suka kamu marah-marah seperti ini. Aku memaksamu keluar karena aku tidak mau kalian terus-terusan bertengkar. Kamu sendiri lihat bagaimana kondisi Safiyya barusan. Kepalanya terluka! Kalau kesehatannya memburuk gara-gara kamu, papa dan bunda tidak akan pernah mau menerima kamu sebagai istriku. Aku tidak ingin hal itu terjadi," terang Rizky bersungguh-sungguh."Terus, bagaimana bisa kamu dan Safiyya berciuman? Apa kamu kembali suka padanya? Sadar, Rizky! Orang yang kamu cinta dan sayang itu hanyalah aku. AKU!" Hani membentak keras."Ciuman itu hanya sandiwara Safiyya semata-
Bab 86: Kotak Ingatan Yang TerbukaVivian sedang duduk di atas kursi lipat dengan santai sambil melihat dua jasad tanpa roh terbakar di hadapannya.Api telah memakan sekujur badan dua pria malang yaitu Black Ring dan Blue Ring. Asap mengepul ke udara lalu ditiup angin. Vivian sama sekali tidak khawatir karena kawasan terpencil ini terletak jauh dari tempat tinggal penduduk. Jadi, tidak ada siapa pun yang akan memergokinya."Bagaimana bisa kalian menjadi pembunuh yang idiot? Benar-benar menjengkelkan. Blue Ring, seharusnya kau berusaha sebaik mungkin untuk melukai Safiyya agar permainan ini makin menyenangkan. Setelah itu, aku bisa menghancurkan Sarah. Malangnya, kau hanya psikopat bodoh yang dibutakan kesenangan sesaat. Yah, kau pantas mati dengan cara memalukan
Bab 85: Blue RingSetelah mendengar kabar duka tentang kematian Arvin Rafael dari Jasmine, Safiyya langsung bergegas mengajak Adit mencari tiket penerbangan ke Surabaya. Berkat bantuan Tuan Syahputra Wijaya, Safiyya dan Adit berhasil mendapatkan tiket pesawat.Tiba di bandara, seorang sopir pribadi menjemput mereka dan membawa mereka ke permakaman.Safiyya yang duduk di kursi mobil bagian penumpang berkali-kali menyeka air matanya menggunakan saputangan berwarna merah muda. Sejujurnya, amat sukar untuk dia menerima kabar kematian Arvin yang menurutnya sangat tiba-tiba."Relakan Arvin, Fiya. Dia telah berpulang ke alam baka. Rahasia rezeki dan ajal seseorang hanya Allah saja yang Maha Mengetahui. Ak
Bab 84: Berpulang ke Alam BakaMobil Arvin membelah jalan raya dengan kelajuan maksimal. Angin malam menerobos masuk jendela mobil yang sengaja dibiarkan tidak tertutup.Pria berwajah tampan itu berkali-kali mengesat air matanya tetapi cairan bening itu semakin buas menodai pipi.Dia memijit kasar pelipisnya ketika merasa kepalanya berdenyut sakit."ARGHHH! Dasar pelacur kotor! Hani, kau tunggu saja pembalasan Tuhan. Baik di dunia dan di akhirat kelak kau tidak akan pernah merasa bahagia!"Seakan belum puas melontarkan amarah, Arvin lantas memukul setir mobilnya kuat-kuat.