Mag-log inKeesokan harinya, hutan Wraildon tampak lebih tenang. Kabut pagi tipis menyelimuti dedaunan, dan burung-burung bernyanyi lembut di antara ranting pohon. Namun di dalam Workshop, suasana jauh berbeda. Raka duduk di meja kerja, matanya terpaku pada piring kaca yang menampilkan rekaman pola mana agen Dewan dari kemarin. Ia meneliti setiap gerakan, setiap pergeseran pusaran energi, mencatatnya di buku catatan yang sudah penuh coretan. Leonhart berdiri di sampingnya, menatap pola-pola yang bergerak di piring kaca. “Lihat, gerakannya tidak acak. Dia punya pola, meskipun menyamar, ada kebiasaan tertentu yang bisa kita prediksi.” Raka mengangguk. “Ya. Aku sudah memikirkan cara meningkatkan kamera kristal agar bisa menangkap mana lebih sensitif. Dengan begitu, jebakan visual yang kita buat tidak hanya melihat gerakan, tapi juga mengidentifikasi jenis sihir atau energi yang digunakan.” Leonhart tersenyum. “Bagus. Tapi jangan terlalu bersemangat. Kita harus hati-hati. Agen itu bisa mun
Raka dan Leonhart berjalan perlahan menyusuri jalan setapak hutan yang diselimuti kabut tipis dari tabung asap kristal. Kabut itu berpendar lembut, memantulkan cahaya biru dari kamera kristal, menciptakan suasana seperti dunia lain. Setiap helai kabut bergerak seolah hidup, menandakan aliran mana yang terkandung di dalamnya. “Lihat,” Raka menunjuk ke piring kaca kamera kristal, “lihat garis-garis ini. Semua gerakan mana sekarang terlihat. Tidak ada yang bisa bersembunyi.” Leonhart menatap pola cahaya itu dengan serius. “Ini lebih baik dari perkiraanku. Dengan ini, agen itu tidak akan bisa menyelinap begitu saja.” Raka menyesuaikan lensa, mengatur sensitivitas agar setiap partikel mana yang bergerak di udara tertangkap dengan jelas. Garis-garis cahaya semakin kompleks, menunjukkan adanya beberapa pola mana yang berbeda, satu di antaranya lebih gelap dan sulit terbaca. “Gelap itu… agen itu,” gumam Raka. Leonhart mengangguk. “Kita harus mendekat hati-hati. Jangan sampai dia menyada
Udara pagi menyusup lembut ke sela-sela pepohonan ketika Raka bangun lebih awal dari biasanya. Cahaya matahari mulai merambat masuk melalui celah dinding Workshop. Ia menguap panjang lalu menatap meja kerjanya yang penuh catatan, kabel, pecahan kristal, dan sketsa alat yang ia garap semalaman. Hari ini ia berniat menyelesaikan prototipe pertama kamera kristal pendeteksi mana. Ia menyentuh permukaan lensa kaca yang telah ia poles sendiri. Benda itu tampak sederhana, tetapi Raka sudah berkali-kali mencoba memadukan kristal biru dengan konduktor logam agar bisa menghasilkan reaksi cahaya yang stabil. Raka menghela napas. “Kalau alat ini berhasil, kita punya senjata penting melawan Dewan,” gumamnya. Ia menyalakan kompor uap kecil yang terhubung ke pipa-pipa tembaga. Suara desis uap memenuhi ruangan. Uap panas bergerak melalui jalur yang sudah ia buat, menggerakkan piston kecil yang menstabilkan arus energi dari kristal biru. Raka menambahkan satu lagi potongan kristal ke dal
Malam itu hutan kembali sunyi, hanya suara angin yang menyentuh dahan. Raka dan Leonhart duduk di teras Workshop yang masih hangat oleh sisa uap. Di hadapan mereka, lampu kecil dari tabung gas buatan Raka menyala redup tetapi stabil. Leonhart membuka pembicaraan dengan nada hati-hati. “Aku ingin kau mengerti satu hal terlebih dahulu,” katanya. “Dewan Sihir terlihat seperti kelompok terhormat yang menjaga keseimbangan negeri, tetapi kenyataannya tidak seperti itu.” Raka menatapnya. “Aku sudah lihat bagaimana penyihirmu menyerang tanpa peringatan. Jadi, ya… aku mulai curiga.” Leonhart mengangguk pelan. “Kerajaan ini terbagi menjadi dua kekuatan besar: keluarga kerajaan, dan Dewan Sihir. Tapi dalam dua dekade terakhir, Dewan telah perlahan mengambil kendali. Mereka mengatur perdagangan kristal mana, memonopoli ilmu sihir, bahkan menentukan siapa yang boleh jadi penyihir dan siapa yang tidak.” Raka diam sejenak. “Jadi mereka semacam kartel sihir?” “Lebih buruk.” Leonh
Kabut sisa pertempuran perlahan terangkat dari atas hutan.Tanah di sekitar Workshop penuh bekas ledakan kecil, uap air, dan percikan sihir terbakar.Raka duduk bersandar pada dinding, napasnya berat, tapi matanya tetap tajam.[Energi Sistem tersisa: 3%][Rekomendasi: Mode Pemulihan. Nonaktifkan fungsi sekunder.]“Ya ya, aku tahu,” gumam Raka sambil berdiri.Ia menekan tombol hologram.[Mode Pemulihan diaktifkan. Waktu estimasi: 4 jam.]Raka mengelap keringat dan darah tipis di pelipisnya.“Baru juga mulai hidup di sini, udah dikejar penyihir kerajaan… brengsek juga dunia ini.” —Namun ia belum tahu bahwa dari kejauhan, seseorang memperhatikannya.Di tepi bukit, seorang pria muda berusia sekitar dua puluh lima tahun berdiri dengan mantel kerajaan panjang berwarna biru laut.Di pundaknya tersampir pedang tipis dengan lambang singa berkepak — lambang keluarga kerajaan Arkanis.Rambutnya hitam pekat, mata keemasan, dan aura tenangnya sulit dibaca.Dialah Leonhart Arkanis,Pangeran Kedu
Kabut malam mulai menebal di sekitar Workshop, bertumpuk dengan uap panas dari mesin Raka yang terus berdesis sshhhhhhh…Hutan utara yang biasanya tenang kini terasa seperti menahan napas.Bau logam panas bercampur dengan aroma tanah basah.Raka berdiri di depan pintu Workshop, pakaian compang-campingnya berkibar pelan tertiup angin.Matanya fokus menatap kegelapan.[Deteksi Sihir: 800 meter… 700… 600.]Jumlah entitas: 8. Tipe energi: Api & Kendali Angin.Rekomendasi: Pertahanan jarak menengah aktif.“Delapan orang… dan dua di antaranya penyihir tingkat menengah,” gumam Raka.“Ini bukan sekadar peringatan. Mereka mau menangkapku.”Meski jantungnya berdetak cepat, pikirannya tetap jernih.Ia membuka panel sistem.[Protokol Pertahanan Workshop]– Jebakan Uap Tekanan Tinggi– Medan Elektromagnetik Skala Kecil– Bola Paku Otomatis (Non-mana)– Mode Lampu Silau Intensitas TinggiDan satu opsi baru berdenyut warna merah:[Prototype Senjata – Coil Arc v0.2]Status: Tidak stabil. Konsumsi ene







