Di perjalanan, Karina masih merasa berutang jawaban pada Kayla yang kebetulan memergoki dirinya pulang lebih awal.Hal ini tentu membuat Marcel merasa canggung karena sikap Karina berubah diam seolah sedang memikirkan sesuatu yang berat.“Kerjaan udah kelar?” tanya Marcel.Sepersekian detik Karina bergidik dan segera membalas, “Sudah.”Marcel masih melihat dengan saksama meskipun sambil menyetir mobilnya. Dia merasa penasaran apa yang sedang dipikirkan oleh Karina.“Terus? Kamu keliatan kaya orang banyak masalah. Aman kan tadi pas kamu keluar?” tanya Marcel mencoba untuk menebak.“E-e-eh, iya-iya,” jawab Karina seadanya.Selagi dirinya mencoba untuk berbohong, Karina berusaha menyibukkan diri seperti membuka ponselnya dengan berpura-pura mendapat chat dari Luna padahal tidak ada chat sama sekali dari adiknya.Perjalanan itu terasa sebentar. Kini mereka sudah berada di restoran yang cukup mewah karena Karina tidak bisa memilih dimana dirinya ingin makan malam.Semua keputusan
Setelah kejadian semalam, kini Luna tahu bahwa Marcel bisa saja sedang dekat dengan Karina. Terlebih ketika dirinya mengetahui foto yang diunggah oleh Karina memperlihatkan tangan seorang lelaki yang mana jam tangannya milik Marcel seperti yang dilihatnya saat di ruangan.Dari situ Luna mulai merasa kalau dirinya seperti ditipu oleh Karina dan ada niatan untuk mengetahui sebenarnya ada hubungan apa antara kakak tirinya itu dengan Marcel.“Terserah sih, pasti gak lama juga bakal ketahuan di gue,” ucap Luna sambil menghabiskan sarapannya.Di satu meja makan bersama, Karina sedari tadi hanya cuek makan sambil bermain ponsel. Bukan tanpa alasan, dirinya melakukan hal demikian karena ada info mendadak dari bagian management terkait kesalahan yang dia lakukan di hari lalu.“Uudah kelar belum masalahmu?” tanya Karina sedikit melirik ke arah Luna.Luna merasa dirinya ditanya lalu menjawab, “Gue? Masalah yang kemarin?”“Iya iyalah. Dah tau hari pertama kerja harusnya kan bisa tuh ngedengerin a
"Jadi, ini diskusi pagi hari ini. Sesuai dengan perintah Pak Marcel, temen-temen semuanya bisa bekerja sama dengan baik satu sama lain," ucap Karina.Kalimat akhir itu cukup membuat dirinya lega setelah berperang dengan rasa grogi yang menghinggap pada dirinya sendiri.Perintah Marcel memang tidak bisa dibantah karena dirinya juga bekerja untuk tujuan yang sama di perusahaan. Sejak saat itulah Karina mulai bisa belajar lebih baik lagi dimana dirinya memposisikan sebagai seorang pemimpin."Ini awal dan ya, akhir! Gak mau tau intinya besok kalo disuruh buat memimpin lagi gue sih ogah!" ucap Karina dalam batinnya.Dia melihat para rekan kerjanya juga sibuk berdiskusi satu sama lain. Mereka membicarakan tugas yang sedang terjadi terutama laporan akhir bulan dari setiap divisi.Selang beberapa menit, Karina langsung menutup meeting pagi hari itu karena dirasa sudah mulai pada paham dan tidak ada lagi yang perlu dibahas.Saat itu juga Karina berusaha untuk menyapa baik rekan kerjanya. Belu
Kini Karina berhadapan dengan seseorang yang baru. Bukan lagi Kayla, apalagi adiknya Luna. Daniel sedari tadi tak begitu yakin dengan sosok yang ada di depannya sendiri.Selama ini dia hanya bisa melihat karina dari jauh lantaran keterbatasan akses atau sekadar komunikasi.“Eh, lo biasa makan di sini?” “Iya, gue dari awal masuk kerja udah makan di sini,” jawab Karina sambil meletakkan ponselnya.“Oh, bagus sih. Gue kira malah lo ikutan kaya yang lain gitu makan di resto deket sini, kafe atau warung makan gitu. Eh, atau engga yah?”“Hm, gue mah makan di mana aja ayo. Lagian kalo perusahaan udah memfasilitasi semacam kaya gini udah enak banget sih menurut gue. Jadi, kita punya waktu lebih banyak buat istirahat di meja kerja sambil nunggu waktu masuk,” papar Karina.“Tiduran gitu ya?” tanya Daniel menimpali.“Iya, itu yang gue lakuin. Kalo ada waktu banyak pasti selalu gue manfaatin buat tidur. Meskipun Cuma lima menit tetapi rasanya enak aja gitu karena kita kan juga cape kerja
“Udah bikin gue kesel eh sekarang malah ngebujuk buat maafin, aneh banget dia!” Ocehan itu keluar dari mulut Karina saat dia melihat sebuah cokelat di atas meja kerjanya. Bukan dari seorang penggemar rahasia, melainkan dari orang yang sudah membuatnya kesal.“Iya, gimana ya gue juga suka cokelat sih,” ucapnya sedikit lirih sambil menengok kanan kiri memastikan tidak ada Marcel di ruangan tersebut.Sehari berlalu, Karina benar-benar berusaha untuk cuek dan tidk peduli kepada Marcel. Tetapi, apa yang dia usahakan selalu saja gagal.Marcel selalu memiliki ide yang tak pernah Karina duga sebelumnya. Dia selalu saja bisa membujuk Karina agar bisa memafkannya karena masalah salah paham.“Terserah gue dah! Intinya ini cokelat udah jadi milik gue, urusan maafin atau engga itu kan hak gue,” lanjutnya sambil membuka bungkus cokelat.Siang itu Karina benar-benar ditinggal oleh Marcel di dalam ruangan kerja seorang diri. Kemarin juga Marcel sudah memperingatkan kepada Karina bahwa dirinya
“Intinya kalo saya bilang itu tidak sesuai dengan performa bisnis ke depannya, jangan diambil. Sudah saya katakan beberapa hari yang lalu, jadi segera abaikan penawaran itu. Saya tidak mau ada masalah lagi semacam ini ke depannya. Segera buat memo untuk perusahaan dan kirim ke bagian terkait.”Kalimat itu disampaikan oleh Marchel saat dirinya menelpon salah satu rekan kerjanya melalui panggilan telepon.Berbeda dari perkiraannya sebelum itu, dia mengira akan tiba di kantor saat jam istirahat berlangsung. Nyatanya kegiatan lapangan itu menguras waktu yang banyak hingga Marchel pun baru saja tiba di kantor tepat pukul tiga sore.Karina yang diam dan sedikit tegang karena nada tinggi Marchel pun akhirnya tak berkutik. Dia hanya memainkan kursornya karena beberapa pekerjaan sudah dia tangani dan hampir selesai.Sesuai dengan apa yang diinginkannya kalau dirinya akan selesai sebelum jam pulang. “Hum! Ada-ada saja masalah ini,” gumam Marchel.Suara rendah itu nyatanya terdengar
“Hei! Udah setengah jam kamu berdiri di situ … ngapain nunggu taksi yang sudah tidak ada, cepat masuk udah tengah malam ini!” Teriakan Marchel dari dalam mobil seketika membuat Karina kaget. Dirinya mencoba untuk kekeh pada prinsipnya bahwa taksi itu pasti akan datang.Nyatanya sudah lebih dari tiga puluh menit berlalu Karina tak kunjung menemukan taksi yang melewati jalanan kantor.Dia pun masih ditemani oleh Marchel dari dalam mobil yang senantiasa menunggunya untuk menjaga dari bahaya yang mungkin saja terjadi.“Udah! Jangan ngeyel kamu! Sekarang masuk atau kamu bakal nunggu lebih lama lagi dan sia-sia!” imbuh Marchel dengan membujuk.Karina menarik napas dengan berat, lalu menoleh ke arah kanan dari jalanan sejalur yang mungkin saja ada taksi lewat.Tetapi, ocehan dari Marchel itu terus saja memenuhi gendang telinganya hingga bosan. Dia pun mulai risih dan mengalah.“Iya, iya ini juga mau siap-siap!” ketus Karina sedikit kesal.Dari dalam mobil, Marchel langsung menarik
Laju mobil Marchel hilang dalam sekejap. Karina buru-buru menutup pintu rumah setelah mama nya membukakan pintu untuknya.“Lembur atau habis keluar malam?”Karina yang sedari bengong itu langsung gelagapan ditanya oleh mama nya sendiri. Tanpa basa-basi dia pun langsung menjawab dengan cepat.“Lembur sampai jam sepuluh malam, dan aku membereskan semua dokumen sampai jam sebelas tadi. Tidak ada taksi yang lewat jadi bareng sama partner kerja itu,” jawab Karina.Mama Kkarina hanya mengangguk dan memaklumi keadaan yang seperti itu meskipun dirinya seperti tidak yakin dengan kondisi yang sebenarnya.Tetapi, ketika dia mengetahui Karina terlihat sangat lelah dia hanya bisa diam dan langsung membiarkan Karina istirahat.Di dalam kamarnya itu, Karina hanya terdiam memikirkan kejadian yang menimpanya tadi.“Bagaimana bisa Karina! Bagaimana bisaaa!” ucapnya kesal sambil menggigit bibir bawahnya.“Marchel secara sengaja langsung menempelkan bibirnya ke arah gue dan gue sama sekali tida