Agnes tertegun saat melihat reaksi wanita tersebut. Alis matanya berkerut ketika senyum wanita itu menjadi semakin cerah saat melihat sosok dirinya.
"Oia, Vika. Kenalin… ini temanku….""Foto model super keren yang bakal jadi bintang tamu di acara pemotretan cover bulan depan kaannn?!!! Aku tahu koq…" potong wanita itu dengan cepat sementara raut wajahnya berbinar-binar saat mengamati Agnes lebih dekat. Ia lalu mengelilingi Agnes beberapa kali sambil berdecak kagum."Ya ampunnnnn… ya ampunnn… baru aku melihat seorang model dengan struktur tulang sebagus ini. Tubuhmu tidak hanya tinggi tapi juga sangat simetris. Belum lagi raut wajahmu yang cantik dan unik. Aura seorang supermodel memang beda yaa…"Agnes gelagapan saat ia disangka sebagai seorang model terkenal. Matanya bolak balik memandang ke arah Jojo dengan tatapan tak berdaya untuk meluruskan kesalahpahaman tersebut tapi Jojo malah tertawa terpingkal-pingkal saat melihat Vika yang sama-sama seorang fashion stylist salah paham mengenai statusnya."Hei… hei… Vika, ini temanku, Agnes. Dia baru saja mulai bekerja sebagai fotografer hari ini. Tolong dibantu ya? Kudengar hari ini salah satu fotografer kita sedang sakit jadi mungkin dia bisa jadi tenaga tambahan untukmu…" kata Jojo sambil menahan geli dan mengusap air matanya karena terlalu banyak tertawa tadi."Oh..begituuuuu… wahhh, sayang sekali. Padahal menurutku dia lebih cocok jadi model daripada fotografer.." balas Vika dengan mulut cemberut. Wajahnya yang tadinya riang sontak berubah murung tanda kecewa. Sementara Agnes hanya tersenyum kecil sambil sedikit menganggukkan kepalanya sebagai tanda hormat."Mohon bantuannya, Kak Vika….""Ah, tidak apa-apa. Aku yang salah tadi karena tidak mendengarkan Jojo. Baiklah, setelah ini kamu ikut aku ya? Ada beberapa pemotretan yang harus kita kerjakan serentak hari ini termasuk beberapa pemotretan untuk cover majalah selama beberapa bulan ke depan. Omong-omong apa model tamu kita sudah datang? Harusnya ia sudah sampai kan? Sudah jam berapa ini?"Vika membalas pernyataan Agnes dan sekaligus membombardir Jojo dengan berbagai pertanyaan berikutnya tanpa jeda. Suaranya cempreng tapi kepribadiannnya hangat dan ramah sehingga membuat Agnes tidak merasa risih sama sekali. Malah terkesan melindungi dan akrab selayaknya seorang teman dekat. Padahal mereka baru saja bertemu."Maksudmu Linfey? Iya, seharusnya ia sudah ada di sini dari tadi. Coba biar aku telepon manajernya."Jojo dengan sigap lalu menekan beberapa tombol di HPnya dan segera melakukan panggilan kepada manajer Linfey. Sementara Vika langsung membawa Agnes ke outdoor studio untuk segera melakukan tugasnya..................Tema pemotretan Agnes hari itu adalah Pure sehingga kesan yang harus ditimbulkan adalah anggun, menawan, bersih, dan sempurna yang didominasi oleh warna-warna lembut dan putih. Warna favorit Agnes.Tanpa membuang waktu lagi, Agnes dengan sigap lalu memakai kameranya dan segera memotret para model yang sudah siap sedia dengan berbagai ekspresi di hadapannya. Vika sendiri sangat puas saat melihat Agnes melakukan pekerjaannya. Walaupun ini hari pertamanya, Agnes tampak sangat sudah berpengalaman saat mengarahkan berbagai model yang menjadi partner kerjanya dan ketika Vika mengecek hasil akhirnya, hasil foto-foto yang diambil Agnes malah jauh lebih bagus jika dibandingkan dengan hasil foto dari fotografer senior di Fashion Blast. Malah dengan berbagai angle yang menarik sehingga aura dari setiap model yang difotonya terpancar keluar secara maksimal."Bagus sekali!!"Vika tak henti-hentinya berdecak kagum melihat hasil kerja Agnes hari itu. Sementara Agnes hanya tersenyum puas saat mengamati raut wajah Vika yang sedang melihat hasil foto-fotonya. Jadwal pemotretan yang direncanakan akan memakan waktu setengah hari ternyata berlangsung lebih cepat karena semua pemotretan sudah diselesaikan tanpa harus diulang-ulang. Semua orang merasa bahagia hari itu karena mereka bisa beristirahat lebih cepat.Tapi tepat di saat itu, tiba-tiba Jojo melangkah masuk dengan wajah panic. Kehadirannya mengejutkan semua orang karena seharusnya ialah yang bertugas untuk melakukan makeup dan melakukan padu padan fashion dengan semua model tamu asing hari itu."Kenapa, Jo?" tanya Vika bingung. Ia baru saja akan menyantap roti isinya ketika Jojo melangkah masuk dengan nafas tersengal-sengal dan muka bercucuran keringat."Gawat…."Agnes juga tak kalah bingungnya."Gawat… Linfey masuk ke rumah sakit akibat maag akutnya kambuh lagi. Manajernya baru saja menjawab teleponku tadi. Sementara jadwal pemotretan kita tidak bisa diundur lagi. Bagaimana ini??"Mendengar berita tersebut, Vika tak kalah panic. Linfey adalah salah satu model papan atas yang memiliki pamor dan nilai jual tinggi. Kehadirannya sebagai salah satu model cover bagi majalah baru seperti mereka merupakan sebuah keuntungan besar karena oplah majalah tersebut pasti akan meningkat pesat dari biasanya. Jika Linfey tidak muncul hari ini, maka itu sudah pasti bencana besar."Bagaimana ini? Bagaimana ini?" Vika tak kalah bingung saat mendengar berita tersebut.Mereka berdua saling bertatapan dengan wajah panik. Tidak mudah untuk mencari model pengganti untuk seorang top model kelas atas seperti Linfey. Selain karena aura dan kharismanya yang sangat jauh berbeda, Linfey juga merupakan salah satu pemicu tren fashion yang paling ngetop saat ini. Apapun yang dikenakannya, baik aksesoris atau pakaian, pasti akan langsung diserbu habis oleh para penggemarnya. Karena itulah, Linfey merupakan seorang model dengan bayaran termahal saat ini.Di saat –saat genting seperti ini, hanya ada 1 orang yang tampak tenang tanpa terganggu oleh angin badai yang baru saja menimpa Fashion Blast. Agnes sedang duduk tenang sambil menikmati roti isinya sambil mendengarkan music dari earphonenya. Wajahnya benar-benar damai tanpa ada gangguan sama sekali. Seperti seorang anak kecil yang sedang piknik di taman kota.Sebuah lampu bohlam lalu menyala di benak Jojo. Dalam sepersekian detik, matanya jelalatan sambil mencari sebuah sosok yang sedang duduk di pojokan dengan santainya.Agnes terkejut ketika tiba-tiba Jojo menarik tangannya dengan kasar."Ehhh… apa –apaan ini??" protes Agnes gusar dengan mata melotot. Ia jelas-jelas merasa sangat terganggu dengan sikap Jojo."Ikut gue….." jawab Jojo sambil menggeret paksa Agnes ke sebuah pojok ruangan. Agnes hanya bisa pasrah sambil mengikuti tarikan tangan Jojo sementara Vika ikut mengikuti mereka berdua dari belakang. Setelah mereka sampai, Jojo lalu melihat ke sekelilingnya dengan waspada. Ketika ia sudah memastikan kalau tidak ada siapapun di sekitar mereka bertiga, ia langsung bersujud dengan tatapan sangat memelas di depan Agnes sambil mengatupkan kedua tangannya dengan sikap memohon."Pleaseeeeeeee…."……………………………………………Seminggu itu Arissa dan Cristan sibuk sekali. Arissa bahkan sampai sengaja memadatkan jadwalnya di hari Jumat supaya ia bisa memenuhi janjinya untuk mengajak Cristan keluar rumah seharian di hari Sabtu.Bagi Cristan sendiri, semingguan tersebut terasa sangat menyenangkan baginya. Ia bisa lebih dekat dengan Arissa sambil mengamati gadis itu lebih dekat karena posisinya sebagai seorang manajer. Pada jam makan siang, biasanya mereka juga bisa mengobrol bersama dengan Jojo dan Vika. Cristan tidak ingat sudah berapa lama ia tidak tersenyum seperti ini sebelumnya. Arissa juga. Ia terlihat jauh lebih menarik sekarang karena sering tersenyum.Tak lama, hari Sabtu yang mereka berdua nantikan pun tiba.…………………………………………………………………………………………&h
Kantor utama Fashion BlastArissa sudah berubah wujud sebagai “Snow” ketika Vika dan Jojo sudah memilihkan beberapa pakaian yang harus digunakan oleh Arissa untuk pemotretan hari itu. Tema foto pagi itu adalah Breeze sehingga nuansa baju yang wajib dikenakan Arissa banyak bernuansa tropis dengan kombinasi warna putih, biru dan hijau.Sementara Arissa sedang melakukan pemotretan, Cristan yang merasa bosan, lalu berjalan-jalan di sekitar kantor dan baru akan menuju ke café ketika matanya menangkap seorang sosok pria yang sangat familiar dengannya. Pria itu bertubuh tegap dengan wajah bulat dengan mata berseri-seri sehingga menimbulkan kesan sedikit kekanak-kanakan. Di sebelah tangannya, ia membawa sebuah buket lavender ungu yang cantik sekali. Sementara tangan yang satunya lagi tampak membawa bingkisan berupa kotak berwarna ungu juga.Mata Cristan langsung membesar ketika ia tiba-tiba mengenali sosok tersebut!Itu George!George Sa
“Cium aku…”Hanya dua kata!Tapi kata-kata tersebut mampu membuat warna muka Arissa berubah semerah kepiting rebus dan gugup setengah mati. Cristan sangat menikmati pemandangan di hadapannya saat menggoda gadis ini sekarang.“Jadi…?” tanya Cristan lagi dengan posisi tubuh yang sama dengan mata mengerling nakal.Arissa menarik nafas dalam-dalam berkali-kali untuk menenangkan dirinya.“Ok..” katanya pelan.“Tutup matamu..”Cristan menurut dan menutup matanya perlahan. Ketika tiba-tiba kemudian ia merasakan sebuah sentuhan lembut secepat kilat di pipinya dan sebuah langkah panic yang tergopoh-gopoh pergi lalu ia mendengar suara pintu dikunci dari dalam. KLIK!Cristan membuka matanya.Sosok Arissa dan laptopnya sudah menghilang dari sampingnya.Ia masih termangu-mangu bingung sambil memegangi pipinya yang tadi dicium Arissa dan sebuah senyum lebar menghiasi
“ARISSSSAAAAAAA…..”Suara teriakan yang menggelegar langsung menyentak mereka berdua.George sedang berlari kea rah mereka sambil melambaikan kedua tangannya ke atas lebar-lebar.Arissa bangkit berdiri sambil tersenyum. “Ada apa, George?”Dalam waktu singkat, George sudah sampai di depan mereka. Wajahnya memerah karena habis berlari dan raut wajahnya berseri-seri.“Ibuku baru saja membuat mengeluarkan pudding pannacotanya dari dalam kulkas dan ia menyuruhmu untuk cepat pulang untuk mencicipinya. Kau pasti suka! Puding pannacota ibuku terkenal sekali di daerah sini…” kata George berapi-api. Tangannya langsung menarik tangan Arissa yang masih terpaku bingung karena cepatnya kalimat George tadi. Tapi, dengan pasrah, Ariss lalu mengikuti langkah kaki George yang langsung mengajaknya ke rumahnya. Sementara Cristan masih terpaku di tempatnya.“……menyukaimu…”
Cristan menggigit bibir bawahnya dengan sikap salah tingkah sementara Arissa menatapnya dengan tatapan ingin tahu.Akhirnya, Cristan menghembuskan nafas panjang. Sebenarnya, jauh di lubuk hatinya, ia malas sekali membahas masalah ini tapi ya sudahlah…“Apakah kau pernah mendengar tentang Klan Levy?” tanya Cristan.Arissa menganggukkan kepalanya dengan tegas. “Iya, kalau tidak salah, mereka adalah organisasi yang banyak bergerak di bidang kemanusiaan dan pendidikan untuk anak-anak di negara-negara miskin bukan?”“Iya, itu salah satu kegiatan kami tapi sebenarnya Klan Levy memiliki banyak sekali unit bisnis dan melakukan banyak riset serta inovasi di bidang ilmu pengetahuan untuk terus meningkatkan kesejahteraan dan kemajuan umat manusia di muka bumi ini. Sampai saat ini, kami sudah memiliki banyak sekali cabang perusahaan di bidang teknologi, property, pariwisata, infrastruktur, dan banyak lagi. Bisa dikatakan, hampir d
Di hadapan mereka terhampar sebuah permadani raksana berwarna ungu dengan kontur tinggi rendah khas perbukitan utara yang sangat cantik. Sementara langit yang berwarna biru cerah menjadi latar belakang pemandangan yang berpadu sempurna dengan sangat menakjubkan. Seakan-akan Tuhan sendiri yang melukis bukit ini dengan tanganNya sendiri.“Cantik bukan?” tanya George bangga saat melihat reaksi Cristan dan Arissa yang masih melongo karena takjub atas apa yang mereka lihat sekarang.Tanpa membuang waktu lagi, Arissa langsung mengeluarkan kameranya dan mulai memotret sambil mengitari perkebunan lavender tersebut untuk mencari angle terbaik. Cristan sendiri ikut berjalan-jalan sambil menikmati pemandangan langka tersebut. Lagipula, hanya ada mereka berdua di sana.Semilir angin sepoi-sepoi bertiup dan menghembuskan semerbak wangi lavender. Arissa mengecek beberapa hasil fotonya dan tersenyum puas dengan hasilnya. Tanpa ia sadari, Cristan yang sedang berada
Arissa mengerjap-ngerjapkan matanya beberapa kali sambil berusaha duduk dibantu oleh Cristan di sampingnya. Tangan kanannya terasa kebas karena posisi tidurnya yang sama semalaman, tanpa bergerak sedikitpun.Ia lalu mengusap-ngusap wajahnya dengan kening berkerut. Hari itu kebetulan dirinya libur dari kantor tapi Arissa merasa ada sesuatu yang penting yang harus dikerjakannya dengan segera hari itu. Apa ya? Pikir Arissa sambil berusaha keras mengingat apa yang dilupakannya.Sampai kemudian, tiba-tiba ia bangkit dari sofa mendadak dengan wajah seperti baru saja tersambar petir di siang bolong!Astaga!Ia ingat sekarang!Lavender Hill.Ia ada janji membantu George untuk memotret perkebunan bunga lavender mereka hari ini!Astaga! Astaga! Astaga!Arissa cepat-cepat melihat jam dinding. Pukul 10.00. Ya ampunnnn… ia sudah terlambat 1 jam dari waktu perjanjian! Cepat-cepat ia lalu mengambil handuk dan segera berlari secepat kil
“Cristan, kita pulang ya…”Hanya empat kata. Begitu sederhana. Tapi api yang membakar di hati Cristan langsung padam seketika. Mata Cristan terlihat kuyu sekali ketika Arissa menepuk punggungnya pelan untuk membimbingnya masuk ke dalam apartemen.……………………………………………………………………………………….Di dalam alam bawah sadarnya, Arissa sudah tahu ada sesuatu yang tidak beres saat Cristan mengajaknya ke kebun belakang dan memperlihatkan taman mawar yang bermandikan cahaya itu padanya. Tatapan mata Cristan saat itu begitu sedih dan pedih seperti seekor hewan yang terluka parah sementara Arissa dengan bahagia mengelilingi taman tersebut dan memperhatikan setiap detil miniature yang ada di dalamnya.Lalu, ketika tanpa sengaja ia mem
Arissa terbangun saat subuh karena ia merasa sangat perlu ke toilet. Matanya masih terasa berat dan mengantuk karena ia terbangun secara tiba-tiba atas panggilan alam tubuhnya. Perlahan, setelah ia keluar dari kamar mandi, telinganya menangkap bunyi mesin mobil di luar. Untuk sesaat, rasa kantuknya hilang dan ia lalu melihat keluar jendela.………………………………………………………………………Cristan sudah sampai di depan apartemen dengan wajah kusut sementara pengawal yang bertindak sebagai supirnya tadi segera undur diri bersama teman-temannya ke hotel terdekat yang sudah disiapkan Jade untuk mereka tinggal sementara waktu.Cristan tinggal sendirian sekarang.Bayangan erotis antara ayah dan Tante Wanda masih menari-nari di benaknya ketika hujan perlahan turun dari langit. Cristan merasakan da