Chris yang keluar dari kamar mandi mendapatin Lily tidak ada di ranjang. "Kemana dia?" seru Chris dengan wajah kesalnya. Ia bergegas turun ke bawah lantai satu dan mendapatin Lily duduk di dekat pintu dengan memeluk kedua kakinya serta penampilan menyedihkan. Perlahan-lahan Chris berjalan mendekat, tapi Lily tidak menunjukan reaksi akan ke datangan Chris. Dahi Chris mengerut dan menyipitkan kedua mata. "Hei, jangan-jangan kau mau minta dikasihani ya? maka berakting seperti itu,” tuduh Chris dengan tatapan remeh dan kata yang menyindir. Lily tetap tak bersuara dan tidak bergerak sedikit pun dari posisi semula. Chris menepuk bahu Lily. Tapi, Lily masih tidak bergerak. Hati Chris mulai gelisah dan langsung menarik tubuh Lily ke atas. Tubuh Lily lemas, wajahnya pucat dan air mata membasahi mata yang bengkak. "Hei Lily, aku tadi hanya bercanda. Jangan nakut-nakutin aku. Ok?" ucap Chris lagi yang sudah mulai cemas. Lily tidak menjawab pertanyaan Chris. Kedua mata Lily masih tertut
Dengan perasaan percaya diri, Chris berjalan ke arah kamar mandi untuk membersihkan tubuh dan mengosok gigi. Ketika keluar dari kamar mandi, Chris melihat Lily sudah bangun dan mengosok kedua mata dengan kedua tangan yang kurus. Seketika Chris berlari kecil ke arah Lily dan menahan tangan Lily. Kekuatan Chris yang cukup besar, seketika membuat Lily terdorong hingga berbaring di tempat tidur. "Kau lagi rupanya? Memang penjahat kelamin,” cibir Lily dengan nada menusuk. Chris masih diam dengan mengeraskan rahangnya yang kokoh. Lily memandangi Chris dengan jarak dekat pada arah dadanya. Rambut Chris yang basah mengeluarkan air dan menetes ke arah dada Lily. Dinginnya air membuat Lily merasakan air yang membasahi baju dan masuk ke dalam kulit dadanya. Chris tidak bersuara dan masih memandangi Lily di depannya. Wanita yang membuat dirinya dipermalukan oleh dokter semalaman dan menjadi bahan tertawaan para perawat seisi rumah sakit. "Lepaskan, Kau menyakitiku!" oceh Lily m
"Kenapa? Mau memakan tubuhku. Sayangnya hari ini tak akan bisa," gerutu Lily memasang wajah galaknya. Lily menatap Chris tanpa rasa takut setelah isi tenaga. Chris memperlihatkan wajah jahat, ia mendekat dan menekan tengkuk leher Lily. Lalu mencium bibirnya dengan kasar sampai beberapa menit. kemudian melepaskan ciumannya. Lily langsung menghapus jejak basah pada bibirnya dengan wajah merah karena malu. "Aku akan menunggu," ucap Chris pelan. Chris berjalan menjauh dan Lily langsung melempar bantal ke arah Chris. Bantal terpantul saat pintu ditutup oleh Chris. Di kantor, Nelson Jong sudah gelisah dan berdiri tak tenang. Bahkan, duduk juga tak tenang sama sekali. Ia berjalan mondar mandir di ruangan Chris dengan hati mengumpat Chris. Pintu terbuka, Nelson mengira itu adalah Chris. Tapi sekali dilihat, ternyata seketaris Nana yang masuk dengan pakaian kekurangan bahan yang tentu saja sengaja untuk menunjukkan ke molekkan tubuhnya di hadapannya. "Wakil CEO, saya buatk
"Bu, aku kangen. Kapan ibu bangun?" Lily menahan air mata untuk tidak keluar. tapi tetap berjatuhan dari kedua mata yang besar nan indah. "Bu, aku dimarahi oleh James. Dia bilang, Mata jangan taruh di pantat. Makin lama, sikapnya makin mirip nenek-nenek cerewet. Sungguh menyebalkan," adu Lily pada ibunda yang masih memejamkan kedua mata. Sebanyak apapun Lily bercerita, ibunda Lily tidak bersuara sama sekali dan tetap tertidur dengan wajah tenangnya. Di lain pihak, setelah menghancurkan ruangan pasien di rumah sakit. Chris kembali ke kantor mencari catatan tempat tinggal para karyawan. Kebanyakan para karyawan mengisi dengan alamat yang jelas dan lengkap. sedangkan punya Lily tidak ada alamat sama sekali. "Yang benar saja" pekik Chris tak percaya melihat data di tangannya. Chris yang marah besar, ia melemparkan isi berkas dengan sembarangan dan menghubungi Lily dengan ponsel. Tapi ponsel Lily tidak aktif sama sekali. Emosi Chris makin memuncak dengan perasaan marah. Nana yang m
Nana berjalan dengan langkah cepat untuk menghampiri Chris. "Tuan Chris, berapa dokumen penting yang tidak bisa diselesaikan bagian devisi 2 dan wanita itu sengaja memperlambat pekerjaanya. Sehingga banyak yang repot di buat olehnya," kata Nana dengan suara tajam pada Chris. Nana sengaja mengadukan semua tentang kinerja Lily yang di anggap tidak becus. "Apakah benar?" Chris bertanya dengan wajah terheran. "Aku harus menyakinkan CEO Chris," batin Nana yang dendam kesumat kepada Lily. Nana pura-pura mengeluh lagi atas ketidak puasan kinerja dari devisi 2 yang merupakan tempat Lily bekerja. Chris terdiam dan mengingat jika ada beberapa dokumen penting mesti di tanda tangani. Chris yang terhasut oleh perkataan Nana. Ia langsung berjalan ke bagian devisi 2 dengan wajah hitam. Kedatangan Chris tentu memancing beberapa wanita untuk melirik. sedangkan Lily tidak tertarik untuk melihat atau mendengar sedikit pun. Dirinya lebih sibuk mengerjakan berapa file di laptop. Melihat bayangan di
"Sudah periksa ke dokter?" lanjut Nelson bertanya. "Sudah, terima kasih atas perhatian Wakil CEO. Saya sudah baikkan sekarang," balas Lily sungkan akan pertanyaan Nelson Jong. Pintu lift terbuka, Lily segera keluar dan Nelson Jong memperlambat langkah kaki untuk mengikuti Lily di sampingnya agar beriringan. "Wakil CEO, kenapa mengikuti saya?" kata Lily yang bingung. "Kita satu arah, saya mau ke kantin. Dari tadi saya belum makan siang," jawab Nelson cepat. "Maaf," Dengan wajah malu, Lily menunduk melihat kedua telapak kakinya. Terlihat suasana kantin yang sudah sepi. Lily mencari tempat duduk yang tidak jauh dari pintu. Nelson Jong menawarkan Lily untuk mengambil makanan dan meminta Lily untuk duduk berjaga di tempat. Dengan cepat, Nelson Jong sudah mengambil beberapa menu makanan dan meletakkan di meja. "Aku tidak tahu apa yang kamu suka. Jadi, aku ambilkan semua yang masih ada stock saja. Semoga saja kamu suka," kata Nelson Jong sambil meletakkan makanan ke meja.
Chris menahan lengan Lily. Lily melotot pada Chris dengan tidak senang, hingga lift berhenti di area pakiran dan Chris menarik Lily keluar dari dalam lift. "Tunggu di sini, jangan coba-coba kabur!" pesan Chris dengan penuh penekanan. Chris mengancam Lily dan segera mencari mobil di pakiran, lalu masuk ke dalam. Dia mengemudi ke depan Lily dan membuka pintu di samping driver. Mau tidak mau, Lily masuk ke dalam sebelum CEO gila kembali emosi sambil meletakkan paper bag di antara kedua pahanya dan di lihatin oleh Chris yang menelan ludah. "Kita mau ke mana?” tanya Lily pelan. Chris tidak menjawab dan terus mengemudi mobil dan terus bungkam. Mobil melaju ke arah apertemen mewah dan memasuki pakiran di bawah tanah. Pintu mobil dibuka, Chris keluar dari mobil. Sedangkan Lily mengikuti dari belakang. Keduanya memasuki lift menuju lantai 6. Melihat suasana di lantai 6 dan memasuki ruangan apertemen. Lily sudah menebak, apa yang akan dilakukan oleh Chris selanjutnya. Tebakkan Lily benar,
"Hmmm ...." gumam Chris dengan suara tidak jelas dan hatinya masih banyak rasa penasaran. Salah satu cara yang dilakukan Chris hanya mengirim pesan ke ponsel Lily berulang kali seperti psikopat yang sedang meneror calon korban. Lily yang sudah selesai berendam air panas. Ia melihat baterai hp sudah penuh dan langsung mencabut colokkan. kemudian menghidupkan ponsel. Serangan bunyi dari pesan pun masuk secara bersamaan membuat perasaan Lily tidak enak. "Ini pasti pesan dari bajingan Chris," batin Lily yang menebak serangan pesan yang masuk ke dalam ponselnya secara serentak. Di data ponsel hanya ada panggilan dari nomor James Holland dan Chris. Saat Lily akan membuka isi pesan di hp, suara pangilan dari Chris pun masuk secara mendadak. "Hallo, Tuan Chris!" "Di mana kau?" seru Chris dengan suara keras. Lily menjauhi ponsel dari telinga. "Di rumah, ada apa?” Lily membalas dengan suara judes. "Oh.” Setelah mendengar jawaban Lily, Chris langsung mematikan layar ponsel. Sedangka