공유

Bab 2

작가: Anggrek Bulan
last update 최신 업데이트: 2022-11-17 11:09:05

Adelia

"Ma...Mama nggak kenapa? Kok kayaknya kaget banget gitu?" tanya Fika tiba-tiba.

Memang, saat melihat foto tersebut, aku langsung shock, hingga terduduk di kursi yang berada di dapur.

"Nggak kok, Fik. Mama cuma kasihan saja melihatnya," ucapku sembari menetralkan perasaan, "mayat ini tadi ditemukan di mana?"

"Di halaman sebuah rumah kosong, Ma. Yang menemukan pertama kali, adalah seorang tukang becak," jawab Fika lugas.

Aku masih amat syok, sekitar tiga jam yang lalu, wanita ini masih menangis di hadapanku, dan dia juga menyerahkan anaknya. Apa mungkin ini motivasinya menyerahkan bayinya, untuk kujaga?

Padahal, dia punya banyak hutang penjelasan padaku. Bahkan, aku tadi masih berharap bisa bertemu lagi dengannya.

"Apa dia meninggal karena bunuh diri atau dibunuh, Fik?"

"Belum tahu, Ma. Pas tadi aku di sana, polisi belum datang," jawab Fika singkat.

Oekk Oekk Oekk

Tiba-tiba, Lio memangis dengan kerasnya, dan tentu saja hal itu membuat kager Fika.

"Ma...suara bayi siapa itu?! Kok kayaknya dari kamar Mama, sih?"

Tanpa menjawab pertanyaan Fika itu, aku pun langsung bergegas ke kamar, dan diikuti oleh putriku itu.

"Sstt...sstt...sstt...jangan nangis ya, Sayang," segera kutepuk pelan paha bayi mungil itu, sembari memberikan susu yang baru saja kubuat.

Apa mungkin, dia merasa bahwa Mamanya telah pergi untuk selamanya? Hingga dia tadi menangis sekencang itu.

"Ma...ini bayi siapa?" tanya Fika sambil intens menatap Lio.

"Bayi ini, adalah anak dari wanita muda yang ditemukan meninggal di Wonorejo itu, Fik," ucapku tanpa menoleh.

"Apa? Jadi, Mama kenal dengan wanita itu? Dan kenapa dia menyerahkan bayi ini pada Mama?" Fika semakin penasaran.

"Tidak, mama tak mengenalnya, dan mama juga nggak tahu, kenapa dia menyerahkan bayi ini, dan meminta untuk merawatnya."

"Kok bisa sih, Ma?"

Fika terus saja meminta penjelasan, wajar, karena jika berada di posisinya  pun, aku akan terus bertanya, hingga mendapatkan penjelasan. Lalu, aku pun menceritakan semuanya padanya.

"Ya ampun...jadi, Mama benar-benar bertemu dengan wanita itu. Tapi,  bagaiamana dia tahu nama Mama?" ucap Fika, setelah aku menceritakan semuanya.

"Itulah yang masih membuat mama bingung, dan karena itulah, masih berharap bertemu dengan wanita itu, untuk meminta kejelasan dari teka-teki ini.

Namun, ternyata dia sudah meninggal, jadi semua rasa penasaran ini, tak bisa terobati," ucapku lirih.

"Kalau begitu, kita serahkan saja bayi ini pada pihak berwajib. Apa Mama nggak takut, jika ternyata wanita tadi jahat, dan nantinya menyeret mama, karena bayi ini. Bisa saja 'kan, bayi ini adalah anak hasil curian, karena takut  jadi dia serahkan pada Mama."

"Tidak, Fik. Mama sudah berjanji, akan merawat bayi ini sebaik mungkin. Apalagi, dia kini kan sudah meninggal, jadi bayi ini sekarang menjadi tanggungan Mama," jawabku tegas.

"Trus, kalau nanti tetangga pada tanya gimana, Ma?"

"Gampang, tinggal bilang saja, ini anak saudara jauh yang minta kita adopsi, cukup."

Ada benarnya juga apa yang diucakan Fika, namun, saat ini aku tak ingin berpisah dengan Lio, apalagi kini ibunya lmeninggal.

"Ma...apa Mama sudah periksa isi tas itu?" tanya Fika.

Tas itu memang masih kubiarkan dengan isinya, hanya tadi aku mengambil kaleng susu dan botolnya saja.

"Belum, Fik. Coba sekarang kamu buka, mama juga jadi penasaran," ucapku.

Fika kemudian membuka tas itu, mengeluarkan bebrapa potong pakaian bayi, lengkap dengan sepatu dan topinya.

Ada juga tas kecil yang berisi perlengkapan mandi.

"Apa ini, Ma?" tanya Fika, sembari mengeluarkan sebuah amplop putih besar.

"Coba kamu buka, apa isinya, Fik. Siapa tahu ada petunjuk dari sini," ucapku yang kini memangku Lio, karena dia nampak gelisah.

Amplop itu, berisi selembar kertas, berisi tulisan tangan dengan tinta warna biru.

"Ini sebuah surat, mungkin surat ini ditujukan untuk Mama. Aku baca saja ya?" tanya Fika yang kujawab dengan anggukan.

'Mbak Dewi yang terhormat.

Tolong rawat dengan baik, Lio. Karena, dia juga berhak merasakan kasih sayang dari Papanya, Mas Hasan.

Mungkin Mbak Dewi bertanya-tanya, mengapa aku bisa berkata seperti itu?

Ya...aku dan Mas Hasan sudah menjalin hubungan selama tiga tahun belakangan, bisa dibilang dia adalah sugar daddy-ku.

Namun, delapan bulan terakhir ini, dia mulai mengabaikank dan tak pernah menemuiku. Sejak aku hamil dan dia memintaku untuk menggugurkannya, dan tentu saja aku tak mau.

Selama ini, aku terus mencari keberadaan Mbak Dewi, karena tahu, pasti Mbak orang baik, yang akan merawat anakku ini.

Maafkan aku, Mbak. Karena aku sudah berhubungan dengan suamimu. Tapi ketahuilah, Mas Hasan itu, bermain api tidak hanya denganku, tapi dia punya banyak sekali wanita simpanan di luar sana.

Sekali lagi, tolong rawat dengan baik Lio, Mbak. Semoga Tuhan membalas semua kebaikan Mbak Dewi.

Salam hangat.

Adelia.'

Pyarr!

Hancur rasanya hati ini, mendengar Fika membaca isi surat dari perempuan muda itu. Benarkah suamiku yang baik itu, di luar sering menduakanku?

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요
댓글 (4)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
suami gendeng
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
Hasan seorang flayer d luaran sana .semoga kmu sadar Dewi suami seorang penzina ulung dia keluar kota cuma alasan doang .karena kmu terlalu lugu dn penurut jadi mudah d bohongin Hasan ..
goodnovel comment avatar
Endah Spy
ya ampun kasihan bgt mbak dewi selama ini di bohongin suaminya ..
댓글 모두 보기

최신 챕터

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Ending

    Bab 180Pov Author Setelah kejadian meninggalnya Bu Rini secara bunuh diri di rumah itu, Bu Dewi pun memutuskan untuk menjual salah satu rumah miliknya itu. Karena menurutnya rumah itu sudah menyimpan banyak kenangan pahit."Ma ... lihat berita terbaru nggak?" Fika datang tanpa mengetuk pintu kamar By Dewi pagi ini, dia sepertinya sangat bersemangat sambil membawa ponselnya."Berita apa sih, Sayang?" Fika segera menunjukan latar ponselnya pada Bu Dewi. Ada rasa senang dan sedikit iba ketika dia membaca berita itu."Apa ini benar, Sayang?" tanya Bu Dewi sekedar memastikan."Tentu, Ma," jawab Fika singkat.Berita itu menunjukan jika semalam Nesya telah ditangkap di sebuah losmen di kecamatan sebelah. Dengan kondisi yang mengenaskan, seperti seorang yang mengalami depresi.Seminggu sudah pelarian Nesya setelah kematian Bu Rini itu, gadis hitam manis itu pun hanya satu kali saja menghubungi Bu Dewi, setelahnya dia seperti hilang ditelan bumi.Dalam pelariannya itu, Nesya terus berpinda

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 179

    Bab 179Pov Bu Dewi Aku sungguh tak menyangka jika Nesya mengatakan hal seperti itu. Padahal dia sudah benar-benar nyata terlihat bersalah, tetapi masih menyangkal juga. Jika saja saat ini dia berada di depanku, pasti Aku pun langsung akan menampar dia."Astaghfirullah aladzim!" kata itu terus saja aku ucapkan dengan lirih.Nesya pun kemudian melanjutkan ucapannya, "begini ya Tan. Seharusnya orang-orang itu nggak hanya memikirkan perasaan dia saja, seharusnya mereka memikirkan aku juga dong! Bayangkan deh selama dua puluh tahun dia pergi dan lepas tanggung jawab, menyerahkan aku di Panti asuhan begitu saja. Apa itu yang dinamakan seorang ibu? Coba bayangkan jika kalian jadi aku!" ucap Nesya seakan masih merasa paling benar.Aku akan segera menimpali ucapan gadis tak tahu diri ini setelah mengucapkan istighfar, tetapi nyatanya dia kembali nyerocos."Apa yang kulakukan saat ini anggap saja hanya sebagai sebuah ungkapan kekesalan belaka! Toh sebenarnya apa yang aku lakukan pada ia itu t

  • TAMU SELEPAS SUBUH   BAB 178

    Bab 178Pov Bu Dewi Sampai tiba di rumah pun aku sebenarnya masih saja terus memikirkan almarhumah Bu Rini. Nasibnya yang tragis seakan tak bisa membuat aku move on. Pertemuan yang tak terduga, tapi akhirnya menjadi hubungan bis itu, kini hanya tinggal jejak duka saja.Yang aku tahu sebenarnya dia adalah seorang wanita yang tangguh, sehingga bisa memendam rasa sakit oleh pengkhianat seorang Mas Hasan selama puluhan tahun, nyatanya dia masih bisa berdiri dengan tegar. Meski memang dia meninggalkan Nesya selama dua puluh tahun, tetapi menurutku itu adalah sebuah tindakan yang benar. Orang lain bisa menyalahkan karena tak mengalaminya sendiri bukan?Namun, nyatanya Bu Rini tak berkutik dengan anak kandungnya sendiri. Bahkan dengan dalih demi kembali membuat anak durhaka itu bahagia. Ah entahlah, keputusan macam apa itu.Semua perbuatan memang akan selalu ada pertanggung jawaban nanti. Penyesalan memang selalu datang di akhir, tapi entah mengapa aku seperti tak melihat adanya hal itu di

  • TAMU SELEPAS SUBUH   BAB 177

    Bab 177Pov AuthorDepresi! Itulah satu kata yang sangat tepat untuk menggambarkan apa yang saat ini tengah dirasakan oleh Nesya. Tentu saja dia sangat emosi saat mengetahui ATM berwarna hitam itu tak lagi ada di tempatnya."Sial! Kenapa sih si Dwi bisa tahu jika dalam ATM itu ada banyak uang!" Saking kesalnya Nesya pun sampai membanting dompetnya ke sembarang arah.Tentu saja gadis manis itu tak ingat, karena semalam dia sudah mabuk berat. Sebagai seorang penipu alias scammer cinta yang sudah sangat profesional, tentu saja Dwi telah menimbang semua itu dengan matang. Karena memang tujuan utamanya membawa Nesya bermalam adalah untuk menjarah uang itu. Untuk kenikmatan surga dunia yang dia dapat, itu hanya seperti sebuah bonus pelengkap saja bagi Dwi.Dengan sedikit belaian saja, Nesya yang sedang mabuk berat itu langsung mengatakan semuanya pada Dwi. Dan, saat malam itu juga lelaki itu langsung menghapus semua jejak dari ponsel Nesya dan mengamankan ATM berharga itu.Dan, ketika tadi

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 176

    Bab 176Pov Author Nesya terus berlari tanpa sedikit pun menoleh ke belakang. Beruntung dia memang memiliki badan yang ramping dan atlet lari saat dulu masih SMA, jadi dia pun sangat diuntungkan kali ini.Ketika dirasa sudah jauh dari kompleks tempat tinggalnya itu, dia pun sirkit mengurangi kecepatan. Dan, mulai mencari sebuah tempat yang bisa digunakan untuk bersembunyi. Sebuah perumahan terbengkalai dengan beberapa rumah kosong jendela yang sudah rusak, menjadi pilihannya kini."Lumayan deh! Untuk tempat persembunyian sementara!" Nesya segera loncat memasuki jendela, dan duduk berselonjor kaki karena sangat lelah."Kurang ajar sekali memang ibu itu. Sudah mati saja masih membuat masalah untukku!" umpat Nesya saat itu.Ternyata tangisan dia saat berada di rumah Pak Rt itu memang hanyalah tangisan buaya saja. Saat itu sebenarnya dia ingin mencari simpati dari para warga, namun nyatanya mereka malah geram mendengarnya. Alhasil Nesya pun menghentikan tangisan itu dan lalu berpikir un

  • TAMU SELEPAS SUBUH   Bab 175

    Bab 175Pov Author "Tangkap dia!""Tangkap anak durhaka itu!"Warga kembali saling berteriak, dan berusaha mengejar Nesya. Tetapi nyatanya Nesya berlari cukup kencang, seakan dia baru mendapatkan kekuatan super. Memang sih sebenarnya dia pernah menjadi juara 1 lomba lari se kecamatan saat masih duduk di bangku SMA. Ternyata skill itu sangat membantu dia sekarang."Sudah biarkan saja dia lari. Toh polisi juga sudah mengantongi identitas dia. Cepat atau lambat dia tentu akan segera ditangkap!" Pak Rt berusaha menenangkan warganya.Akhirnya warga pun membubarkan diri dan membenarkan kata Pak Rt. Satu yang pasti, mereka sama sekali tak ingin Nesya kembali ke kompleks itu.Polisi memang tentu saja akan mengejar Nesya, karena memang dari bukti semua hasil kamera pengintai itu. Menunjukkan dia adalah penyebab Bu Rini bunuh diri. Toh pasti nanti ketika polisi mengotopsi jenazah itu, maka pasti akan ditemukan banyak bekas luka. Hampir setiap waktu, Nesya menjatuhkan tangan pada sang ibu. Ba

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status