Home / Romansa / TARGETKU BOS MAFIA / BAB 3. Pandangan Matanya

Share

BAB 3. Pandangan Matanya

Author: ookamisanti_
last update Last Updated: 2023-01-06 09:55:03

Ternyata yang memanggilnya adalah Fritz Ryker, seorang pria yang dikenal Callista dari suatu tempat. Pria tersebut tampak tersenyum, tapi Callista malah mendengkus kesal karena dia salah mengira kalau Fernando yang menyerukan namanya. Suara Fritz tak jauh berbeda dengan sang mantan suami.

“Maaf! Aku kira Fernando,” kata Callista kepada pria itu.

“Tak perlu meminta maaf. Kau sedang apa di sini? Tidak biasanya kau pergi ke bar.” Fritz tampak penasaran. Dia duduk di samping Callista.

“Kebetulan aku lewat jalanan ini dan mampir sebentar. Kata orang ini, mereka menjual informasi, siapa tahu mereka bisa membantuku,” jawab Callista seraya menunjuk Richard lalu sedikit mengubah posisi duduknya agar Fritz bisa melihat pria di sampingnya itu.

Alih-alih membalas, Fritz malah menunjukkan raut wajah terkejut. Kedua matanya membelalak dengan lebar. Hal ini membuat Callista mengernyitkan dahi karena kebingungan. Ada apa dengan pria ini? Tanyanya dalam hati.

“Kenapa wajahmu tampak terkejut begitu?” tanya Callista. Fritz langsung mengubah ekspresinya menjadi datar lalu menatap ke arah bar.

“Ti-tidak apa-apa. Sejak kapan kau mengenal orang itu?” jawabnya sekaligus membalikkan pertanyaan.

“Baru saja. Sebelum kemari, kami mendapatkan sedikit masalah. Kebetulan lokasi kami bertemu tak jauh dari bar ini, makanya kami ke sini untuk mengobrol.” Saat menjawab pertanyaan dari Fritz, Callista melihat kedua tangan pria itu tampak bergemetar.

“Aku Richard, teman baru Fleischer. Siapa namamu dan apa hubunganmu dengan dia?” Kini giliran Richard yang bertanya kepada Fritz. Tak ada jawaban dari pria itu, dia malah berdiri dari duduknya lalu membisikkan sesuatu kepada Callista dan pergi begitu saja. Melihat kepergian Fritz, Callista dan Richard hanya bisa memandanginya sampai ke pintu masuk bar.

“Tidak biasanya Fritz akan bersikap begitu dengan orang lain,” kata Callista.

Richard menolehkan kepala lalu menyahut, “Mungkin dia sedang banyak masalah. Oh iya, bagaimana jawabanmu atas pertanyaanku tadi? Kau belum menjawabnya.”

“Kau benar,” ujar Callista lalu meneguk sedikit alkohol yang sedari tadi sudah ada di depannya. “Sebenarnya aku sedang mencari seseorang yang telah membunuh suamiku. Aku sama sekali tidak tahu bagaimana rupa orang tersebut, tapi menurut informasi yang aku dapatkan, ada kemungkinan dia terlibat dengan para kriminal lainnya. Orang tadi adalah salah satu yang mungkin tahu tentang si pelaku penembakan.”

“Seseorang membunuh suamimu? Kapan kejadiannya?”

“Sebulan yang lalu, tepat di hari pernikahanku. Aku ….” Callista menghentikan ucapannya. Dia terlihat menggenggam gelas alkohol dengan erat. “Lupakan saja! Aku tidak mau membicarakannya,” lanjut dia tanpa menoleh.

“Baiklah kalau kau tak mau membahasnya, tak masalah,” balas Richard. Callista hanya menganggukkan kepala.

Hampir saja dia memberitahukan kejadian waktu itu. Padahal dirinya bertekad untuk menyembunyikannya serta melupakan. Namun tanpa sengaja, Callista malah hendak memberi tahu. Beruntung dia langsung ingat dan menghentikan ucapan yang akan dia lontarkan.

Di sisi lain, dia kembali teringat dengan kejadian tersebut. Suara tembakan, kesakitan Fernando dan bisikan yang terdengar entah dari mana kembali terngiang di benaknya. Tidak seharusnya Callista membeberkan hal sepenting itu kepada orang asing, apalagi kepada orang yang baru saja dia kenal beberapa menit lalu. Kini dirinya membuang napas dengan kasar dan menyesali kecerobohannya.

Pria di samping Callista berkata kalau seorang bartender wanita yang ada di depan mereka itu adalah seorang informan. Wanita tersebut bernama Fliora, dia cukup terkenal di kawasan ini. Sudah banyak orang asing datang kepadanya untuk meminta informasi penting. Tidak ada yang tahu dari mana Fliora mendapatkan informasi-informasi itu.

“Ehm … sepertinya aku pernah mendengar tentang kejadian di taman itu. Seingatku kamera pengawas di sana sudah dirusak. Sepertinya si pelaku sendiri yang merusaknya, tapi bukan dari luar, melainkan dari dalam. Ada kemungkinan dia melakukan peretasan yang membuat kamera tersebut menjadi tidak berfungsi,” jelas Fliora setelah mendengar penjelasan singkat dari Callista. Wanita ini mempertanyakan sesuatu tentang kejadian penembakan pada bulan lalu yang terjadi di sebuah taman.

“Apakah kau pernah menyelidiki penembakan itu?” tanya Richard.

Fliora terdiam, seperti sedang mengingat-ingat. Dia pun menjawab, “Ya, aku sempat menyelidikinya untuk kesenanganku sendiri. Tak banyak yang aku ketahui karena tidak ada bukti siapa yang melakukan penembakan, tapi ada hal menarik yang aku dapatkan. Ketika aku meretas kamera pengawas di sekitaran taman, aku melihat pria berpakaian serba hitam, memakai tudung jaket dan bermasker mengikuti seorang pria lainnya yang aku duga dia adalah salah satu tamu yang ada di acara pernikahan itu.”

“Sungguh? Apakah kau mencari tahu siapa orang itu?” Kini giliran Callista yang bertanya. Jelas sekali kalau wanita ini sangat ingin tahu.

“Ya, dia masuk ke dalam gang yang tak jauh dari taman bersama pria itu. Sayang sekali, di sana tidak ada kamera pengawas, aku tak bisa melihat apa yang mereka lakukan,” jawabnya. Callista terdiam, dia sedang memikirkan perkataan Fliora. Kira-kira siapa pria itu? Kenapa mengikuti orang lain? Tanyanya dalam hati.

Selain memberikan informasi tersebut, Fliora juga mengungkapkan bahwa dalam beberapa jam kemudian, ada mobil polisi serta ambulance datang bersamaan dengan keluarnya pria bertudung itu dari dalam gang. Terlihat kantung mayat dibawa keluar dari gang dan dimasukkan ke dalam mobil ambulance. Tentu saja hal ini mengejutkan Callista serta Richard. Mereka menduga kalau pria bertudung itu telah membunuh pria yang diikutinya.

Sayang sekali, tidak ada bukti nyata, tapi Callista sudah mendapatkan identitas pria yang telah meninggal itu dari Fliora. Karena tidak ada informasi lagi yang bisa diberikan oleh Fliora, Callista pun berpamitan dan keluar dari bar.

“Apakah kau akan pergi ke lokasi itu?” tanya Richard. Callista menoleh.

“Tidak. Mungkin besok saja, malam ini aku cukup lelah dan ingin istirahat. Terima kasih sudah mentraktirku dan membawaku ke sini. Sampai jumpa!" jawab Callista lalu berjalan meninggalkan Richard.

“AWAS!” Callista terkejut saat Richard menariknya dengan cukup kencang dan menubrukkan punggungnya ke dinding bangunan yang tak jauh dari mereka. Dengan refleks, Richard langsung berdiri di depannya. Kedua tangan pria itu diletakkan ke dinding, seperti berusaha untuk melindungi dia dari orang-orang yang sedang kejar-kejaran di jalanan gang ini. Jika saja dia tidak ditarik oleh pria itu, kemungkinan dia akan tertabrak oleh mereka.

Callista sangat terkejut, apalagi kini Richard tepat berada di depannya dalam jarak yang sangat dekat. Ketika Richard menoleh, mata kedua insan ini pun bertemu. Wanita ini kembali dikejutkan dengan keindahan dari mata Richard yang berwarna hijau. Tentu saja Callista tidak pernah bertemu dengan orang yang memiliki warna mata yang seindah itu.

Seketika saja Richard memajukan kepalanya, hendak mendekati Callista dalam jarak sedekat ini. Entah kenapa, wanita itu bergeming seakan-akan terhipnotis oleh keindahan mata Richard. Dia tidak sadar kalau pria di depannya ini akan melakukan sesuatu.

“Apa yang kalian lakukan?” Seseorang mengejutkan mereka hingga mereka tersadar. Richard langsung menjauhkan diri serta membelakangi, sementara Callista menundukkan kepala. Wajahnya terlihat memerah, mencoba menahan malu karena sudah dipergok oleh Fritz Ryker. Ya, pria itu yang sudah membuat mereka terkejut.

“Ehm … kalau begitu, aku pergi saja,” ucap Richard seraya membalikkan badan menghadap ke arah Callista.

“Baiklah. Terima kasih atas bantuanmu,” balas Callista. Pria itu mengangguk lalu pergi meninggalkan dua insan ini.

“Kau … apakah kau tahu siapa pria itu hah?” omel Fritz tiba-tiba.

Callista mendengkus lalu berjalan meninggalkan Fritz. Pria ini pun mengikuti wanita itu seraya berkata, “Kau harus menjauhinya, Callista. Dia berbahaya untukmu dan tidak pantas menjadi temanmu.”

“Dia berbahaya atau tidak, bukan urusanmu, Fritz. Lagi pula kami baru bertemu karena kebetulan. Memangnya kau tahu apa tentang dia sehingga kau memintaku untuk menjauhinya?” sahutnya tanpa menoleh.

“Dia seorang bos mafia,” jawab Fritz.

“Apa?!”

Bersambung …

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 180. Aku Mencintaimu, Bos Mafia! ( TAMAT )

    Hal tersebut mengejutkan Richard dan Callista. Alberto malah menodongkan benda itu kepada anak buahnya sendiri. Tentu saja Callista tidak terima. Dirinya langsung mengomel. “Apa-apaan kau ini? Kenapa kau menodongku?”“Ku bilang pilihlah! Kau berpihak kepada siapa? Aku atau orang itu hah?” tanya Alberto tanpa menjawab pertanyaan Callista.“Apa maksudmu aku harus memilih?” tanya Callista lagi.“Cih! Sadar dirilah, Wanita sialan! Belakangan ini kau terus membela pria itu. Bahkan kau menggagalkan misimu dan terus menentang aku. Aku curiga kalau kau memiliki perasaan khusus kepadanya sehingga kau bersikap begitu. Iya, kan?” geram Alberto membuat Callista menganga tak percaya. Sang bos malah mempertanyakan hal seperti itu kepadanya. Pertanyaan tersebut cukup sulit untuk dijawab Callista untuk saat ini.“Ja-jangan main-main denganku, Pak Tua! Mana mungkin aku memiliki perasaan seperti itu kepadanya. Bukankah

  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 179. Bos ValHolitz vs Bos Forezsther

    Sepertinya Richard tak begitu terkejut dengan apa yang dilakukan Callista kepadanya. Alih-alih menghindar, Richard malah berjalan maju sehingga ujung pisau tepat berada di leher dia. Hal ini membuat Callista mendesis lalu menurunkan benda tersebut. Richard yang sudah tahu reaksi Callista hanya tersenyum lalu memeluk wanita itu. Anehnya, meski kesal, Callista tak menghindar bahkan membiarkan Richard memeluk dirinya.“Kenapa kau begitu berani meski senjata tepat di depan matamu? Aku bisa saja membunuhmu dalam jarak sedekat ini,” tanya Callista yang keheranan.“Karena aku yakin kalau kau tak akan berani melakukannya. Buktinya saja sekarang kau menurunkan senjatamu,” jawab Richard. Lagi-lagi Callista tak menyangkal, dia hanya memasang wajah sedih. Karena Richard sedang memeluknya, bos mafia itu tidak melihat bagaimana raut wajah Callista sekarang.“Kau tahu? Aku merasa kalau kau tak memiliki alasan untuk membenciku. Ku akui aku menyembu

  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 178. Selamat Tinggal!

    Callista terkejut ketika melihat Fernando membelalakkan matanya. Pria itu pun terjatuh begitu saja membuat Callista menjerit. Ternyata tembakan itu berasal dari belakang Fernando. Callista melihat ke arah pelaku yang sudah melepaskan pelurunya ke mantan suaminya itu. Ternyata Richard, Bos ValHolitz yang selama ini tidak terlihat. Callista terkejut karena Richard menembak Fernando.“Kenapa kau menembaknya?” tanya Callista.“Karena dia akan menembakmu,” jawab Richard seraya berjalan mendekati mereka. Callista melihat tubuh Fernando yang sudah dipenuhi darah. Pria tersebut mengerang kesakitan di area punggungnya.“Aku tidak mengenai titik vitalnya, dia akan baik-baik saja,” ucap Richard setelah berhasil mendekati mereka dan berdiri tak jauh dari keduanya.“B-bos?! Ke-kenapa kau ke sini?” tanya Fernando terbata-bata.“Karena aku melihat istriku akan dibunuh oleh anak buahku sendiri,” jawabnya.

  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 177. Perang Dimulai!

    Perang dimulai, lokasi yang ditentukan sudah dipenuhi oleh dua kelompok yang sedang bertarung. Sesuai dengan perjanjian bahwa tak ada pengeboman. Kini murni hanya pertarungan keduanya yang menggunakan senjata api dan senjata tajam. Suara tembak menembak terdengar di medan perang, tak sedikit yang sudah tumbang akibat terkena peluru musuh. Bahkan sniper tersembunyi juga melakukan aksinya dari suatu tempat yang tak diketahui oleh siapapun. Begitupula dengan para pemimpin.Demi menguatkan pasukan, Forezsther bergabung dengan anggota dari kelompok Fulgen Famiglia. Meski tak semua anggota dari kelompok tersebut turun tangan, tapi pasukan Forezsther menjadi bertambah. Tentu saja ValHolitz kewalahan karena tak ada kelompok pendukung, mereka berjuang sendiri. Jumlah mereka jauh lebih banyak dari Forezsther dan Fulgen Famiglia, sayangnya, kebanyakan orang yang terkapar di tanah dari kelompok mafia ternama di Kota Napoli itu. Untuk saat ini, Forezsther jauh lebih unggul ketimbang ValHo

  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 176. Bersiap Perang!

    “Secara langsung, aku melihat bagaimana Easter disiksa di depan mataku, bahkan tanpa hati mereka mempermainkannya. Aku yang sudah tidak sanggup mulai berbicara demi bisa menyelamatkan diriku serta temanku. Meski Easter terus memarahi, aku tetap mengatakan kepada mereka tentang Forezsther. Namun sialnya, mereka tidak menepati janji dan justru semakin mempermainkan Easter di depan mataku. Tubuhnya yang sudah dipenuhi darah, tanpa sehelai kain, dan terus menyiksanya tanpa henti meski dia tak lagi berteriak kesakitan. Aku … aku hanya bisa melihatnya, tanpa bisa melakukan apapun dan hanya bisa menangis dalam diam. Ba-bahkan ketika Easter disakiti, aku ….” Justin melihat Callista yang berusaha untuk menahan diri agar tidak menangis. Padahal sedari tadi Callista terus memegangi dadanya dengan tubuh yang bergemetar dan suara yang mulai bergetar. Namun wanita tersebut tetap melanjutkan. Justin mencoba untuk meminta Callista untuk berhenti, sayangnya, Callista terus berbicara.

  • TARGETKU BOS MAFIA   BAB 175. Kisah Masa Lalu

    Dalam satu jam, Kristian pun datang menghadap ke bosnya. Sang bos langsung mengomeli Kristian yang sudah lengah. Tentu saja pria itu tak mengerti kenapa dirinya sampai dimarahi. Richard menjelaskan apa yang terjadi sebelumnya. Hal ini mengejutkan Kristian. Dirinya tak menyangka kalau Callista akan mengikutinya, bahkan mendengarkan pembicaraan dia dengan Gabriel.“Kau sangat bodoh, Kristian! Bukankah aku sudah peringati agar tidak usah menceritakannya kepada siapapun? Kau tidak menepati janjimu bahkan secara sembarangan mengungkapkan hal ini ke orang lain. Karena kecerobohanmu, Callista mengetahui semuanya dan dia malah menanyakannya kepadaku. Dengan terpaksa aku memberi tahu dia,” omel Richard seusai memberi tahu Kristian tentang kehadiran Callista satu jam lalu.“Maafkan aku, Bos! Gabriel sangat memaksa sehingga aku harus menceritakan kepadanya. Ka-““Jangan menyalahi orang lain karena kesalahanmu sendiri!” tukas Richard memb

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status