"Siapa nih kira-kira yang bakal jadi GM! Gak mungkin gue sih pastinya hahaha," oceh Lala sambil tergelak, ia sedang mengobrol dengan Gita dan Stevi di dekat mesin foto copy. Sasha mendengar perbincangan mereka, lalu memejamkan mata dengan alis berkerut-kerut. Ia berdebat dengan dirinya sendiri, satu sisi dirinya mengatakan apa yang telah ia lakukan salah. Tapi satu sisinya lagi mengatakan padanya untuk realistis. Kadang Sasha menyesali keputusannya karena telah setuju dengan tawaran Olivia. Beberapa hari belakangan ia selalu menghindar setiap kali Daniel mengajaknya makan bersama, atau bahkan jika Daniel sekedar ingin mengobrol dengannya. Sasha selalu beralasan ia sibuk dengan pekerjaannya. Kemurungan Sasha juga dirasakan Raga, yang berkali-kali melihat Sasha hanya duduk diam di ruangannya pada jam makan siang. Raga ingin bertanya, tapi ia malas jika mendengar jawabannya ternyata jawaban yang tidak ingin didengarnya. Ia takut Sasha seperti itu karena Daniel, yang itu artinya Sas
Sasha berjalan cepat dengan Raga yang mengimbangi di sampingnya. Mereka sudah sampai Rumah Sakit dan sedang menuju ke Unit Gawat Darurat. Wajah Sasha tampak pucat, keringat dingin bercucuran di tengkuknya.Belum pernah ia merasa begitu ketakutan selama hidupnya. Bahkan saat ia dikejar-kejar preman jalanan di kawasan Blok M Jakarta Selatan ia tidak merasa takut seperti sekarang ini.Oma adalah orang yang sangat berarti di hidup Sasha. Ia merawat Sasha bahkan sejak Sasha masih belum putus tali pusarnya. Tidak pernah sekalipun Oma mengeluh walaupun selama hidupnya harus dibebani 3 orang cucu yang sangat bergantung padanya.Bagaimana jika Oma pergi?Sasha bahkan tidak berani membayangkannya. Memiliki seorang Ibu yang sama sekali tidak dapat diandalkan membuat Sasha merasa Oma adalah pusat dunianya."Kak!" sebuah teriakan membuat Sasha menoleh. Di depan UGD tampak Jasmine sedang berdiri dengan mata berkeliling mencari Sasha yang sudah menelfon sebelumnya."Jas!" Sasha berlari kecil mengham
Sasha mulai mencari-cari informasi tentang penanganan pasien stroke di mesin pencarian google sambil duduk di depan ruang pemulihan.Daniel duduk di sebelah Sasha memberikan dukungan moral. Sementara Raga dan Jasmine baru saja sampai setelah membeli makanan, dan menjadi sangat terkejut mendengar cerita dari Sasha yang mengabarkan tentang keadaan Oma."Stroke kak? Separah apa?" tanya Jasmine sambil berjongkok di depan Sasha,"Belum tau Jas, kita lihat nanti setelah Oma siuman," sahut Sasha lirih.Jasmine menyandarkan kepalanya di paha Sasha, lalu mulai terisak pelan. Ia membayangkan Oma yang mungkin akan menderita karena stroke yang dideritanya.Sasha mengelus kepala Jasmine, "It's okay Jas, all is good, do'ain aja Oma," Sasha berusaha menjadi tegar. Ia sebagai kakak tidak boleh terlihat lemah di depan adik-adiknya.Dua jam kemudian"Keluarga Ibu Widyawati?" seorang perawat tiba-tiba muncul dari ruang pemulihan.Sasha dan semua yang menunggu langsung berdiri menghampiri si perawat."Ib
Ponsel Sasha masih terus berdering sementara si empunya masih Menimbang-nimbang akan menerima panggilan tersebut atau tidak.Di depan Sasha, Daniel masih berdiri dengan tatapan penuh tanda tanya. Ia masih tidak mengerti kenapa Olivia menghubungi Sasha di pagi-pagi buta seperti ini.Jika mengenai urusan bisnis, mana mungkin seseorang menelepon untuk urusan bisnis di pukul 4.00 pagi.Dalam keadaan terdesak mau tidak mau Sasha menjawab telepon Olivia. Ia menempelkan ponselnya rapat-rapat ke telinganya seolah takut Daniel akan mendengar percakapan Olivia dengannya."Halo," sapa Sasha singkat."Lama banget ngangkat telponnya, lagi asik ngobrol ya sama calon suami saya?"Suara Olivia terdengar ramah seperti biasanya.Lutut Sasha terasa lemas, bagaimana Olivia bisa tahu kalau Daniel ada disini?"What do you mean?"Sasha masih berusaha berkelit.Terdengar suara tawa mengerikan di seberang sana,"Sasha, kita sudah membuat kesepakatan okay? Kamu sudah dapat apa yang kamu mau. Kamu mau main cura
Dua minggu telah berlalu semenjak kejadian Oma jatuh di kamar mandi. Sekarang Oma sudah diperbolehkan untuk pulang kembali ke rumah.Sasha mendorong kursi roda yang diduduki Oma ke dalam rumah. Jasmine, Katia dan Mama sudah menunggu di dalam."Omaaaaaaaaa Katia kangeeeeen!" Katia langsung menghambur ke pelukan Oma begitu Sasha dan Oma muncul di ruang tamu.Kondisi Oma tidak lagi sama seperti dulu. Setelah serangan stroke yang membuatnya jatuh di kamar mandi, semua jadi berubah. Oma sekarang menderita lumpuh sebelah. Semua anggota tubuh sebelah kirinya tidak bisa digunakan sebagaimana mestinya. Butuh terapi yang intens untuk mengembalikan kondisi Oma agar sehat seperti sedia kala.Setelah Katia dan Jasmine melepaskan kerinduan mereka pada Oma tercinta, tibalah saat Mama Sasha untuk menyapa Ibunya.Sejak tadi Mama Sasha tampak berdiri canggung di sudut pintu yang menghubungkan ruang tamu dan ruang tengah. Matanya yang biasanya tanpa ekspresi terlihat berkaca-kaca.Ia berjalan perlahan k
"Lala, kamu udah cek semua file PR yang di audit? Aman semua kan?" tanya Sasha pada Lala staf Public Relation yang sedang ia panggil ke ruangannya. Lala mengangguk,"Udah Aku cek semua Mbak Sha, ummm ada satu data yang agak aneh sih Mba,"Lala mengulurkan satu file kepada Sasha yang langsung cepat-cepat membukanya. "Event Opening Dharmawangsa?"Dengan perlahan Sasha membaca laporan tersebut satu persatu hingga ia menemukan anomali pada data yang di bacanya. "Siapa yang kemaren pegang pengisi acara? Stevi ya?" tanya Sasha dengan mata terus membuka-buka file yang tersisa. Lala mengangguk takut-takut.Sasha segera menekan intercom nya menghubungi Stevi,"Stev, tolong kesini sebentar ya." Tidak lama kemudian Stevi masuk dengan wajah yang terlihat agak nervous."Ya Mba?"Stevi berdiri di sisi Lala yang menggigit bibir kuat-kuat. Ia sudah tahu apa yang akan terjadi selanjutnya. "Kamu yang pegang urusan DJ sama MC kan waktu event Kencana Dharmawangsa?" tanya Sasha sambil mendorong tumpu
"Iya katanya sih tanggal 5 nanti, cocok banget sih mereka yang satu cantik yang satu ganteng!""Eh bukannya waktu di Bali sempet deket sama Mba Sasha ya, lo kan yang cerita?""Iya waktu malam gala kayak akrab banget, semua orang juga bisa ngerasain kali ada apa-apa antara mereka!""Yaaah kasian banget Mba Sasha, bakal galau dong! Ya gimana sih yaa orang kaya ya cocoknya sama yang kaya juga.""Iyalah emang nya FTV, karyawan kayak kita bisa kawin sama CEO hahahaha."Sasha urung masuk ke dalam pantry karena mendengar Vero dan salah satu staf purchasing sedang asik membicarakan tentang ia Daniel dan Olivia. Ia masih belum mengerti tentang apa yang di maksud mereka. Minggu depan? Ada apa dengan Daniel dan Olivia minggu depan? Tiba-tiba perut Sasha mendadak mulas, apakah pernikahan mereka akan dilakukan minggu depan? Ingin bertanya pada Vero, tapi Sasha segan. Nanti yang ada malah Vero yang berbalik menginterogasinya.Urung membuat Kopi, Sasha kembali ke ruang kerjanya. Dan alangkah terk
Alih-alih melawan, Sasha malah pasrah, ia melemaskan tubuhnya yang di dekap erat oleh Daniel. Ia tidak membalas namun juga tidak membantah. Daniel memegang wajah Sasha dengan kedua tangannya, lalu melumat bibir Sasha dengan kerinduan yang menggebu-gebu. Sasha membalas Daniel dengan hasrat yang sama. Ia bahkan sepertinya akan menyerah jika Daniel melakukan hal yang lebih jauh padanya. Mereka larut dalam hasrat cinta dua manusia yang saling mendamba, seolah lupa mereka ada dimana. Daniel mulai membuka kancing baju Sasha satu persatu, ia seperti seekor Harimau lapar yang siap menerkam mangsanya. Sasha yang tertahan di tengah lengan Daniel yang kuat, hanya terdiam pasrah, menunggu dengan nafas yang memburu. Saat mereka nyaris menyatukan tubuh mereka, ponsel Sasha berdering kencang, Sasha yang sedang mabuk kepayang seperti tersadar. Ia segera mendorong Daniel dengan kuat lalu cepat-cepat membenarkan kancing bajunya.Daniel menarik tubuh Sasha, "Bilang ke aku untuk stay Sha! Bilang k