Beranda / Fantasi / Sword of the Cosmos / Bab 4 – Pusaran Energi dan Pedang Kosmos

Share

Bab 4 – Pusaran Energi dan Pedang Kosmos

Penulis: Rygen
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-01 23:28:18

Ledakan cahaya dan energi dari bayangan itu menyambar hutan purba, memecahkan pohon-pohon raksasa menjadi serpihan. Debu beterbangan ke udara, menyelimuti Xu Liang, Gadis Tombak, dan Li Yuxian dengan kabut tebal yang bercampur cahaya merah dan biru. Suara gemuruh seperti ribuan guntur bergabung menjadi satu, mengguncang tanah dan udara di sekeliling mereka.

Yuxian menahan pedang erat di tangannya. Tubuhnya bergetar akibat energi yang menghantamnya, tetapi tatapannya tetap fokus. Cahaya biru keperakan yang memancar dari pedang itu membentuk medan pelindung tipis di sekelilingnya. Ia menelan ludah dan menarik napas panjang.

“Ini… lebih kuat dari yang kubayangkan,” bisik Xu Liang sambil menahan tubuhnya agar tidak terseret. “Kalau kita tidak berhati-hati, kita semua bisa lenyap.”

“Aku harus menghadapi ini,” jawab Yuxian dengan suara tegas. “Pedang ini bukan hanya senjata. Ia adalah kunci untuk memahami energi inti itu.”

Gadis Tombak menatap sahabatnya dengan mata yang menyala ketegangan.

“Kau tidak bisa menghadapinya sendirian. Aku akan menahan sisa gelombang energi, sejauh yang aku mampu.”

Yuxian mengangguk, mencondongkan tubuh ke depan, pedang tetap menyala biru terang. Angin panas berputar di sekelilingnya, menciptakan pusaran energi yang menahan sebagian gelombang dari bayangan itu. Retakan di tanah menganga semakin lebar, mengeluarkan cahaya merah yang semakin menyilaukan.

Bayangan itu menyerang dengan kecepatan yang luar biasa. Tubuhnya bergerak seperti bayangan gelap yang tidak dapat ditangkap mata. Setiap kali ia mengayunkan tangan atau kakinya, gelombang energi keluar dari tubuhnya, menghantam udara dan tanah di sekeliling mereka.

Yuxian menebas ke arah serangan itu. Pedangnya berputar mengikuti ritme energi, membentuk lingkaran cahaya yang menahan sebagian gelombang. Namun energi bayangan itu terlalu kuat. Tanah di bawah kakinya retak, membuatnya harus melompat dan memutar tubuh agar tidak jatuh.

Xu Liang memusatkan energi tubuhnya untuk menstabilkan tanah yang retak di sekitar mereka. Gadis Tombak menancapkan tombaknya ke tanah, menciptakan medan cahaya tipis yang menahan serpihan pohon dan debu yang beterbangan.

“Kita tidak bisa bertahan lama,” desis Xu Liang. “Gelombang energi ini akan menghancurkan kita jika terus begini.”

Yuxian menatap bayangan itu, pedangnya bergetar mengikuti denyut energi yang datang dari inti gelap. Ia merasakan getaran di tanah, udara, dan pedang. Setiap denyut seakan memberi arahan tentang bagaimana menangkis serangan berikutnya.

“Aku harus memanfaatkan energi ini, bukan menahannya,” gumamnya dalam hati.

Yuxian mulai menyesuaikan gerakannya dengan aliran energi yang ada. Pedangnya menyapu udara dengan ritme yang harmonis, menciptakan medan cahaya melingkar yang menahan sebagian gelombang. Setiap benturan energi menghasilkan percikan cahaya yang menembus kabut di sekeliling hutan.

Bayangan itu tampak kesal. Ia memutar tubuhnya, memancarkan gelombang energi lebih luas dan lebih dahsyat. Udara di sekeliling mereka panas, bergetar, dan menimbulkan desisan seperti ribuan ular yang meluncur bersamaan.

“Ini seperti menghadapi badai yang hidup,” bisik Gadis Tombak sambil menahan tubuhnya agar tidak terseret.

“Kau harus tetap fokus, Yuxian,” teriak Xu Liang. “Pedang itu adalah satu-satunya harapan kita!”

Yuxian mengangguk, menyesuaikan setiap langkahnya dengan denyut energi. Pedang biru keperakan memancarkan cahaya lebih terang. Gelombang energi yang seharusnya menghancurkan dirinya kini tersalurkan ke sisi lain, menciptakan celah kecil di tubuh bayangan.

Tiba-tiba, dari inti retakan terdengar suara gemuruh lebih dalam. Tanah bergetar hebat dan cahaya merah dan biru bercampur menjadi pusaran yang menelan sebagian hutan. Dari pusat pusaran muncul inti energi berbentuk bola besar berwarna merah menyala dengan lapisan biru di sekelilingnya. Bola itu berdenyut, mengirim gelombang energi ke udara.

“Itu inti energi sebenarnya,” desis Yuxian. “Jika aku bisa mengendalikannya atau setidaknya memahami ritmenya, mungkin kita punya peluang.”

Bayangan gelap itu menatap inti energi itu sejenak, lalu menoleh kembali ke arah Yuxian. Ia mengeluarkan gelombang energi yang lebih besar dan lebih cepat, menghantam seluruh area di sekeliling. Debu, serpihan kayu, dan partikel energi beterbangan liar, menutupi pandangan Xu Liang dan Gadis Tombak.

“Ini tidak normal,” bisik Gadis Tombak. “Energi itu tampak seperti menuntut sesuatu dari Yuxian.”

Yuxian menelan ludah dan mengangkat pedangnya lebih tinggi. Tubuhnya bergetar, cahaya biru keperakan menyelimuti tubuhnya. Ia merasakan ritme inti energi itu, seakan pedang dan inti sedang berbicara dalam bahasa yang hanya ia mengerti.

“Aku harus melakukan langkah pertama,” gumamnya dalam hati. “Jika gagal, kita semua akan hancur.”

Yuxian menurunkan pedang perlahan, merasakan setiap pulsa energi yang datang dari inti dan bayangan gelap. Ia menarik napas panjang dan mengatur posisi tubuh. Angin berputar liar, debu dan serpihan beterbangan. Cahaya biru pedang menyala terang, menahan sebagian gelombang energi.

Xu Liang dan Gadis Tombak tetap di belakang, menatap Yuxian dengan campuran kekaguman dan kecemasan. Mereka tahu bahwa detik berikutnya akan menentukan nasib mereka semua.

“Jika dia gagal…,” gumam Xu Liang dalam hati.

“Kita tidak boleh membiarkan itu terjadi,” lanjut Gadis Tombak dengan mata melebar.

Yuxian menatap bola energi di pusat retakan. Pedangnya bergetar semakin kencang, bersinar lebih terang. Ia mencondongkan tubuh ke depan, siap melompat dan menyerang inti energi sekaligus menghadapi bayangan gelap.

Angin berhenti berputar sekejap. Pohon-pohon berhenti bergoyang. Hutan purba seperti menahan napas. Semua makhluk, termasuk mereka bertiga, seakan menunggu momen penting itu.

Dalam detik berikutnya, Yuxian meloncat ke udara, pedang terayun ke arah inti energi yang berdenyut dan bayangan gelap yang mengamuk. Cahaya biru dan merah bertabrakan, menciptakan ledakan energi yang menerangi seluruh hutan.

Debu beterbangan, pohon-pohon runtuh, dan tanah retak semakin lebar. Xu Liang dan Gadis Tombak menahan tubuh mereka agar tidak terseret. Dan saat Yuxian menyentuh inti energi dengan pedang, sebuah kilatan cahaya yang belum pernah terlihat sebelumnya meledak ke langit, menandai awal dari peristiwa yang akan mengguncang dunia.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Sword of the Cosmos   Bab 25 – Napas dari Balik Gerbang

    Angin gurun berhembus pelan, membawa butiran pasir halus yang berputar di udara. Lembah yang dulu menjadi tempat pertarungan Li Yuxian kini menjadi hamparan sunyi tanpa kehidupan. Tak ada tanda-tanda kehancuran, tak ada darah atau sisa pertempuran, hanya ketenangan aneh yang terasa terlalu sempurna untuk dunia yang baru saja nyaris runtuh.Di tengah lembah itu, pedang biru keperakan masih menancap tegak. Permukaannya memantulkan cahaya lembut, seolah masih bernapas. Dari dalam bilahnya terdengar gema samar, seperti detak jantung yang menolak berhenti.Tiba-tiba, angin berhenti berhembus. Pasir-pasir di sekitarnya melayang pelan ke udara, tertarik pada pedang itu. Cahaya putih keluar dari dalam bilahnya, semakin lama semakin terang hingga membentuk siluet samar seorang pria muda.Siluet itu berdiri tegak. Tubuhnya perlahan mendapatkan bentuk, wajahnya mulai tampak jelas. Mata tajam itu, rambut hitam yang berkibar ringan, dan aura yang menggetarkan ruang tidak lain adalah Li Yuxian.Nam

  • Sword of the Cosmos   Bab 24 – Gerbang Tanpa Nama

    Cahaya putih yang menelan lembah itu menghilang perlahan, meninggalkan keheningan panjang yang menyesakkan dada. Awan-awan terpecah di langit, dan dari sela-sela cahaya muncul sosok Li Yuxian yang berdiri di tengah kawah besar. Tubuhnya berlumuran luka, namun dari dalam luka-lukanya terpancar cahaya halus berwarna biru, merah, dan hijau yang berputar menyatu di sekujur tubuhnya.Udara di sekitarnya terasa berbeda. Dunia seperti bernafas bersamanya, setiap detak jantung Yuxian memunculkan riak energi yang mengguncang tanah. Ia mengangkat kepalanya dan melihat langit yang kini dihiasi celah besar, tempat mata raksasa itu mengintip dari balik kehampaan. Cahaya keemasan dari celah itu memancar kuat, seolah ingin menembus seluruh dimensi yang ada.“Gerbang Tanpa Nama,” bisik Yuxian dengan suara serak. “Tempat di mana jalan takdir dimulai dan berakhir.”Namun sebelum ia sempat melangkah, tanah di bawahnya berguncang lagi. Batu-batu melayang ke udara, dan dari setiap retakan muncul bayangan-

  • Sword of the Cosmos   Bab 23 – Jalan Ketiga

    Cahaya putih yang melingkupi tubuh Li Yuxian akhirnya meredup perlahan. Lembah yang sebelumnya bergetar kini hening, namun hawa yang tersisa di udara jauh lebih berat dari sebelumnya. Air danau di belakangnya telah membeku menjadi kristal biru, dan di dalamnya masih terkurung dua sosok yang berarti banyak baginya, Xu Liang dan Gadis Tombak. Mereka tampak seperti tertidur, tenang namun tanpa napas kehidupan.Yuxian berdiri di tengah lapisan es itu, menatap langit yang masih dipenuhi cahaya roda tujuh lingkaran. Energi yang memancar dari simbol tersebut menekan ruang dan waktu, seolah dunia menolak keberadaannya. Ia merasakan tekanan itu di tulangnya, menembus jantungnya, tapi sorot matanya tetap teguh.“Aku tidak akan mengikuti aturan siapa pun,” bisiknya pelan. “Bahkan aturan para dewa.”Udara di sekitar berubah menjadi rapuh. Retakan-retakan tipis muncul di langit, seperti kaca yang hendak pecah. Setiap retakan memancarkan cahaya berwarna berbeda, membentuk jalur-jalur energi yang sa

  • Sword of the Cosmos   Bab 22 – Gerbang Keenam: Cermin Jiwa

    Cahaya biru keperakan melesat menembus kabut merah di langit, jatuh ke arah timur melewati lapisan-lapisan awan yang membara. Bintang jatuh itu bergetar pelan, hingga akhirnya menghantam permukaan danau kristal di lembah terpencil. Air danau berguncang hebat, namun tak satu tetes pun terciprat keluar. Dari pusaran air yang berkilau itu, perlahan muncul sosok Li Yuxian.Tubuhnya berlutut, pakaian robek dan kulitnya penuh luka bakar qi. Namun matanya masih menyala, biru dan ungu berputar di irisnya, memancarkan keteguhan yang tak bisa dijelaskan dengan kata-kata. Ia masih hidup.Yuxian menatap sekeliling. Lembah ini terasa asing, sepi, dan jernih. Tak ada suara burung, tak ada angin, hanya gema air danau yang menenangkan. Aroma lembut seperti dupa kuno memenuhi udara. Ia bangkit perlahan, lalu menyentuh air danau di depannya.Begitu ujung jarinya menyentuh permukaan air, pantulan wajahnya berubah. Bukan dirinya yang terlihat, melainkan sosok lain dengan mata yang sama namun penuh kebenc

  • Sword of the Cosmos   Bab 21 – Bayangan di Langit Tertinggi

    Langit berwarna merah tua, seolah darah yang mengalir di antara retakan awan. Enam pilar cahaya yang muncul dari berbagai penjuru dunia perlahan berdenyut, memancarkan gelombang energi yang saling bersahutan. Udara menjadi berat, seperti ada sesuatu yang hendak turun dari langit itu sendiri.Li Yuxian berdiri di tengah dataran hitam, tubuhnya masih dikelilingi cahaya putih keperakan yang bergetar pelan. Pedang biru di tangannya kini bersinar lembut, seperti menenangkan badai di sekelilingnya. Namun di balik ketenangan itu, matanya memantulkan perubahan besar. Satu berwarna biru jernih, satu lagi ungu gelap seperti jurang tak berdasar.Xu Liang dan Gadis Tombak terbangun di tepi dataran, terengah-engah. Keduanya menatap Yuxian dengan campuran kagum dan ngeri.“Dia... berubah,” ucap Xu Liang pelan. “Energinya bukan lagi milik manusia.”Gadis Tombak menatap lekat. “Tapi itu tetap Yuxian. Aku bisa merasakannya.”Yuxian memejamkan mata sejenak, menarik napas panjang. Di dalam dirinya, dua

  • Sword of the Cosmos   Bab 20 – Panggilan dari Gerbang Keempat

    Suara tawa itu menggema panjang di udara, menembus celah-celah langit yang retak. Dari pusaran merah tua yang berputar di atas lembah, sosok berjubah panjang turun perlahan, melangkah di atas udara seperti berjalan di permukaan air. Setiap langkahnya meninggalkan bekas api di udara yang perlahan memudar menjadi abu.Li Yuxian menatap ke arah sosok itu dengan napas berat. Energi di tubuhnya belum sepenuhnya pulih, tapi insting bertarungnya langsung menegang. Ia tahu, makhluk yang datang kali ini bukan sekadar penjaga gerbang. Aura yang memancar dari tubuh sosok itu jauh melampaui apa pun yang pernah ia rasakan.Xu Liang berbisik lirih di belakangnya. “Itu... bukan roh biasa. Energinya bercampur antara Qi kosmik dan kekosongan murni. Tidak mungkin seseorang bisa menahan dua energi itu sekaligus tanpa hancur.”Gadis Tombak menatap tajam. “Dia bukan seseorang. Lihat matanya.”Mata sosok itu menyala merah keemasan, berputar seperti dua bintang yang terbakar di langit malam. Dari dekat, waj

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status