Share

Bab 4 Asisten Sekretaris

"Ngedadak banget kayak gini, ada apa sih?" tanya Karina bingung. Ia bahkan baru pertama kali melihat raut wajah Marcel setegang tadi. 

Sebenarnya ada apa? Karina hanya mampu pasrah dan duduk diam di dalam mobil yang terus melesat menuju tempat tujuan. Hingga akhirnya, mereka tiba setelah 10 menit kemudian. 

Marcel turun dan berjalan terlebih dahulu seolah tak ingat jika dirinya sedang bersama Karina. Jelas gadis di belakang nya semakin bingung.

Mereka tiba di lantai ruang kerja, Marcel menghentikan langkahnya. Itu membuat Karina juga ikut menghentikan langkahnya. "Sel—Marcel, kenapa?" tanya Karina. 

Marcel mengeluarkan ponsel di sakunya. "Halo, Kayla, tolong datang ke ruangan saya sekarang." 

Marcel membalikkan badannya menghadap Karina. "Saya lagi butuh waktu sendiri, kamu bisa belajar bareng asisten sekretaris yang barusan saya telepon," ucap Marcel. 

Dirinya berjalan menuju pintu di jalur kanan yang tak lain adalah ruangan pribadinya. Beberapa detik sebelum ia masuk, gadis bernama Kayla yang tadi sudah ia telepon. 

"Sore, Kak Marcel. Ada yang bisa saya bantu?" ucapnya dengan agak lantang. 

Dahi Marcel berkerut, sudah pasti ia tidak terlalu suka suara perempuan yang terlalu lantang, "Ajari dia bagaimana jadi sekretaris, dia sekretaris baru." Marcel masuk ke ruangannya. 

Setelah Marcel benar-benar tak terlihat, Karina juga Kayla menghela nafas secara bersamaan. Kayla jadi terlihat lebih santai dari sebelumnya, gadis dengan rambut sebahu itu tersenyum ke arahnya. 

"Kak Karina, kan? Ayo, aku ajarkan," ajak Kayla sambil menggandeng tangannya masuk ke ruang kerja. 

Satu hal yang Karina sadari sejak ia datang ke tempat ini adalah, semua yang ada di bawah kendali Marcel, mereka memiliki tata bahasa yang sangat sopan. 

Kayla duduk di hadapan Karina, gadis periang itu menjelaskan dengan begitu detail tapi di bumbui oleh cerita ringan yang membuat keduanya tidak bosan. Bahkan Karina sampai sesekali tertawa akibat candaan yang Kayla bawakan. 

Dan semua candaan itu harus berakhir pada pukul delapan malam. Karina sudah termasuk kerja lembur jika pulang di waktu itu. 

"Kak Karina, maafkan aku, ya. Gara-gara aku terlalu banyak mengobrol jadinya kita pulang malam," ucapnya. 

Kayla itu lucu, menurut Karina. Apalagi saat dia dengan lantangnya menceritakan semua tentang Marcel sebelum ia bekerja di sini. Satu hal yang perlu di ingat olehnya adalah, Marcel yang sekarang sangat berbeda dengan Marcel yang dulu. 

"Gak apa-apa, Kay. Ngobrol sama kamu itu seru banget, jadinya waktunya juga gak kerasa." Karina berikan senyuman tulus pada gadis di samping yang punya selisih umur  tiga tahun dengannya. 

"Kamu pulang bareng siapa?" tanya Karina. 

"Ada yang akan menjemput aku, Kak Karina jangan khawatir." 

Karina mengangguk paham saat salah satu taksi berhenti di depannya. "Kak Karina," panggil Kayla. 

Karina berhenti dan berbalik. "Ini kak, aku udah buatin rekapan singkatnya tentang semua jadwal Kak Marcel. Mungkin bakal ada yang berubah, tapi itu kayak mirip jadwal harian Kak Marcel," jelasnya. 

Kayla memberikan sebuah usb yang berisikan banyak berkas dan siapa saja orang orang yang berbaur dengan kehidupan Marcel di dunia bisnis. Sudah pasti Karina wajib tahu itu. 

"Aku gak tahu harus bilang apa selain makasih, Kay. Kalo kamu gak ngasih ini, mungkin aku gak bakal tahu harus gimana." Senyum Karina merekah saat Kayla memberikan USB tersebut. 

Kayla ikut tersenyum melihatnya, "Tidak apa apa, Kak. Tugas ku itu asisten sekretaris, jadi Kak Karina kalo ada apa apa bisa langsung cerita sama aku," ucap Kayla. 

"Pasti, makasih banget, ya. Bye!" Karina pamit dan masuk ke dalam taksi. 

Karina tiba sekitar belasan menit kemudian, Karina masuk dan menyapa ibunya yang ternyata masih menunggu ia pulang. Karina lantas pergi ke dapur, ia meneguk se gelas air putih kemudian menghela nafas berat. 

"Gimana hari ini, Rin? Kamu masih semangat?" tanya Hani lembut. 

Karina hanya tersenyum kikuk. Ia terlalu bingung, apa ia harus menyebutkan jika hari adalah hari paling sial dalam hidupnya. "Kacau, Ma." 

Hani nampak terkejut dengan jawaban putrinya. "Kacau gimana, Rin?" 

"Ya, kacau aja, Ma. Tapi Mama tenang kok, Karina bakal tetep lanjut kerja." 

Alasan Karina berkata seperti itu adalah, agar sang ibu tidak kecewa padanya. Tapi dalam hati paling dalamnya, Karina ingin sekali cepat cepat berhenti bekerja dengan Marcel. 

Karina pamit pada ibunya untuk pergi ke kamar. Setelah tiba, ia langsung menjatuhkan tubuh di atas kasur. Hari pertama Karina cukup melelahkan, apalagi tiap hari. Karina takut Marcel akan terus mengganggunya selama ia kerja di sana. 

"Si Marcel itu pasti sengaja nyatuin ruang kerja Bos sama Sekretaris, biar bisa terus nyiksa gue. Demen amat sih tuh bocah gangguin hidup gue. Padahal gue udah coba tenang selama tujuh tahun, ish!" gerutu Karina. 

Ia terus bermonolog dengan dirinya sendiri. Karina ingat satu hal, malam ini, waktu tidurnya akan cukup berkurang untuk rencana ini. Karina meraih tasnya, ia keluarkan USB yang kayla berikan padanya. 

Karina bangkit dan berjalan menuju laptop yang ada di meja belajar."Kalo gue tahu jadwal Marcel, kan setidaknya ada cara buat bikin dia kesel terus mecat gue, deh." 

"Jadinya gue gak perlu bayar pinalti sesuai di kontrak. Pinter, Karina, lo pinter!" pujinya pada diri sendiri. 

Hingga malam semakin larut, Karina terus menyiapkan berbagai rencana yang memungkinkan terjadi. "Hahahah, rencananya udah sempurna. Tunggu aja, Marcel. Hahahahhahaha! Ohok ohok!" 

Karina tersedak karena terlalu keras tertawa, tenggorokannya kering dan ia memutuskan untuk mengambil air minum terlebih dahulu. 

¤¤¤

"Yap, hari ini gue pasti bisa!" ujar Karina sebelum keluar rumah. 

Semalam, ia mendapat pesan dari Qiandra. Mungkin Marcel yang memberikan nomornya. Dan tentu pagi ini, ia akan terlebih dahulu pergi ke cafe Helly untuk bertemu Qia. 

Setelah menyelesaikan perjalanan, Karina tiba dan di sambut cerah oleh Qia. "Rin, ini ada sedikit hadiah dari gue. Kita kan baru ketemu lagi, jadi ini bisa di bilang sebagai kado atas kepulangan lo." 

Karina menerima kotak berukuran kecil itu, "Ini boleh gue buka?" tanyanya. 

Qiandra mengangguk. Karina membuka kotak kadonya dengan hati yang berdebar. Hanya Qia yang selalu memberikan hadiah padanya selama ini. 

Itu adalah gelang rantai dan mawar adalah bentuk hiasanya. "Ini bagus banget, Qia." 

"Itu gelang persahabatan, Rin. Nih gue pake.” Qiandra menunjukkan pergelangan tangannya. 

"Makasih banget ya, Qia." 

"Oh iya, gue belum ketemu Nita, dia apa kabar?" tanya Karina. 

Qiandra hanya terdiam seolah memikirkan apa jawaban yang tepat untuk pertanyaan Karina. "Eh, Rin. Gak takut telat ke kantor? Gue takut nanti Marcel marah sama lo dan potong gaji lo!" 

Karina juga baru ingat dan ikutan panik, "Gue mau pesen dulu, Qia. Ehm.. Cofee latte sama americano, ya. Habis itu gue mau langsung buru-buru ke tempat kerja!" 

"Oke, gue siapin dulu." Qiandra berjalan meninggalkan Karina. 

Karina harus cepat cepat karena jadwal Marcel hari ini adalah bertemu klien lagi. Dan rencana pertama akan segera ia lakukan.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status