Universitas Rotteo, Kota Sierra
Siang itu hari terasa panas sekali sementara Tristan tengah duduk dengan santainya di dalam ruangan Professor Roberto. Sambil setengah berbaring di atas sofa, Tristan menguap dengan malas. Ia sudah menyelesaikan tugasnya hari itu dan salah satu alasan kenapa ia berada di dalam ruangan professor senior itu adalah untuk menghindari kejaran dari para wanita yang selalu memburunya setiap kali kelas bimbingannya selesai. Baik adik kelas maupun dosen-dosen wanita, semuanya sama saja. Mereka selalu mencari-cari kesempatan untuk menempel erat padanya. Bahkan, dengan santainya, Tristan dulu seringkali berganti-ganti pasangan hampir setiap hari untuk memuaskan hasrat seksualnya. Tapi kini ia mulai jenuh dan muak dengan semua perempuan yang selalu mengejar-ngejarnya. Jadi, sekarang, ruangan ini adalah tempat pelariannya yang paling aman untuk ia beristirahat siang saat ini. Lagipula, ia adalah asisten pembimbing Professor Roberto, salah satu pengajar palingDi dalam kamar sebuah hotel bintang lima ternama di kota Sierra, sepasang pria dan wanita dewasa tengah melenguh dan mendesah sensual dengan nikmatnya. Kedua tubuh telanjang mereka dibanjiri keringat, menandakan kalau aktivitas bercinta sudah sangat intens dan saat ini mereka sudah mencapai titik klimaks.Semenit kemudian, wanita tersebut lalu mengeluarkan suara erangan panjang penuh kenikmatan sementara si pria yang berada di posisi bawah hanya memandang adegan tersebut dengan senyum lebar. Erangan itu juga yang menyudahi aktivitas bercinta mereka yang sudah mereka lakukan selama 3 jam terakhir ini. Selanjutnya, mereka berdua berbaring lelah di atas ranjang dengan ekspresi penuh kepuasan."Kau haus? Aku ambilkan minum ya?" tanya sang pria sambil mengecup manja dahi wanita cantik yang baru saja menjadi bed partnernya barusan. Sang wanita hanya membalas pertanyaan tersebut dengan senyum manja sambil mengangguk singkat.Pria tersebut lalu menuangkan segelas wine dan seg
Robert sedang mandi ketika teleponnya berbunyi. Ia yakin kalau saat ini, Wanda pasti sudah sampai di tanah air sementara ia baru akan menyusul pulang malam ini. Puluhan email yang diterimanya menandakan kalau urusan kantornya tidak bisa menunggu lebih lama lagi untuk diabaikan. Beberapa perjanjian dan dokumen penting malah sudah mengantri di atas meja kerjanya.Dengan tubuh setengah telanjang yang memamerkan otot-otot tubuhnya yang kekar, Robert lalu mengankat teleponnya."Hi, dear. How are you?"Sebuah suara wanita manja menjawab pertanyaannya dari seberang sana."Bagaimana dengan pemotretanmu hari ini?"Robert ingat kalau Linfey baru saja menandatangani kontrak kerja dengan majalahnya minggu lalu dan hari ini ia akan menjalani sesi pemotretan cover majalah perdananya dengan Fashion Blast. Sebuah berkah untuknya karena nama besar Linfey merupakan jaminan tambang emas di dunia fashion. Robert yakin kalau di bulan depan, oplah majalah akan meningkat
Agnes sampai ke apartemen pada malam itu dengan tubuh yang sangat letih. Ini adalah hari pertamanya bekerja dan setelah ia menjadi model pengganti, ia diharuskan untuk mengikuti sesi pemotretan sebagai fotografer dan mendampingi para model untuk pengisi majalah fashion selama 7 jam non stop.Tulang-tulangnya serasa sangat lunglai dan tak bertenaga sementara matanya sulit untuk diajak berkompromi untuk tetap terbuka lebar. Agnes segera menjatuhkan dirinya ke atas sofa dan segera jatuh tertidur tanpa sempat membuka kacamatanya lagi. Dalam hitungan detik, kesadarannya sudah beralih ke alam mimpi. Bahkan deringan suara telepon dari Jacob pun tidak mampu membangunkannya.............…Tristan sampai di apartemen ketika malam sudah sangat larut. Setelah ia membuka pintu apartemen, ia merasakan hembusan angin dingin menerpa tubuhnya. Ternyata, Agnes belum sempat untuk menutup jendela tadi dan angin malam berhembus cukup kencang saat itu. Tanpa menunda lagi
Tanpa terasa seminggu telah berlalu dan Agnes semakin tenggelam dalam kesibukannya sebagai seorang freelance fotografer. Ia sama sekali tidak tahu kalau tindakan spontannya yang menyamar sebagai seorang model pengganti tempo hari telah memicu sebuah badai besar dalam dunia fashion. Dengan santai, pada jam makan siang, Agnes lalu menelepon Jacob untuk melepas rasa rindunya. “Halo, sayang….” Suara Agnes yang jernih menyapa seseorang yang menjawab teleponnya di seberang sana. Tatapan matanya pun seketika melembut. “Halo, ma.” Balas Jacob santai. Ia baru saja menyelesaikan kelas fotografinya hari itu dan sekarang adalah jam istirahat. Agnes meneleponnya di waktu yang tepat. Sebagai seorang pemuda remaja, Jacob memiliki penampilan fisik yang luar biasa menarik. Rambutnya berwarna kecoklatan dengan tubuh jangkungnya yang tegap. Matanya yang berwarna sama dengan rambutnya dan selalu berbinar-binar dengan keramahan alami tanpa kepalsuan. Bentuk wajahnya yang
Wajah Anne di ujung sana tiba-tiba berubah cerah saat mendengar suara Agnes menjawab teleponnya.“Hei, Agnes… apa kabar? Maaf, apa aku menganggumu?” tanya Anne dengan nada sungkan.“Tidak, aku hanya baru saja selesai makan siang. Ada apa?” balas Agnes santai dengan ekspresi sedikit bingung. Anne jarang sekali meneleponnya. Kali ini, pasti ada sesuatu yang cukup penting.“Umm.. ini… tentang Suster Hua.” Jawab Anne lagi. Suaranya terdengar semakin lama semakin kecil.Tubuh Agnes seketika itu juga menegang setelah mendengar nama tersebut.“Ada apa dengan Suster Hua?”“Maaf, Rissa. Penyakit diabetesnya kambuh lagi dan kami tidak punya dana lebih untuk membeli suntikan insulin untuk beliau. Sebenarnya, ini inisiatifku untuk menelepon dirimu karena Suster Hua tahu kalau kau baru saja bekerja dan tidak ingin merepotkanmu dengan masalah kesehatannya. Ia juga berkali-kali melarangku
Jojo lalu mengantarkan Agnes pulang ke depan apartemennya. Di sepanjang perjalanan, mereka berdua sama sekali tidak saling berbicara. Agnes sibuk dengan pikirannya sendiri sementara Jojo hanya sesekali meliriknya dengan gugup dan rasa bersalah. Hanya bunyi radio saja yang memecah kesunyian tak berujung diantara mereka berdua. Bagi Jojo, perjalanan pulang hari itu terasa lamaaaa sekali karena biasanya Agnes selalu banyak bercerita pada Jojo. Tentang apapun dan siapapun. Jojo juga. Mereka selalu menjadi pasangan partner in crime yang sempurna dari bangku kuliah. Hari ini, mereka berubah menjadi sepasang orang asing yang berada di dalam mobil yang sama. Hiks… Jojo benar-benar ingin menangis saat membayangkan situasinya sekarang. Cepatlah sampaiii….Dalam waktu 15 menit, mobil Jojo berhenti di sampai di depan apartemen Agnes. Begitu sampai, Agnes lalu segera turun dan segera melangkah masuk ke dalam.“Heiii..kau tidak akan menyuruhku masuk?” tanya
Panti Asuhan Young GenerousAnne berjalan terburu-buru sambil membawa beberapa obat dan suntikan insulin di dalam tangannya. Nafasnya tersengal-sengal saat ia sampai di depan kamar Suster Hua dan ia lalu berhenti sejenak untuk mengatur nafasnya. Perlahan, ia lalu mengetuk pintu dan mendengar suara lirih Suster Hua yang menyuruhnya masuk.Suster Hua terbaring lemah di atas kasurnya. Ia tergelincir jatuh saat hendak keluar dari kamar mandi dan saat mencoba menahan keseimbangan tubuhnya, ia gagal dan malah betisnya tersayat karena terkena lembaran besi pintu yang setengah terbuka. Sialnya lagi, ia adalah seorang penderita diabetes tipe 2 atau dikenal sebagai penderita diabetes basah. Lukanya terus mengucur keluar dan Anne terus menerus harus mengganti perbannya supaya tidak infeksi.Untunglah Agnes cepat mengirim uang tepat pada waktunya sehingga Anne bisa menggunakan uang tersebut untuk belanja obat-obatan. Melihat sejumlah besar obat-obatan dan sunt
Rumah sakit St Mary tidak pernah sesibuk malam itu. Saat itu, hampir semua tim medis berjuang bersama untuk menyelamatkan seorang gadis remaja dan bayi yang baru berumur 2 minggu. Keduanya benar-benar berada dalam kondisi kritis. Sang bayi hampir saja mengalami pneumonia dan kekurangan berat badan sehingga harus dimasukkan ke dalam incubator sambil terus dipantau kondisinya setiap saat. Sementara ibunya, si gadis belia, mengalami malnutrisi akut dan juga dehidrasi parah. Satu-satunya jalan hanyalah lewat cairan nutrisi yang dimasukkan ke dalam tubuhnya melalui selang infus.Tidak hanya itu, sekujur tubuh si gadis juga dipenuhi dengan luka-luka lebam. Beberapa malah masih sangat baru. Buku-buku jarinya sobek dan mulai mengeluarkan nanah, tapi suster sudah mengobati lukanya dan membalut dengan perban. Sekilas, sepasang tangannya mirip seperti tangan Doraemon. Berbentuk bulat dan berwarna putih.Suster Hua menghela nafas panjang. Menemukan mereka berdua dalam kondis