Mag-log inRaka dan Leonhart berjalan perlahan menyusuri jalan setapak hutan yang diselimuti kabut tipis dari tabung asap kristal. Kabut itu berpendar lembut, memantulkan cahaya biru dari kamera kristal, menciptakan suasana seperti dunia lain. Setiap helai kabut bergerak seolah hidup, menandakan aliran mana yang terkandung di dalamnya.
“Lihat,” Raka menunjuk ke piring kaca kamera kristal, “lihat garis-garis ini. Semua gerakan mana sekarang terlihat. Tidak ada yang bisa bersembunyi.” Leonhart menatap pola cahaya itu dengan serius. “Ini lebih baik dari perkiraanku. Dengan ini, agen itu tidak akan bisa menyelinap begitu saja.” Raka menyesuaikan lensa, mengatur sensitivitas agar setiap partikel mana yang bergerak di udara tertangkap dengan jelas. Garis-garis cahaya semakin kompleks, menunjukkan adanya beberapa pola mana yang berbeda, satu di antaranya lebih gelap dan sulit terbaca. “Gelap itu… agen itu,” gumam Raka. Leonhart mengangguk. “Kita harus mendekat hati-hati. Jangan sampai dia menyadari kita duluan.” Mereka bergerak perlahan, mengikuti jejak mana yang terlihat di kabut. Kamera kristal menampilkan pola yang bergerak cepat di antara pepohonan—jelas lebih lincah dan sulit diprediksi daripada makhluk mana biasa. Raka menarik napas panjang. “Kalau dia memang ahli penyamaran, kemungkinan dia akan menunggu sampai kita lengah. Kita tidak bisa terpancing.” Leonhart menahan pedangnya, matanya tajam memindai bayangan di sekitar. “Jangan khawatir. Kita sudah menyiapkan jebakan visual ini. Dan aku percaya instingmu.” Setelah beberapa menit berjalan, kamera kristal menangkap bentuk samar di antara pepohonan—sesuatu yang bergerak begitu cepat hingga hampir tampak seperti kabut yang berbeda dari kabut kristal mereka sendiri. “Di sana,” bisik Raka sambil menekan tombol tuas kecil di kamera, memfokuskan sinar biru ke arah gerakan itu. Bayangan gelap itu berhenti sejenak. Pola mana yang muncul di piring kaca berputar cepat, seolah mencari celah untuk menyerang. Leonhart mengangkat pedang sedikit lebih tinggi. “Siap?” Raka mengangguk. “Siap.” Mereka berdua bergerak maju. Raka menyiapkan tabung asap tambahan. Ia menarik tuas, dan kabut baru menyebar lebih padat. Bayangan agen itu terperangkap di pusaran kabut biru, terlihat jelas untuk pertama kali. Pola mana yang biasanya samar kini tampak seperti api kecil yang menari di udara. “Terlihat jelas sekarang,” kata Raka. “Dia tidak bisa bergerak tanpa terlihat.” Agen Dewan, yang selama ini tersembunyi, menatap mereka dari balik kabut. Sebuah senyum tipis muncul di wajahnya, seperti ia menikmati permainan kucing dan tikus ini. “Jadi ini… yang membuat semua keributan,” katanya dengan suara rendah yang hanya terdengar samar, namun cukup bagi Raka untuk menangkap getaran mana yang ada di sekitarnya. Leonhart menggerakkan pedangnya perlahan, memaksa agen itu tetap berada di tempatnya. “Kau tidak bisa kabur sekarang,” katanya tegas. Agen itu menatap kamera kristal, matanya menyala merah di balik bayangan. “Menarik. Jadi kau yang membuat alat ini… Bocah manusia, kau bahkan bisa menangkap energi kami yang tersembunyi. Tapi apakah kau tahu apa yang kau lakukan? Ini bukan sekadar permainan.” Raka menelan ludah. Ia tahu agen itu benar. Satu kesalahan, dan mereka bisa diserang dengan sihir mematikan. Tapi ia tidak gentar. Ia memutar lensa kamera lebih halus, memaksimalkan pola cahaya biru keperakan di kabut. “Kalau kau mencoba menyerang kami, aku akan menangkap gerakan mana-mu. Dan semua yang kau lakukan akan tercatat di lempengan ini,” kata Raka sambil menunjuk kotak rekam uap yang tergantung di pinggangnya. Agen Dewan tersenyum lagi. “Hmmm… kreatif. Tapi aku suka tantangan.” Dengan gerakan secepat kilat, bayangan agen itu berputar di udara, mencoba menghilang dari jangkauan kamera. Namun Raka sudah menyiapkan tabung asap kedua, menebarkan kabut lebih padat sehingga setiap gerakan mana terlihat jelas. “Dia tidak akan bisa lepas dari pandangan kita,” bisik Raka. Leonhart maju perlahan, menutup ruang gerak agen itu. Mereka membentuk formasi setengah lingkaran, menjaga jarak aman namun tetap menekan. Kamera kristal Raka merekam setiap gerakan agen itu dengan jelas, pola mana berputar dan membentuk pusaran di udara seperti tarian energi. Raka merasa adrenalin mengalir cepat. Ia tahu ini hanya awal. Dengan bukti yang mereka kumpulkan, mereka bisa menunjukkan kepada kerajaan—dan mungkin mengekspos korupsi Dewan. Tapi ia juga sadar, agen ini bukan lawan sembarangan. Ia sangat licik, dan bisa menyamar kapan saja. Agen itu berhenti sesaat, memiringkan kepala. “Kau pintar, bocah. Tapi permainan ini baru dimulai.” Dan seketika, ia menghilang dalam kabut, meninggalkan pusaran kecil yang menunjukkan jejak mana samar-samar. Raka menatap piring kaca dengan serius. “Dia menghilang… tapi tidak terlalu jauh. Aku bisa melacak jejaknya.” Leonhart menghela napas, menenangkan diri. “Kita sudah berhasil merekam pola gerakan agen itu. Ini lebih dari cukup untuk hari ini. Kita pulang, dan rencanakan langkah selanjutnya.” Raka menatap kabut biru yang mulai menghilang seiring angin. Sistem memberinya notifikasi: —Jejak agen Dewan tersimpan. —Analisis pola pergerakan: 67% akurat. —Rekomendasi: Tingkatkan sensitivitas kamera kristal dan persiapkan jebakan visual tambahan. Raka menunduk, menatap kamera dan kotak rekam uap. Ia tersenyum tipis. Hari ini, mereka berhasil mendapatkan bukti pertama. Agen Dewan memang berbahaya, tapi untuk pertama kalinya, Raka merasa mereka bisa menghadapi ancaman itu dengan alat ciptaannya sendiri. Leonhart menepuk bahunya. “Bagus. Kita pulang, bocah. Tapi bersiaplah… ini baru permulaan.” Dan dengan langkah mantap, mereka meninggalkan hutan, membawa bukti pertama pergerakan agen Dewan, serta rasa percaya diri yang semakin tumbuh.Keesokan harinya, hutan Wraildon tampak lebih tenang. Kabut pagi tipis menyelimuti dedaunan, dan burung-burung bernyanyi lembut di antara ranting pohon. Namun di dalam Workshop, suasana jauh berbeda. Raka duduk di meja kerja, matanya terpaku pada piring kaca yang menampilkan rekaman pola mana agen Dewan dari kemarin. Ia meneliti setiap gerakan, setiap pergeseran pusaran energi, mencatatnya di buku catatan yang sudah penuh coretan. Leonhart berdiri di sampingnya, menatap pola-pola yang bergerak di piring kaca. “Lihat, gerakannya tidak acak. Dia punya pola, meskipun menyamar, ada kebiasaan tertentu yang bisa kita prediksi.” Raka mengangguk. “Ya. Aku sudah memikirkan cara meningkatkan kamera kristal agar bisa menangkap mana lebih sensitif. Dengan begitu, jebakan visual yang kita buat tidak hanya melihat gerakan, tapi juga mengidentifikasi jenis sihir atau energi yang digunakan.” Leonhart tersenyum. “Bagus. Tapi jangan terlalu bersemangat. Kita harus hati-hati. Agen itu bisa mun
Raka dan Leonhart berjalan perlahan menyusuri jalan setapak hutan yang diselimuti kabut tipis dari tabung asap kristal. Kabut itu berpendar lembut, memantulkan cahaya biru dari kamera kristal, menciptakan suasana seperti dunia lain. Setiap helai kabut bergerak seolah hidup, menandakan aliran mana yang terkandung di dalamnya. “Lihat,” Raka menunjuk ke piring kaca kamera kristal, “lihat garis-garis ini. Semua gerakan mana sekarang terlihat. Tidak ada yang bisa bersembunyi.” Leonhart menatap pola cahaya itu dengan serius. “Ini lebih baik dari perkiraanku. Dengan ini, agen itu tidak akan bisa menyelinap begitu saja.” Raka menyesuaikan lensa, mengatur sensitivitas agar setiap partikel mana yang bergerak di udara tertangkap dengan jelas. Garis-garis cahaya semakin kompleks, menunjukkan adanya beberapa pola mana yang berbeda, satu di antaranya lebih gelap dan sulit terbaca. “Gelap itu… agen itu,” gumam Raka. Leonhart mengangguk. “Kita harus mendekat hati-hati. Jangan sampai dia menyada
Udara pagi menyusup lembut ke sela-sela pepohonan ketika Raka bangun lebih awal dari biasanya. Cahaya matahari mulai merambat masuk melalui celah dinding Workshop. Ia menguap panjang lalu menatap meja kerjanya yang penuh catatan, kabel, pecahan kristal, dan sketsa alat yang ia garap semalaman. Hari ini ia berniat menyelesaikan prototipe pertama kamera kristal pendeteksi mana. Ia menyentuh permukaan lensa kaca yang telah ia poles sendiri. Benda itu tampak sederhana, tetapi Raka sudah berkali-kali mencoba memadukan kristal biru dengan konduktor logam agar bisa menghasilkan reaksi cahaya yang stabil. Raka menghela napas. “Kalau alat ini berhasil, kita punya senjata penting melawan Dewan,” gumamnya. Ia menyalakan kompor uap kecil yang terhubung ke pipa-pipa tembaga. Suara desis uap memenuhi ruangan. Uap panas bergerak melalui jalur yang sudah ia buat, menggerakkan piston kecil yang menstabilkan arus energi dari kristal biru. Raka menambahkan satu lagi potongan kristal ke dal
Malam itu hutan kembali sunyi, hanya suara angin yang menyentuh dahan. Raka dan Leonhart duduk di teras Workshop yang masih hangat oleh sisa uap. Di hadapan mereka, lampu kecil dari tabung gas buatan Raka menyala redup tetapi stabil. Leonhart membuka pembicaraan dengan nada hati-hati. “Aku ingin kau mengerti satu hal terlebih dahulu,” katanya. “Dewan Sihir terlihat seperti kelompok terhormat yang menjaga keseimbangan negeri, tetapi kenyataannya tidak seperti itu.” Raka menatapnya. “Aku sudah lihat bagaimana penyihirmu menyerang tanpa peringatan. Jadi, ya… aku mulai curiga.” Leonhart mengangguk pelan. “Kerajaan ini terbagi menjadi dua kekuatan besar: keluarga kerajaan, dan Dewan Sihir. Tapi dalam dua dekade terakhir, Dewan telah perlahan mengambil kendali. Mereka mengatur perdagangan kristal mana, memonopoli ilmu sihir, bahkan menentukan siapa yang boleh jadi penyihir dan siapa yang tidak.” Raka diam sejenak. “Jadi mereka semacam kartel sihir?” “Lebih buruk.” Leonh
Kabut sisa pertempuran perlahan terangkat dari atas hutan.Tanah di sekitar Workshop penuh bekas ledakan kecil, uap air, dan percikan sihir terbakar.Raka duduk bersandar pada dinding, napasnya berat, tapi matanya tetap tajam.[Energi Sistem tersisa: 3%][Rekomendasi: Mode Pemulihan. Nonaktifkan fungsi sekunder.]“Ya ya, aku tahu,” gumam Raka sambil berdiri.Ia menekan tombol hologram.[Mode Pemulihan diaktifkan. Waktu estimasi: 4 jam.]Raka mengelap keringat dan darah tipis di pelipisnya.“Baru juga mulai hidup di sini, udah dikejar penyihir kerajaan… brengsek juga dunia ini.” —Namun ia belum tahu bahwa dari kejauhan, seseorang memperhatikannya.Di tepi bukit, seorang pria muda berusia sekitar dua puluh lima tahun berdiri dengan mantel kerajaan panjang berwarna biru laut.Di pundaknya tersampir pedang tipis dengan lambang singa berkepak — lambang keluarga kerajaan Arkanis.Rambutnya hitam pekat, mata keemasan, dan aura tenangnya sulit dibaca.Dialah Leonhart Arkanis,Pangeran Kedu
Kabut malam mulai menebal di sekitar Workshop, bertumpuk dengan uap panas dari mesin Raka yang terus berdesis sshhhhhhh…Hutan utara yang biasanya tenang kini terasa seperti menahan napas.Bau logam panas bercampur dengan aroma tanah basah.Raka berdiri di depan pintu Workshop, pakaian compang-campingnya berkibar pelan tertiup angin.Matanya fokus menatap kegelapan.[Deteksi Sihir: 800 meter… 700… 600.]Jumlah entitas: 8. Tipe energi: Api & Kendali Angin.Rekomendasi: Pertahanan jarak menengah aktif.“Delapan orang… dan dua di antaranya penyihir tingkat menengah,” gumam Raka.“Ini bukan sekadar peringatan. Mereka mau menangkapku.”Meski jantungnya berdetak cepat, pikirannya tetap jernih.Ia membuka panel sistem.[Protokol Pertahanan Workshop]– Jebakan Uap Tekanan Tinggi– Medan Elektromagnetik Skala Kecil– Bola Paku Otomatis (Non-mana)– Mode Lampu Silau Intensitas TinggiDan satu opsi baru berdenyut warna merah:[Prototype Senjata – Coil Arc v0.2]Status: Tidak stabil. Konsumsi ene







