Home / Fantasi / Sword of the Cosmos / Bab 5 – Gelombang Energi yang Menyala

Share

Bab 5 – Gelombang Energi yang Menyala

Author: Rygen
last update Last Updated: 2025-10-02 13:29:58

Li Yuxian terlempar ke udara, tubuhnya berputar beberapa kali sebelum mendarat di tanah yang retak. Debu dan serpihan pohon beterbangan di sekelilingnya. Pedang biru keperakan masih tergenggam erat di tangannya, bersinar terang menahan sebagian gelombang energi yang menelan hutan purba.

Xu Liang dan Gadis Tombak berlari ke arahnya, langkah mereka berat karena tanah retak dan serpihan pohon yang berserakan. Wajah mereka dipenuhi kecemasan.

“Yuxian, kau baik-baik saja!” teriak Xu Liang.

“Aku masih hidup,” jawab Yuxian sambil menggelengkan kepala. “Tapi energi itu… lebih dahsyat dari yang kukira. Aku harus cepat menemukan ritmenya.”

Gadis Tombak menatap sahabatnya dengan mata cemas. “Kalau kau gagal memahami energi itu sekarang, tidak ada yang bisa menolong kita.”

“Aku tahu,” gumam Yuxian. “Aku harus menyesuaikan diri. Pedang ini dan energi itu harus sinkron, atau kita semua akan hancur.”

Yuxian menutup mata sebentar, merasakan denyut energi yang tersisa di tanah, udara, dan inti retakan. Pedang di tangannya bergetar mengikuti denyut itu. Cahaya biru keperakan memancar lebih kuat, membentuk lingkaran pelindung di sekelilingnya.

“Aku harus menyatu dengan energi ini, bukan melawannya,” pikir Yuxian.

Ia membuka mata, menatap inti energi yang berdenyut merah dan biru. Setiap denyut menciptakan gelombang baru yang siap menghancurkan apapun di jalurnya. Yuxian mengayunkan pedang dengan ritme yang sinkron dengan denyut energi. Gelombang yang sebelumnya liar kini sedikit tertahan, mengikuti gerakan pedang biru keperakan.

Xu Liang menatap kagum. “Dia… benar-benar menyatu dengan pedangnya. Ini baru permulaan pertarungan yang sesungguhnya.”

Gadis Tombak menekuk lutut, tombak di tangannya membentuk medan pelindung tipis untuk menahan serpihan pohon dan debu yang beterbangan.

“Tapi energi itu masih terlalu kuat. Jika dia gagal menahan satu serangan, kita semua bisa hancur.”

Bayangan gelap di inti retakan bergerak cepat, menyerang Yuxian dari sisi yang tidak terduga. Gelombang energi menyebar liar, menimbulkan tekanan yang membuat tanah retak semakin lebar. Pedang biru keperakan Yuxian bergetar, menahan sebagian serangan, tetapi beberapa gelombang masih menyambar sekitarnya.

“Ini lebih cepat dari sebelumnya,” desis Yuxian. “Aku harus mengimbangi kecepatan serangannya dengan ritme pedang.”

Ia menebas ke udara, cahaya biru memotong gelombang energi, menciptakan ledakan kecil yang menerangi sekeliling hutan. Pohon-pohon berguncang keras. Debu dan serpihan beterbangan. Xu Liang dan Gadis Tombak menahan tubuh mereka agar tidak terseret oleh energi liar.

“Aku tidak bisa terus bertahan,” gumam Yuxian. “Aku harus menyerang balik sekarang, meski risikonya tinggi.”

Dengan napas panjang, ia melompat ke udara, pedang diarahkan ke inti energi yang berdenyut merah menyala dengan lapisan biru di sekelilingnya. Setiap ayunan pedang menimbulkan percikan cahaya biru yang menerangi debu dan serpihan di sekelilingnya.

Saat pedang Yuxian menyentuh inti energi, gelombang ledakan terjadi. Cahaya biru dan merah bercampur menjadi pusaran cahaya yang menyilaukan. Angin berputar liar, memutar tanah, debu, dan serpihan pohon. Xu Liang dan Gadis Tombak menahan tubuh mereka, hampir terseret ke pusaran energi.

“Kau berhasil menyentuh inti energi,” kata Xu Liang sambil menahan napas. “Tetapi energi itu terlalu besar. Kau tidak boleh lengah.”

“Aku tahu,” jawab Yuxian. Pedangnya bergetar, menyerap sebagian energi inti dan menyalurkannya ke ritme gerakan. “Aku harus lebih cepat lagi. Aku harus mengimbangi kekuatan ini atau semuanya akan hancur.”

Bayangan gelap itu menatap Yuxian dengan mata merah membara. Tubuhnya bergerak liar, mengeluarkan gelombang energi yang semakin cepat dan dahsyat. Udara di sekeliling mereka bergetar hebat, menciptakan tekanan yang hampir membuat mereka terlempar.

“Jika aku salah langkah, ini akan menjadi akhir kita,” bisik Yuxian. “Tapi aku tidak boleh mundur.”

Yuxian mulai mengatur ritme serangan dan pertahanan. Pedangnya berputar mengikuti aliran energi, menciptakan medan pelindung tipis sekaligus menyerang inti energi. Setiap kali ia menebas atau menangkis, cahaya biru keperakan memancar lebih terang, membelah gelombang energi yang mencoba menghancurkan tubuhnya.

Xu Liang menatap kagum. “Dia benar-benar memanfaatkan energi itu, bukan melawannya. Tapi bayangan itu… masih sangat kuat.”

Gadis Tombak menekuk lutut, tombak di tangannya membentuk medan pelindung tambahan. “Kau tidak boleh lengah. Bahkan sedikit kesalahan bisa menghancurkan semuanya.”

Yuxian menelan ludah dan mencondongkan tubuh ke depan. Pedangnya berdenyut mengikuti denyut inti energi. Ia merasakan ritme energi itu, meresap ke dalam tubuhnya, membuat setiap gerakan terasa ringan tetapi penuh kekuatan.

“Sekarang saatnya menyerang balik dengan penuh kekuatan,” gumamnya dalam hati.

Yuxian mengayunkan pedangnya dengan seluruh kekuatan yang ada. Cahaya biru keperakan membelah udara, menabrak gelombang energi inti yang berdenyut merah dan biru. Ledakan cahaya yang dihasilkan menerangi seluruh hutan purba.

Debu dan serpihan beterbangan liar. Pohon-pohon tumbang dan tanah retak semakin lebar. Xu Liang dan Gadis Tombak berteriak sambil menahan tubuh mereka agar tidak terseret ke pusaran energi.

Saat pedang Yuxian menembus inti energi, bayangan gelap itu tiba-tiba menghilang dari pandangan, meninggalkan ruang kosong di pusaran cahaya. Angin berhenti sekejap. Debu menggantung di udara. Hanya pedang biru keperakan Yuxian yang tetap bersinar terang.

Namun detik berikutnya, dari inti retakan terdengar suara bergemuruh lebih berat dan lebih dalam. Tanah di sekeliling mereka bergetar hebat, dan cahaya merah serta biru menyatu menjadi pusaran baru yang lebih besar dan lebih berbahaya.

Xu Liang menatap Yuxian dengan mata melebar. “Apa itu…?”

Gadis Tombak menahan napas. “Ini… energi itu bereaksi terhadap pedangmu.”

Yuxian menatap inti pusaran baru itu dengan mata membara. Pedangnya berdenyut lebih cepat, cahaya biru semakin terang, siap menghadapi gelombang energi yang bahkan lebih dahsyat dari sebelumnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • Sword of the Cosmos   Bab 10 – Ledakan dari Dalam Inti

    Ledakan cahaya putih itu memekakkan telinga. Udara bergetar seperti ditarik dari segala arah, dan tanah di bawah kaki Li Yuxian pecah membentuk jurang kecil yang menyebar cepat. Xu Liang dan Gadis Tombak menutup wajah mereka dengan lengan, berusaha bertahan di tengah tekanan yang nyaris membuat paru-paru mereka berhenti bekerja.Yuxian berdiri di tengah pusaran, tubuhnya bergetar hebat. Pedang biru keperakan di tangannya bergetar seolah-olah sedang menahan sesuatu yang jauh lebih besar dari dirinya. Dari bilah pedang itu, muncul percikan kecil cahaya biru yang melesat ke arah langit, menembus kabut tebal dan menggetarkan seluruh hutan purba.“Energi ini tidak sama seperti sebelumnya,” kata Xu Liang dengan suara gemetar. “Seolah ada sesuatu yang terbangun di dalamnya.”Gadis Tombak menatap ke arah pusat pusaran. “Bukan hanya terbangun. Energi itu sedang berevolusi.”Yuxian menggertakkan gigi, menahan arus kekuatan yang mulai menelan tubuhnya. Suara gemuruh memenuhi udara ketika pusaran

  • Sword of the Cosmos   Bab 9 – Pertarungan Melawan Pusaran Kosmik

    Li Yuxian berdiri di tengah reruntuhan hutan purba, pedang biru keperakan tergenggam erat di tangannya. Gelombang energi yang baru pecah menciptakan pusaran cahaya merah dan biru yang berputar liar, menimbulkan tekanan hebat yang mengguncang tanah. Pohon-pohon runtuh, tanah retak semakin melebar, dan udara dipenuhi debu serta serpihan kayu.Xu Liang dan Gadis Tombak menatap Yuxian dengan mata terbelalak. Tubuh mereka bergetar mengikuti setiap gelombang energi yang menghantam sekeliling mereka.“Yuxian, energi itu semakin liar!” teriak Xu Liang.“Aku tahu,” jawab Yuxian dengan napas berat. “Aku harus menyatu dengan pedang ini dan pusaran energi jika ingin selamat.”Gadis Tombak menunduk, tombaknya membentuk medan pelindung tipis untuk menahan serpihan yang beterbangan. “Kau satu-satunya yang bisa menahan gelombang itu. Aku tidak ingin kehilanganmu.”Yuxian menelan ludah, menatap inti pusaran yang berdenyut semakin cepat. Cahaya biru keperakan dari pedangnya memantul ke gelombang energi

  • Sword of the Cosmos   Bab 8 – Pusaran Energi yang Meningkat

    Li Yuxian berdiri di tengah reruntuhan hutan purba, pedang biru keperakan menggenggam erat di tangannya. Cahaya dari pedang itu menembus debu dan serpihan pohon yang beterbangan. Pusaran energi di depan mereka telah pecah menjadi beberapa gelombang besar, masing-masing berdenyut merah dan biru, mengirimkan tekanan yang menghancurkan tanah dan memutar udara di sekeliling mereka.Xu Liang dan Gadis Tombak berdiri di belakangnya, tubuh mereka bergetar mengikuti getaran energi. Mata mereka menatap Yuxian dengan campuran kekaguman dan ketakutan.“Kita belum pernah menghadapi energi seperti ini sebelumnya,” desis Xu Liang. “Setiap gelombangnya bisa menghancurkan kita.”“Aku tahu,” jawab Yuxian. Napasnya berat, tubuhnya bergetar mengikuti denyut energi. “Aku harus menyatu dengan gelombang ini. Jika gagal, kita semua akan hancur.”Gadis Tombak menunduk, tombaknya membentuk medan tipis untuk menahan serpihan pohon yang beterbangan liar. “Kau satu-satunya yang bisa menghadapi ini. Aku tidak ing

  • Sword of the Cosmos   Bab 7 – Munculnya Sosok Misterius

    Li Yuxian berdiri di tengah hutan purba yang hancur berantakan. Pedang biru keperakan di tangannya berdenyut lebih kuat dari sebelumnya. Angin berputar liar, serpihan pohon dan debu beterbangan memenuhi udara. Di pusat pusaran, sosok misterius yang bersinar merah dan biru bergerak perlahan, mengeluarkan gelombang energi yang menekan seluruh hutan.Xu Liang dan Gadis Tombak menatap dengan mata terbelalak. Mereka tidak pernah menyaksikan energi seperti ini sebelumnya. Tubuh mereka bergoyang akibat tekanan gelombang energi yang terus menghantam.“Yuxian, kau harus berhati-hati,” teriak Xu Liang. “Energi itu… jauh lebih kuat dari bayangan sebelumnya.”“Aku tahu,” jawab Yuxian. Suaranya tegas, napasnya berat. “Pedang ini dan aku harus menyatu dengan energi itu sekarang. Jika tidak, kita semua akan hancur.”Gadis Tombak menekuk lutut, tombaknya membentuk medan pelindung tipis. “Aku tidak ingin kehilanganmu,” gumamnya. “Tetapi kau satu-satunya yang bisa menghadapi ini langsung.”Yuxian menel

  • Sword of the Cosmos   Bab 6 – Pusaran Energi Baru

    Li Yuxian berdiri di tengah hutan purba yang porak-poranda. Pedang biru keperakan di tangannya berdenyut lebih kuat daripada sebelumnya. Debu beterbangan, serpihan pohon terlempar ke udara, dan tanah retak menyebar seperti jaringan sungai yang membelah hutan. Udara terasa panas dan dingin sekaligus, seakan menandakan kekuatan baru yang sedang menunggu untuk dilepas.Xu Liang dan Gadis Tombak berdiri di belakangnya, tubuh mereka tegang. Mata mereka menatap pusaran energi merah dan biru yang berdenyut di pusat retakan.“Apa itu… energi baru?” desis Xu Liang sambil menahan tubuhnya agar tidak terseret gelombang energi.“Sepertinya energi ini bereaksi terhadap pedangmu,” jawab Yuxian. Suaranya mantap, tetapi napasnya terdengar berat. “Jika aku tidak segera mengimbangi ritmenya, kita semua akan hancur.”Gadis Tombak menatap sahabatnya dengan cemas. “Kau harus berhati-hati. Energi itu… jauh lebih liar daripada sebelumnya. Bahkan bayangan gelap yang sebelumnya menyerang kita tampaknya mengan

  • Sword of the Cosmos   Bab 5 – Gelombang Energi yang Menyala

    Li Yuxian terlempar ke udara, tubuhnya berputar beberapa kali sebelum mendarat di tanah yang retak. Debu dan serpihan pohon beterbangan di sekelilingnya. Pedang biru keperakan masih tergenggam erat di tangannya, bersinar terang menahan sebagian gelombang energi yang menelan hutan purba.Xu Liang dan Gadis Tombak berlari ke arahnya, langkah mereka berat karena tanah retak dan serpihan pohon yang berserakan. Wajah mereka dipenuhi kecemasan.“Yuxian, kau baik-baik saja!” teriak Xu Liang.“Aku masih hidup,” jawab Yuxian sambil menggelengkan kepala. “Tapi energi itu… lebih dahsyat dari yang kukira. Aku harus cepat menemukan ritmenya.”Gadis Tombak menatap sahabatnya dengan mata cemas. “Kalau kau gagal memahami energi itu sekarang, tidak ada yang bisa menolong kita.”“Aku tahu,” gumam Yuxian. “Aku harus menyesuaikan diri. Pedang ini dan energi itu harus sinkron, atau kita semua akan hancur.”Yuxian menutup mata sebentar, merasakan denyut energi yang tersisa di tanah, udara, dan inti retakan

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status