Share

3. REMAJA PENCOPET

Palangka Raya, Kalimantan Tengah, Maret 2010

Siang hari yang begitu terik. Kendaraan bermotor berseliweran bergantian di lintasan jalanan yang begitu panas. Puluhan petugas parkir dengan segala kesusah payahannya terus mengatur sistem keluar masuk kendaraan. Sesekali mereka melap keringat yang mengucur dari mukanya dengan topi atau rompi orange-nya. Peluit-peluit saling susul menyusul memberikan suara cemprengnya, berharap mendapatkan lembaran-lembaran rupiah dari itu,

Saat itu padahal telah hampir sore, sekitar pukul tiga lewat. Suasana di kawasan itu memang sangat ramai di jam-jam seperti ini hingga malam hari. Tak salah jika warga Palangka Raya menyebutnya pasar besar, karena semua yang diperlukan tersedia di pasar ini. Dan di jam-jam seperti itu, biasanya para pedagang mulai sibuk menggelar dagangannya.

Puluhan bahkan ratusan gerobak besar beraneka muatan memenuhi sepanjang rute pasar. Para pedagang memang menyimpan barang dagangannya di dalam sebuah atau bahkan beberapa buah gerobak besar yang setiap kali mereka ingin membuka dagangan, gerobak tersebut di dorong dari tempat penyimpanannya ke tempat atau lokasi tempat berdagang mereka. Tidak luas, bahkan cukup kecil. Karena itu pula biasanya para pengunjung pasar harus berdesak-desakkan untuk mencari barang yang mereka inginkan. Selain itu, jalan umum yang ada di situ juga sangat sempit, jika kita berjalan sambil meregangkan kedua tangan, kita tentu tahu bagaimana sempitnya.

Namun, meski begitu, pasar ini tetap menjadi tempat favorit sebagian besar warga Palangka Raya saat mencari barang, terutama pakaian. Karena kita tak bisa melakukan tawar menawar harga serendah mungkin seperti di pasar ini apabila di mall atau di pusat perbelanjaan modern lain.

Uniknya, pasar ini juga memiliki tiga nama yang berbeda. Pasar besar mungkin menjadi nama yang sesuai dengan statusnya sebagai pasar terbesar di provinsi Kalimantan Tengah, selain itu ada nama pasar bawah untuk menyebut tempat ini, entah mungkin karena pasar ini sering tergenang air apabila ada hujan lebat yang berlangsung cukup lama. Namun di antara semua itu, Pasar Blauran adalah nama yang paling familiar bagi warga, entah apa yang melatar belakangi pemberian nama seperti itu, yang jelas, nama Pasar Blauran lebih sering digunakan menyebut pasar ini

Meskipun saat ini masih menjelang sore, sudah ada juga pedagang yang telah menyelesaikan membuka tempat dagangannya. Dan juga telah banyak pula para pengunjung yang mulai berjalan pelan dan agak berdesakan melewati lapak demi lapak para pedagang di pasar tersebut.

Dalam sebuah desak-desakkan tersebut, sebelah tangan dengan hati-hati dan waspada  meraba saku celana seorang pengunjung pasar yang sedang ikut berjejal melewati beberapa pedagang. Tangan tersebut perlahan-lahan masuk ke dalam saku yang tadi dirabanya. Dan dengan gesit mengeluarkan sebuah dompet tebal berwarna cokelat tua, secepat kilat tangan tersebut mengamankan dompet tersebut. Beberapa detik kemudian, tangan tersebut sudah tak kelihatan lagi, betul-betul pergerakan yang sangat cepat dan terencana dengan baik. Seseorang yang sakunya diraba tadi agak curiga, ia menoleh dengan cepat ke belakangnya, ia seorang laki-laki dengan kumis tipis dan kacamata tebal. Bodohnya lagi, ia sama sekali tak mencoba untuk memeriksa saku celananya, setelah ia merasa tak ada yang mencurigakan, ia kembali ikut berjalan perlahan. Laki-laki yang malang.

Tak lama kemudian, tidak cukup jauh dari tempat itu, seorang remaja laki-laki duduk dengan muka sumringah di sebuah pelataran toko yang tak terpakai dan juga tak terawat. Tak ada yang ingin melewati toko yang menyedihkan itu, setidaknya ketika remaja itu berada di situ. Dan hal itu tentu saja membuat sang remaja merasa lebih baik.

Ia kemudian mengeluarkan sebuah dompet tebal berwarna cokelat tua yang baru ia dapatkan dari saku celana seorang pria yang baik hati – kalau tak ingin dikatakan bodoh – buah tangannya yang pertama di hari ini. Dikeluarkannya seluruh isi dari dompet itu satu persatu. Ada beberapa kartu nama sang pemilik dompet, ATM, KTP, SIM, STNK Mobil dan Sepeda motor, dan dua lembar foto. Foto pertama adalah foto seorang wanita cantik, berambut hitam kemilau, tingginya sedang, berkulit putih dan bermata hitam kelabu. Foto selanjutnya adalah foto dua orang bocah kembar lucu, ia menaksir umur keduanya adalah tak kurang dari 5 tahun. Dua-duanya laki-laki. Memperlihatkan keduanya sedang tersenyum memperlihatkan gigi-gigi mereka yang masih kecil, dan masing-masing memegang senjata mainan, yang satu memegang pedang plastik berkilau, sedangkan yang satunya lagi memegang panah-panahan. Ia tahu pasti kedua mainan tersebut adalah buatan cina.

Beberapa detik kemudian, ia langsung melupakan foto-foto dalam dompet itu ketika yang ia cari telah ditemukannya, ada beberapa lembar uang ratusan ribu rupiah, dua lembar uang lima puluh ribu rupiah, tiga lembar uang sepuluh ribu rupiah, dan beberapa lembar uang lima ribuan dan seribu rupiah. Ia mengambil sebagian dari seluruh uang tersebut yang ia masukkan ke dalam sakunya. Foto-foto, kartu-kartu, surat berharga, dan sebagian uang, ia masukkan kembali ke tempat asalnya di dalam dompet itu.

Ia dengan langkah yakin mulai mencari mushalla terdekat, dan ketika tak ada yang mengawasinya, ia akan menaroh, atau lebih tepat menggeletakkannya di dekat pintu mushalla. Berharap para jamaah mengira bahwa ada suatu kecelakaan menyebalkan yang menyebabkan seseorang kehilangan dompetnya secara tak sengaja di depan mushalla.

Pekerjaan menyenangkan yang ditekuninya bertahun-tahun. Ia cukup bangga dengan kelihaiannya itu, toh ia masih menyisakan ‘hasil kerja kerasnya’ itu untuk pria tadi – kalau pria tadi beruntung mendapatkan dompetnya kembali. Ia masih lebih baik daripada yang mengambil semuanya. Langkah yakinnya kali ini berlanjut, ke arah yang ia pun belum tahu pasti. Yang pasti ia yakin dengan langkahnya.

Dan itu awal yang bagus.

.........................................................................................................................................................................................

“Menghitung penghasilanmu?” seorang pemuda tanggung duduk di samping pemuda yang sedang menghitung sejumlah uang.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status