"Li, ke mana saja kamu beberapa hari ini? Apa yang kamu lakukan?” cercah James Holland dengan segala pertanyaan. Lily memasang wajah bodoh, Karena ia sedang mencari alasan menipu James Holland. Kedua mata James Holland melihat wajah Lily yang memar dan bibir yang masih bengkak. "Ini?" ucap James Holland dengan menajamkan kedua matanya ke arah luka di wajah dan bibir Lily. Lily mengedipkan kedua mata almondnya. "Aku ditabrak orang, lalu kena tampar karena katanya aku merusak mobilnya. Kemudian minta ganti rugi, Tapi aku tidak mau. Lalu mendapat tamparan lagi," dusta Lily dengan jemari menyentuh bekas memar di wajahnya yang tirus dan cekung. Expresi tenang pada wajah tampan James Holland langsung berubah. "Siapa orang itu? Katakan padaku. Aku akan membuat perhitungan dengannya sekarang ini,” sahut James Holland dengan nada marahnya. Lily tidak ingin James Holland kena masalah, Ia segera menarik lengan James Holland. "Tidak tahu, soalnya kejadianya malam hari dan orang
"Kenapa?" tanya Lily dengan wajah polos dan lugu. "Jika tidak, luka di wajah dan bibirmu akan lama sembuh," jawab James Holland jujur. "Ah, iya. Aku lupa he...he.. he..he...." tawa Lily dengan gaya seperti anak kecil. Lily menyentuh wajahnya dengan tangan. Ia masih merasakan sakit yang masih terasa di berapa bagian wajahnya. Tamparan dan kekerasan fisik yang dilakukan oleh Chris membuat Lily tertekan secara batin, tapi dirinya harus kuat demi mendapatkan uang yang banyak untuk membiayai biaya pengobatan ibunya yang membutuhkan biaya banyak. "Ayo dimakan, bukan dipandangi terus!" ucap James Holland yang tidak ingin Lily semakin sedih. “Eh iya,” balas Lily tersipu malu. Dengan telaten, James Holland meletakkan makanan di piring Lily. Lily tersenyum ceria kepada James Holland untuk menutupi apa yang ia alami sebagai status sebagai wanita simpanan Christoper Vollente. "Semua ini demi uang, Jika bukan karena uang. Aku tidak sudih menjadi wanita simpananmu,"
"Ini hanya operasi kecil, Tidak perlu di takutkan. Semuanya akan baik-baik saja, Asal kamu mendengarkan apa yang aku katakan. Istirahat yang cukup dan jaga pola makan maka semuanya akan baik-baik," jelas James Holland yang masih menghibur Lily. "Iya," balas Lily dengan suara lemah. Setelah memastikan keandaan Lily sudah tenang, James Holland mengantar Lily pulang ke apertement kumuh yang merupakan apertemen yang selama ini di huni oleh Lily. "Terima kasih," pamit Lily yang hendak keluar dari dalam mobil James Holland. “Tidur awal,” nasehat James Holland kepada Lily, Tidak lupa memperlihatkan senyuman lembut. “Iya,” balas Lily yang keluar dari dalam mobil James Holland. Mata James Holland masih menatapi Lily dengan yang berjalan menjauh dengan tatapan rumit. Lily berjalan lelah memasuki apertemen kumuh yang ia tinggalkan berapa hari ini. Melihat banyak debu, Lily hanya sanggup membersihkan setengah saja dan memilih tidur karena besok dirinya harus kerja kembali seperti biasanya.
"Sial," umpat Chris yang kini semakin galau di dalam hati. "Aku tidak boleh membiarkan Lily pergi," seru Chris yang berjalan cepat untuk mengejar langkah kaki Lily. Pintutu yang di anggap menghalangi, Langsung di tendang kuat oleh salah satu kaki Chris. Bruukkk Bunyi pintu terbuka secara kasar oleh kuatnya tendangan kaki Chris yang sudah emosi tinggi. "Lily..." pekik Chris yang berlari untuk menyusul Lily, tapi keberadaan Lily sudah menghilang dari perusahaan. Akhirnya, Chris kembali dengan tangan kosong ke apertement. Ia melempar jasnya ke sofa serta membanting semua yang ada di apertement dan menemukan ponsel Lily yang masih edisi kuno tergeletak di salah satu sudut sofa. "Wanita itu?" gumam Chris pelan dengan kedua mata menatapi ponsel jadul tersebut. Chris mulai sadar. Beberapa hari ini mengapa dirinya susah menghubungi ponsel Lily. "Masa beli ponsel juga tidak sanggup," cibir Chris tak percaya dengan kenyataan tapi kedua mata masih menatap ponsel Lily yang jadul. Perasa
"Perasaan tentang Lily, dia sudah berubah banyak. Selain cantik dan tubuh bagus, tapi terasa tidak ada kehidupan pada tubuhnya. Seolah semuanya akan lenyap sebentar lagi, seperti yang pernah terjadi pada ibu dulu. Aku harap itu hanya perasaan aku saja," canda Nelson Jong yang sempat tertawa di atas penderitaan Chris yang kini sekujur tubuh sudah dingin seperti es. Perkataan Nelson Jong membuat hati Chris semakin ketakutan. Mengingat apa yang diperlihatkan Lily padanya semalam. Chris masih ingat tubuh Lily terdapat banyak luka dan semalam menerima sebuah tamparan kuat darinya. "Menurutku biasa saja dan tidak aneh," elak Chris yang berusaha untuk terlihat tenang dan tidak mencurigakan di mata Nelson Jong yang ahli menebak sesuatu. Nelson Jong menatap perubahan di wajah Chris yang kelihatan cemas dan ketakutan. "Semoga saja, Biasanya wanita yang akan pergi selamanya mempunyai aura seperti itu. seperti ibu aku waktu itu juga mempunyai aura seperti itu, lalu penyesalan selalu datang
James Holland menatapi makanan yang masih banyak di atas meja dengan tatapan ngeri. Ia juga tidak mampu menghabiskan semua makanan seorang diri. Mau tidak mau, James Holland meminta pelayan untuk membungkuskan semua makanan di atas meja. Kemudian di kasih ke para gelandangan di jalan, daripada di buang secara sia-sia. Apa yang di lakukan oleh James Holland di luar sana. Sudah di lihat oleh Lily di dalam mobil. Lily tahu James Holland selalu berhati mulia untuk menolong orang yang selalu kesusahan. "Aku iri dengan sikapmu yang bebas," gumam Lily yang merasa tertekan secara mental akan kehidupannya yang selalu pahit dan penuh penderitaan. Lily masih melamun tanpa menyadari James Holland sudah selesai membagikan makanan kepada gelandangan dan kini masuk ke dalam mobil. "Maaf lama," ucap James Holland yang duduk di kursi pengemudi dengan keringat bercucuran di dahinya. Lily tersenyum lembut menatapi James Holland untuk menutupi apa yang ia lamunkan tadi.
James Holland menatapi jam di pergelangan tangannya yang menunjukkan jam 12 siang yang merupakan waktu istirahat para pekerja dan jadwal makan para pasien. Demi Lily, James Holland terpaksa menunda jam makan siang. Lily menghirup aroma makanan yang melewati pintu kamarnya dan perutnya semakin berbunyi nyaring. "James..." lirih Lily dengan suara memelasnya. "Tahan satu jam lagi," balas James Holland tegas dengan wajah dingin tanpa expresi. Kepala Lily langsung tumbuh tanduk akan perkataan James Holland, Ia menarik mengigit bantalnya dengan gigitan kuat sembari mengerutu. Kedua mata biru James Holland melirik Lily yang bertingkah seperti anak-anak. "Tua di umur tapi sikap seperti bocak," batin James Holland yang menghela nafas panjang. Lily masih sibuk melampiaskan kemarahan kepada ujung bantal yang menjadi sasaran kemarahannya. James Holland melihat jam tangan yang sudah menunjukkan jam satu siang. Ia berdiri dari tempat duduknya. "Li, ganti pakaianmu dengan pakaian operasi!"
Nelson Jong yang ingin menghentikan langkah kaki Lily, namun ia terlambat melakukannya karena suaranya tetiba tidak bisa keluar dan juga tidak mendapatkan alasan untuk mengajak Lily untuk makan malam bersama. Lily berlari cepat keluar dari perusahaan SAG dengan tergesah-gesah. Kedua mata Lily melihat mobil James Holland yang terpakir tidak jauh dari lobi. Lily langsung buka pintu dan masuk ke dalam. "Kenapa tergesah-gesah?" tanya James Holland yang curiga dengan sikap Lily. "Tidak mau membuat dirimu menunggu lama," dusta Lily yang memang menghindari Chris. "Biasa saja kali. aKu antar pulang sekarang,” tawar James Holland. "Terima kasih,” balas Lily yang langsung memasang tali pengaman di badannya. "Sudah makan belum?" tanya James Holland lagi. "Belum he... he... he..." balas Lily dengan tawa bodohnya sembari mengaruk pipinya yang bersemu kemerahan. James Holland tersenyum tipis akan jawaban Lily yang seakan memberikan ia kesempatan untuk mendekat.